Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mendhalimi kebaikan seorang mukmin, dengan kebaikan itu ia akan diberi rizki di dunia dan diberi balasan diakhirat. Adapun orang kafir maka dia diberikan kebaikan-kebaikan dari amal perbuatannya di dunia selama ia beramal karena Allah Ta'ala, Sehingga ketika ia memasuki akhirat ia tidak memiliki satu kebaikan yang mendapatkan balasan karenanya." (HR. Muslim).
Dengan demikian seorang mukmin yang senantiasa berada di atas tuntunan Allah subhanahau wata’ala dan Rasul- Nya Shallallaahu 'alaihi wasallam akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Sebaliknya bagi orang kafir dan orang- orang yang mengikuti jalan mereka, meskipun di dunia Allahsubhanahau wata’ala memberikannya kenikmatan, namun di Akhirat kelak ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Sebagaimana firman- Nya, "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124) Berkaitan dengan permasalahan rizki yang telah Allah Ta'ala tentukan dan anugerahkan kepada setiap hamba-Nya, maka ada beberapa hal yang harus menjadi keyakinan seorang muslim, diantaranya: Menyakini bahwa di antara sifat fi'liyah yang dimiliki Allah Subhaanahu wa ta'ala dan menunjukkan kesempurnaan rububiyah-Nya adalah Allah Ta'ala sebagai Dzat satu-satunya Pemberi Rizki kepada semua makhluk-Nya.
Dia sendiri yang menentukannya sesuai dengan kadar masing-masing sejak 50 ribu tahun sebelum bumi diciptakan, kemudian ketentuan ini juga ditulis oleh malaikat bagi manusia sejak mereka berada di dalam kandungan ibunya. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, dan hal ini termasuk bagian dari konsekwensi iman terhadap qadha dan qadar Allah Ta'ala bagi setiap muslim Allah Ta'ala berfirman,artinya,"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)". (QS. 11:6) Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal dunia sampai ia meraih seluruh bagian rizkinya, maka bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari rizki". (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Albani) Dengan demikian tak ada seorangpun yang dapat merubah ketentuan Allah subhanahu wata'ala.
Meyakini bahwa Allah Ta'ala telah membagi dan memberikan keutamaan kepada sebagian orang atas sebagian lainnya berkaitan dengan rizki yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan keturunan, warna kulit, kedudukan, kehormatan, kepandaian, bahkan keta'atan dan kemaksiatan seseorang. Namun Allah Ta'ala memberikan nikmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya untuk suatu hikmah dan tujuan yang hanya Dia ketahui dan kehendaki semata. Sehingga ada sebagian di antara manusia mendapatkan harta yang cukup atau bahkan melimpah ruah dan sebagian lain justru sebaliknya, serba kekurangan dan menghadapi kesulitan hidup. Sebagaimana Allah Ta'ala telah berfirman-Nya, artinya,"Dan Allah telah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu.
Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah". (QS. 16:71) Namun yang terjadi, betapa banyak orang yang telah Allah Ta'ala karuniakan rizki melimpah, kedudukan tinggi, keluarga terpandang di masyarakat tidak mendapatkan dan merasakan sedikitpun dari kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, karena jauhnya mereka dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya betapa banyak orang yang hidupnya serba kekurangan dan pas-pasan, mereka justru dapat merasakan ketenangan, kebaikan yang banyak, serta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Inilah rizki yang hakiki yang tidak pernah akan diraih kecuali oleh orang- orang yang hati-hati mereka dihiasi dan dipenuhi dengan keimanan dan perasaan cukup dengan apa yang Allah subhanahau wata’ala anugerahkan. Ini lah rahasia di balik semuanya. Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu ‘anhu, dan beliau mengatakan kepadanya, "Merasa cukuplah dengan rizkimu di dunia, sesungguhnya Allah Ta'ala telah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki" Maka manakala Allah Ta'ala menginginkan terhadap hamba- Nya satu kebaikan dan kebahagiaan, Dia akan memberikan keberkahan pada setiap keadaan dan urusannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. 35:2) Meyakini bahwa rizki yang Allah Ta'ala anugerahkan adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Syaikhul Islam Taqiyuddin pernah menuturkan, "Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan makhluk-Nya hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, dan Dia menciptakan rikzi untuk mereka hanyalah untuk memudahkan mereka beribadah kepada-Nya." Tapi terkadang kemudahan rizki yang Allah subhanahu wata’ala berikan juga merupakan ujian dan cobaan, bahkan fitnah dan musibah bagi sebagian orang. Dan yang perlu diketahui oleh kita bahwa Allah Ta'ala memberikan rizki kepada hamba-Nya, tidaklah pasti menunjukkan kecintaan dan rida-Nya kepadanya. Allah Ta'ala telah menegaskan dalam firman- Nya, artinya, "Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. al-Baqarah: 126) "Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata". (QS. Maryam: 74) Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bersumber dari 'Uqbah bin Amir , Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Seandainya kamu melihat Allah ta'ala menganugerahkan nikmat dunia kepada seorang hamba, sementara dia berbuat maksiat kepada-Nya, maka hendaklah ia takut karena sungguh yang demikian itu hanyalah istidraj dari Allah" Kemudian beliau membaca ayat Allah subhanahu wata'ala, "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". (QS. 6:44) "Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata:"Rabbku telah memuliakanku. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:"Rabbku menghinakanku". (QS. 89:15-16) Maka hendaklah kita berprasangka baik kepada Allah Ta'ala dalam situasi dan kondisi apapun, ketika mendapatkan nikmat kita bersyukur, dan ketika mendapatkan musibah dan cobaan kita-pun bersabar. Sahabat Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tiga hari sebelum beliau wafat sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal, melainkan dia dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla," (HR. Muslim) Namun tidak ada seorang pun yang mengetahui pendapatan rizki yang akan ia peroleh setiap harinya, ataupun selama hidupnya.
Ini semua tentu mengandung hikmah sesuai dengan kehendak Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia usahakan. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Lukman: 34) Dengan demikian seorang muslim disyari'atkan dan dituntut selayaknya tetap mencari sebab-sebab, sehingga Allah subhanahu wata’ala akan memberikan rizki kepadanya, dengan cara berusaha secara maksimal untuk mencari rizki yang halal dan baik, dan menjahui hal-hal yang haram, sehingga keberkahan ada di dalamnya dengan senantiasa menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah Ta'ala, sabar serta tawakkal terhadap segala ketentuan-Nya. Dan hendaklah kita senantiasa berdo'a dan meminta hanya kepada Allah Ta'ala serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan dosa, karena kemaksiatan dapat menyempitkan dan mengurangi rizki seseorang dan keberkahannya. Sebagaimana hal ini banyak termaktub di dalam al-Qur'an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam banyak tempat.
Wallahu a'lam.
(Ust. Abu Farwah Khusnul Yaqin)