Selasa, 31 Juli 2012

Peristiwa-peristiwa Penting di Bulan Ramadhan



Peristiwa-peristiwa Penting di Bulan Ramadhan

Ramadhan wahai saudaraku, bukanlah bulan tuk bermalas-malas ria. Bukan pula ia menjadi alasan tuk memperbanyak tidur dan berdiam diri. Sebaliknya, ramadhan adalah bulan dimana seorang hamba semestinyalah berlomba-lomba dalam memperbanyak amal sholeh di bulan ini. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan di bulan penuh maghfiroh ini, kan diperoleh pahala yang berlipat ganda. Hal ini dikarenakan Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa, selain karena berkah, rahmat dan ampunan Allah begitu deras mengalir tuk para hambanya di bulan Ramadhan, peristiwa-peristiwa besar dan penting yang sempat disaksikan oleh Rasulullah pun terjadi pada bulan ini.

Nah, tercatat ada Sembilan peristiwa penting pada zaman Rasulullah yang terjadi bertepatan dengan bulan ramadhan.

1. Perang badar dan penaklukan kota makkah (fathu Makkah) terjadi pada bulan ramadhan. Hal ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita, tuk tidak menjadikan puasa sebagai alasan tuk berbuat tidak maksimal alias biasa-biasa saja. Rasa haus dan lapar tidak seharusnya dijadikan tameng tuk berhenti bekerja. Karena setiap gerak langkah kita, akan di catat sebagai ibadah di mata Allah, bahkan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Subhanallah….

2. Tercatat sebanyak 6 kali Rasulullah melakukan peperangan melawan kaum kafir Quraishy pada bulan ramadhan.

3. Pada bulan Ramadhan pula pernikahan Ali dan Fatimah dilangsungkan

4. Begitu juga pernikahan Rasulullah sendiri dengan Hafshah binti Umar bin Khatab serta Zainab binti Khuzaimah, terjadi pada bulan dimana al Qur’an ini diturunkan.

5. Kematian putrid Rasulullah SAW, Ruqoyah, juga bertepatan dengan bulan Ramadhan.

6. Hancurnya berhala-berhala, seperti Latta, Uzza, dan Mana’at milik kaum kafir Quraisy pas di bulan penuh rahmat dan ampunan ini.

7. Runtuhnya masjid Adh Dhirar milik orang-orang munafik terjadi pada bulan puasa.

8. Dan yang terakhir, datangnya rombongan delegasi kaum Tsaqif yang ingin masuk islam juga bertepatan di bulan Ramadhan.

Itulah beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadhan dimana Rasulullah menjadi saksi akan peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa diatas tentu saja semakin mengukuhkan kebenaran akan kemuliaan dan keistimewaan bulan suci Ramadhan. Belum lagi ditambah fakta penting bahwa al Qur’anul karim juga diturunkan bertepatan dengan bulan penuh rahmat ini. Subhanallah.

Senin, 30 Juli 2012

UMAR BIN KHATTAB ?




UMAR BIN KHATTAB

Sebagai seorang khalifah pengganti Abu bakar pada tahun 634 H kekuasaan islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

Keberhasilan Umar bin Khattab dalam menaklukan imperium besar (Persia dan Romawi) tidak lepas dari sosoknya yang tegas, dan sangat bersahaja.

Berikut kami kisahkan beberapa contoh teladan dari Umar bin khattab.

HURMUZAN dan UMAR BIN KHATTAB

Dengan ditemani Anas Bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya. Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan memasuki Madinah dengan menampilkan keagungan dan kemuliaan seorang raja. Perhiasan yang bertatah permata melekat di dahi. Sementara mantel sutra yang mewah menutupi pundaknya.Sementara itu sebilah pedang bengkok dengan hiasan batu-batu mulia menggantung disabuknya. Ia bertanya-tanya dimana Amirul Mu’minin bertempat tinggal. Ia membayangkan bahwa Umar bin Khattab yang kemasyhurannya tersebar keseluruh dunia pasti tinggal di Istana yang sangat megah.

Sampai di Madinah mereka langsung menuju tempat kediaman Umar. Tetapi mereka diberitahu bahwa Umar sudah pergi ke Masjid sedang menerima delegasi dari Kufah. Mereka pun bergegas ke Masjid. Tetapi tidak juga bertemu Umar. Melihat rombongan itu, anak-anak di Madinah mengerti maksud kedatangan mereka. Lalu diberitahukan bahwa Amirul Mu’minin sedang tidur di beranda kanan masjid dengan menggunakan mantelnya sebagai bantal seorang diri. Betapa terkejutnya Hurmuzan, ketika ditunjukan bahwa Umar adalah lelaki yang berpakaian seadanya yang tidur di Masjid itu. Hurmuzan beserta rombongannya nyaris tak percaya, tetapi memang itulah kenyataannya.

