Kamis, 23 Februari 2012

TAKWA DAN WALI ALLAH

Makna Takwa Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya, Imam ar- Raghib al-Ashfahani mendefinisikan: "Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan." Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dengan "menaati perintah dan larangan- Nya." Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah.

Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al- Jurjani, "Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya." Karena itu, siapa yang tidak menjaga dirinya, dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang bertakwa. Maka, orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk oleh Allah, berarti tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarang-Nya, dia bukanlah termasuk orang-orang yang bertakwa.

Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertakwa. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: "Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya." Alangkah agung dan besar buah taqwa itu! Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji jalan keluar adalah: "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya." "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri." (Al- A'raf: 96). Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni iman dan takwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah. "Dan sekiranya mereka sungguh- sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Alquran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka." (Al-Ma'idah: 66).

Allah mengabarkan tentang ahli kitab, 'Bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, Injil pada dan Alquran, demikian seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut, niscaya Allah memperbanyak rezeki yang diturunkan kepada mereka dari langit dan yang tumbuh untuk mereka dari bumi. Syekh Yahya bin Umar al-Andalusi berkata: "Allah menghendaki, wallahu a'lam, bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yang diturunkan di dalam Taurat, Injil dan Alquran niscaya mereka memakan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Maknanya, wallahu'alam, niscaya mereka diberi kelapangan dan kesempurnaan nikmat dunia," Dalam menafsirkan ayat ini, Imam al-Qurthubi mengatakan, "Dan sejenis dengan ayat ini adalah firman Allah: "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka- sangkanya." (Ath-Thalaq: 2 -- 3). "Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)." (Al-Jin: 16). "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi." (Al-A'raf: 96). Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas, Allah menjadikan ketakwaan di antara sebab-sebab rezeki dan menjanjikan untuk menambahnya bagi orang yang bersyukur.

Allah berfirman, "Jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku atasmu." (Ibrahim: 7). Oleh karena itu, setiap orang yang menginginkan keluasan rezeki dan kemakmuran hidup hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa. Hendaknya ia menaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan- Nya. Juga hendaknya ia menjaga diri dari yang menyebabkan berhak mendapat siksa, seperti melakukan kemungkaran atau meninggalkan kebaikan. Sumber: Diadaptasi dari Kunci- Kunci Rizki Menurut Al-Qur'an & As-Sunnah, Dr.Fadhl Ilahi WALI ALLAH "Ketahuilah bahwa wali-wali Allah SWT itu, tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati, (yaitu) mereka orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa" (Q.S. Yunus: 62-63) Penjelasan: Wali adalah sifat seorang yang dekat dan taat kepda Allah SWT. Dia bukan julukan sembarangan dan tidak ditentukan oleh pakaian tertentu. Seluruh hati, jiwa dan raganya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Arti ibadah adalah melaksanakan segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Untuk mencapai derajat wali, seseorang harus memahami dan mengamalkan Al Qur`an dan As Sunnah.

Konsepnya diberikan Allah SWT dalam hadits Qudsi berikut ini, "Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Amalan hamba yang paling Aku cintai apabila ia mengerjakan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya. Kemudian hambaKu itu memperbanyak ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku ( menjaga ) pendengarannya saat ia mendengarkan, pandangannnya saat ia memandang, tangannya yang ia gunakan dan kakinya saat ia berjalan. Jika dia memintaKu pasti Aku berikan, jika ia berlindung kepadaKu pasti Aku lindungi dia. Tidak ada keraguan yang Aku kerjakan seperti saat menarik nyawa hambaKu yang mukmin: ia tidak menyukai kematian dan Aku tidak suka menyakitinya." (H.R. Bukhari ) Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa :"Wali-wali Allah SWT itu adalah orang-orang yang bertaqwa; mereka mengerjakan yang diperintahkan, meninggalkan yang dilaranng dan sabar terhadap musibah yang menimpa mereka. Allah SWT mencintai mereka dan mereka mencintai Allah SWT.

Allah SWT rela terhadap mereka dan mereka pun rela kepada Allah SWT. Musuh-musuh mereka adalah pembela-pembela syaitan, sehingga harus dibenci, dimurkai dan dimusuhi" ( Al-Furqon Baina Auliyarrahman wassyaiton, hal 126 ). Karena itu, wali itu bukan dari kalangan tertentu dan berpenampilan tertentu. Apalagi kalau sampai mengaku wali segala. Itu jauh api dari panggang. Karena seorang waliullah itu akan selalu menyembunyikan kedekatannya kepada Allah SWT dan kalaupun mendapat karomah dan maunah dari Allah SWT tidak untuk diceritakan dan diumumkan kepada khalayak. Lebih lanjut Ibnu Taimiyah menyatakan; "Wali-wali Allah SWT adalah orang-orang beriman yang bertaqwa. Bisa jadi dari mereka itu ada orang yang miskin atau sufi ( yang benar ) atau ahli fiqih atau ulama atau pedagang atau tentara atau pekerja atau pejabat atau pemimpin dll." ( Majmu Fatwa juz 11, hal 22 ).

Oleh karena itu jangan mudah kita dibodohi oleh oknum- oknum yang mengaku wali kemudian menipu dan membohongi khalayak ramai untuk memperoleh keuntungan duniawi. Sesungguhnya wali Allah SWT itu orang sangat bergantung dengan Allah SWT sehingga jauh dari pengaruh duniawi.

Wallahu a`lam.

Template by:
Free Blog Templates