Sambil berdecak kagum Hurmuzan mengatakan, “Engkau, wahai Umar, telah memerintah dengan adil, lalu engkau aman dan engkau pun bisa tidur dengan nyaman”.

TUNJANGAN UNTUK UMAR BIN KHATTAB

Tatkala ‘Umar ibn al-Khaththâb r.a. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abû Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk beliau dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan tunjangan hidup beliau.”‘

Alî kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah lalu.”Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah ‘Umar. Namun, Utsmân menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, ‘Umar akan murka kepada kita.”Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada ‘Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah ‘Umar.“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada ‘Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”Hafshah menjawab, “Saya tidak akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu.

Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah orang itu.”Setelah itu, ‘Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi saw., “Demi Allah, ketika Rasulullah saw. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.”‘Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?”Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.”‘Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alastidur.”‘Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah saw.

selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku punakan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abû Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkanyang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yangterdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”(Sumber: Târîkh ath-Thabarî, jilid I, hlm. 164).

UMAR r.a DAN RAKYAT YANG KELAPARAN

Suatu malam, Sang Khalifah menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalamnya nyaring terdengar suara tangis anak-anak. Umar mendekat dan memerhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ia dapat melihat ada seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya.

Ibu itu kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang Ibu berkata, “Tunggulah! Sebentar lagi makanannya akan matang.”

Selagi Umar memerhatikan di luar, sang ibu terus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan sebentar lagi akan matang.

Umar menjadi penasaran. Setelah memberi salam dan meminta izin, dia memasuki gubuk itu dan bertanya kepada sang ibu, "Mengapa anak-anak Ibu tak berhenti menangis?”

“Itu karena mereka sangat lapar,” jawab si ibu.

“Mengapa tidak ibu berikan makanan yang sedang Ibu masak sedari tadi itu?”

“Tidak ada makanan. Periuk yang sedari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anak-anak. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”

“Apakah Ibu sering berbuat begini?” tanya Umar ingin tahu.

“Ya. Saya sudah tidak memiliki keluarga ataupun suami tempat saya bergantung. Saya sebatang kara,” jawab si ibu datar, berusaha menyembunyikan kepedihan hidupnya.

“Mengapa Ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah? Sehingga beliau dapat menolong Ibu beserta anak-anak Ibu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan sangat membantu kehidupan ibu dan anak-anak,” nasihat Umar.

“Khalifah telah berbuat zalim kepada saya,” jawab si ibu.

“Bagaimana Khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” sang Khalifah ingin tahu.

“Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang senasib dengan saya.”

Umar berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, Bu. Saya akan segera kembali!”

Pada malam yang telah larut itu, Umar segera bergegas ke Madinah, menuju Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya. Abbas, sahabatnya membantu membawa minyak samin untuk memasak.

Maka, ketika Khalifah menyerahkan sekarung gandum yang besar kepada si ibu beserta anak-anaknya yang miskin, bukan main gembiranya mereka menerima bahan makanan dari lelaki yang tidak dikenal ini.

Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.

Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.

Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.

MENGGALI PARIT SEORANG DIRI

Umar bin Khattab tidak saja di kenal sebagai khalifah yang berwibawa, tapi juga sederhana dan merakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Umar tak segan-segan menyamar jadi rakyat biasa.

Ia sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri. Pada saat seperti itu tak seorang pun mengenalinya bahwa ia sesungguhnya kepala pemerintahan. Kalau ia menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan.

Umar sadar, apa yang ada di tangannya saat itu bukanlah miliknya melainkan milik rakyat. Untuk itu Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya. Ia selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Karena hematnya, untuk menggunakan lampu saja keluarga amirulmukminin ini amat berhati-hati. Lampu minyak itu baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak, lebih baik tidak pakai lampu.

“Anak-anakku, lebih baik kita bicara dalam gelap. Sebab, minyak yang digunakan untuk menyalakan lampu ini milik rakyat!” sahut khalifah ketika anaknya ingin bicara di tengah malam.

Dalam hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan rakyat di pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar dimana-mana. Seluruh rakyat sangat menghormatinya. Rupanya, cerita tentang keagungan Khalifah Umar ini terdengar pula oleh seorang raja negara tetangga. Raja tertarik dan ingin sekali bertemu dengan Umar.

Maka pada suatu hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk mengawalnya berkunjung ke pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah, dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.

“Wahai saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya.

“Bisakah kau menunjukkan di mana letak istana dan singgasana Umar?” tanyanya kemudian. Lelaki itu segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat.

“Wahai Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” si penggali parit balik bertanya.” Umar bin Khattab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan gagah berani,” kata raja. Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah terka. Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana dan singgasana seperti yang tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” terang si penggali parit,”.

“Ah benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang terkenal agung seantero negeri itu tak punya istana?” raja itu mengerutkan dahinya.

“Tuan tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” sahut penggali parit itu.

Lalu diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilakannya duduk. Penggali parit itu pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!”kata raja itu tak sabar.

Penggali parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar bin Khattab tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”

Hah?!” Raja dan para pengawalnya terbelalak. Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah yang di masukinya itu tidak menggambarkan sedikitpun sebagai pusat kerajaan. Meski rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana.

Rupanya raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri sambil mengacungkan pedangnya.

“Jangan coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” ancamnya melotot.

Penggali parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini tidak ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana Umar,” kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan memasukkannya kembali pada sarungnya.

Raja terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Muncullah pelayan-pelayan dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun, raja itu belum juga percaya.

“Benarkah ini istana Umar?”tanyanya pada pelayan-pelayan.

“Betul, Tuanku, inilah istana Umar bin Khattab,” jawab salah seorang pelayan.

“Baiklah,” katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu.

“Tapi, dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan bersalaman dengannya!” ujar sang raja.

Dengan sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di hadapan raja.” Yang duduk di hadapan Tuan adalah Khalifah Umar bin Khattab” sahut pelayan itu.

“Hah?!” Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula para pengawalnya.

“Jad…jadi, anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.

Si penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah.

“Sejak kita pertemu pertama kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya Tuan sudah berhadapan dengan Umar bin Khattab!” ujarnya dengan tenang.

Kemudian raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar. Ia tak menyangka, Khalifah yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali parit seorang diri di pinggir kota.

Sejak itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama Islam.

MAKANAN ENAK UNTUK KHALIFAH

Kisah Umar bin Khattab bisa menjadi cermin bagi kita. Ketika Utbah bin Farqad, Gubernur Azerbaijan, di masa pemerintahan Umar bin Khattab disuguhi makanan oleh rakyatnya. Kebiasaan yang lazim kala itu. Dengan senang hati gubernur menerimanya seraya bertanya “Apa nama makanan ini?”. “Namanya Habish, terbuat dari minyak samin dan kurma”, jawab salah seorang dari mereka.

Sang Gubernur segera mencicipi makanan itu. Sejenak kemudian bibirnya menyunggingkan senyum. “Subhanallah” Betapa manis dan enak makanan ini. Tentu kalau makanan ini kita kirim kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab di Madinah dia akan senang, ujar Utbah.

Kemudian ia memerintahkan rakyatnya untuk membuat makanan dengan kadar yang diupayakan lebih enak. Setelah makanan tersedia, sang gubenur memerintahkan anak buahnya untuk berangkat ke madinah dan membawa habish untuk Khaliofah Umar bin Khattab. Sang khalifahsegera membuka dan mencicipinya. “Makanan Apan ini?” tanya Umar.

“Makanan ini namanya Habish. Makanan paling lezat di Azerbaijan,” jawab salah seorang utusan.

“Apakah seluruh rakyat Azerbaijan bia menikmati makanan ini?’, tanya Umar lagi.

“Tidak. tidak semua bisa menikmatinya”, jawab utusan itu gugup

Wajah Khalifah langsung memerah pertanda marah. Ia segera memrintahkan kedua utusan itu untuk membawa kembali habish ke negrinya. Kepada Gubernurnya ia menulis surat “………makanan semanis dan seselezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu”

UMAR r.a DIMATA PEMIMPIN NASRANI

Berita kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung kota membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam kota menjadi ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci, sebenarnya pasukan Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Sementara kaum Kristen yang mempertahankan kota itu juga sadar mereka tidak akan mampu menahan kekuatan pasukan Muslim. Menyadari memperpanjang perlawanan hanya akan menambah penderitaan yang sia-sia bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut baik Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa pertumpahan darah setetespun.

Walaupun demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci kota suci tersebuit. Biasanya, hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang menang. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi, warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa perilaku pasukan kaum Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun kecemasan akan kejadian dua dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat. Sebab itu mereka ingin jaminan yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.

Panglima Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk mendapatkan nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak perlu memenuhi permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah kalah itu tentu akhirnya juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi Thalib berpandangan lain. Menurut Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra’ dan dari kota itu pula Rasulullah ber-mi’raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar menugaskan Ali untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama dirinya tidak ada.

Kepergian Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang ditungganginya bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan mengatakan bahwa saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki. Begitu sampai di Jabiah, masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang amat ganjilyang belum pernah terjadi, ada pelayan duduk di atas unta sedangkan tuannya berjalan kaki menuntun hewan tunggangannya itu dengan mengenakan pakaian dari bahan kasar yang sangat sederhana. Lusuh dan berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang amat jauh.

Di Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat bersahaya, mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat suka bertemu dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu Sofyan, Khalid bin Walid, dan para panglima lainnya yang berpakaian dari bahan yang halus dan bagus, Umar tampak kurang senang karena kemewahan amat mudah menggelincirkan orang ke dalam kecintaan pada dunia.

Kepada Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya itu dari tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem) dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat ditandatangani. Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a. menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.

Perjanjian Aeliasecara garis besar berbunyi: “Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah ‘Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi.”

Setelah itu, Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.

Di pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankannya untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, “Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun.”

Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa. “Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik …,” ujar Sophronius.

Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk dalam menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini sekarang disebut sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid itu, Bilal r.a. – bekas budak berkulit hitam yang sangat dihormati Khalifah Umar melebihi dirinya – diminta mengumandangkan adzan pertama di bakal tempat masjid yang akan didirikan, sebagaimana adzan yang biasa dilakukannya ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah saw wafat, Bilal memang tidak mau lagi mengumandangkan adzan. Atas permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk menandai dimulainya pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan dengan suara yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata, teringat saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari bahwa suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut

Kamis, 26 Juli 2012

Kisah Unik Abu Darda dan Salman Alfarisi dalam Mencari Istri




Mari kita belajar bagaimana Ta'liful Qulub (Ikatan hati) dari kisah dua sahabat ini.

Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita shalihah telah menarik perhatiannya. Tapi bagaimanapun, Madinah bukanlah tempat ia tumbuh dewasa. Ia berpikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi urusan pelik bagi seorang pendatang seperti Salman. Maka, disampaikanlah gejolak hati itu kepada sahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

“Subhanalloh, Walhamdulillah..” senang hati Abu Darda’ mendengarnya. Setelah persiapan, beriringanlah kedua sahabat itu menuju rumah wanita sholihah yang dimaksud.



“Saya Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam. Ia juga telah memuliakan islam dengan amal dan jihadnya. Salman memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”

Dibalaslah oleh orangtua wanita shalihah tersebut, “Adalah kehormatan bagi kami menerima Anda sahabat Rasulullah yang mulia. Dan suatu penghargaan bagi kami bermenantukan seorang sahabat yang Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”

Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
“Maafkan kami atas keterusterangan ini. Dengan mengharap Ridho Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Keterusterangan yang di luar prediksi. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Ironis sekaligus indah. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Yup, Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar apa yang dikatakan Salman:

“ Allahu Akbar! Semua mahar yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’ dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

(disadur dari Buku “Jalan Cinta Para Pejuang” karya Salim A. Fillah)

TAHUKAH ENGKAU SIAPA HUDAIR RADHIYALLAHU 'ANHU ?




Banyak orang yang dilupakan manusia, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melupakannya. Ini dikarenakan keikhlasan orang-orang seperti itu, yang banyak menyebut Allah secara sembunyi-sembunyi jauh dari pandangan mata manusia.

Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah mengirim satu ekspedisi militer, yang diantara mereka ada seseorang yang biasa dipanggil Hudair. Tahun itu adalah tahun paceklik dan kekurangan makanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memberikan bekal kepada mereka semua, sementara beliau lupa memberikan bekal kepada Hudair. Namun, Hudair tetap berangkat dengan sabar dan mengharapkan ridha Allah.



Hudair berada di barisan paling belakang sambil tiada henti mengucapkan kalimat ” La ilaha illallah wallahu akbar wal hamdu lillah wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah “. Dia berkata, “Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini wahai Tuhanku”. Hudair tak berhenti mengucapkannya.
Ibnu Umar menuturkan, Jibril lalu mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam dan berkata kepada beliau, ” Sesungguhnya Rabb-ku mengutusku kepadamu, untuk mengabarkan kepadamu bahwa engkau telah memberikan bekal kepada rekan-rekanmu, sementara engkau lupa memberikan bekal kepada Hudair. Dia berada di barisan paling belakang sambil mengucapkan ” La ilaha illallah wallahu akbar wal hamdu lillah wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah “. Dia juga berkata, “Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini wahai Tuhanku”.

Jibril berkata lagi, “Perkataannya itu merupakan cahaya baginya pada Hari Kiamat , yang ada diantaranya langit dan bumi. Karena itu kirimlah bekal untuknya”.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam lalu memanggil seorang Shahabat, dan mengutusnya untuk membawakan bekal kepada Hudair serta memerintahkan agar dia terus mengucapkan dzikir itu ketika bekal sudah diterima. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bertitah kepada utusan itu, agar menyampaikan pesan kepada Hudair, ” Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menyampaikan salam kepadamu dan beliau lupa memberikan bekal kepadamu. Beliau berpesan, Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengutus Jibril kepada beliau dan mengingatkan beliau tentang dirimu, dan memberitahukan keadaan serta posisimu “.
Ketika utusan itu dapat menyusulnya, Hudair sedang mengucapkan dzikir tersebut. Dia mendekati Hudair dan berkata, ” Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menyampaikan salam kepadamu dan mengutusku untuk menyerahkan bekal ini kepadamu. Beliau berpesan, bahwa beliau lupa terhadap dirimu. Jibril pun diutus dari langit untuk mengingatkan keberadaan dirimu “.
Hudair menjawab, “Segala puja dan puji bagi Allah serta shalawat atas Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam”. Setelah itu dia berkata lagi, Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa semesta alam karena Allah telah mengingat aku dari atas langit yang ketujuh dan dari atas ‘Arsy-Nya yang mengasihi rasa lapar dan kelemahan diriku. Ya Rabbi, sebagaimana Engkau tidak melupakan Hudair, maka buatlah Hudair tidak lupa kepada-Mu “.

Hudair pun terus mengucapkan apa yang diucapkannya hingga dia kembali lagi kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Beliau kemudian mendengarkan apa yang dikabarkan Hudair dan apa yang didengarnya. Setelah itu Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda, ” Sesungguhnya jika engkau menengadahkan kepala kelangit, tentu engkau akan melihat perkataan itu memilki cahaya yang terang diantara langit dan bumi “. (Shifat ash-Shafwah, jilid 1 hal.743)

Disalin dari buku ” AL-AKHFIYA’ “ Edisi Indonesia hal. 103-106 oleh Walid bin Sa’id Bahakam. Penerbit: Daun Publishing,

Musa bin Nushair Sang Panglima Penakluk Cyprus





Dialah Musa bin Nushair yang lahir tahun 19 Hijriyah seorang panglima yang disegani, ahli siasat dan lelaki yang bertekad bulat. Beliaulah yang memimpin armada laut kaum muslimin di zaman Mu’awiyah tahun 27 hijriyah untuk menaklukkan Cyprus, dan setelah berhasil menguasainya, beliau membangun berbagai benteng pertahanan di dalamnya.

Al Baghawi menceritakan bahwa Musa menjabat sebagai wali (gubernur) wilayah Afrika pada tahun 79 H, dan berhasil menaklukkan kota-kota dan daerah yang sangat banyak di sana. Beliau juga lah yang berhasil menaklukkan negeri Andalusia, sebuah negeri di wilayah Spanyol yang memiliki banyak kota, desa dan perkebunan. Seiring dengan masuknya Andalusia ke pangkuan Islam, beliau menawan sejumlah besar musuh, dan mendapat ghanimah yang tak terhitung banyaknya, dari emas dan permata yang tak ternilai.

Adapun alat-alat, perkakas dan hewan ternak, sungguh di luar logika… demikian pula dengan anak-anak dan wanita cantik yang jatuh sebagai tawanan, demikian banyak jumlahnya. Belum pernah sejarah mencatat kaum muslimin mendapat tawanan yang demikian banyaknya.

Selain penakluk, Musa juga seorang da’i ulung. Berkat jasanyalah penduduk Maghrib (Afrika Utara) masuk Islam. Beliau juga mengajari mereka tentang Al Qur’an. Konon tiap kali pasukannya bergerak, mereka membawa ghanimah di atas punggung sapi, saking banyaknya dan tidak mampu lagi diangkat oleh kendaraan.

Selama penaklukannya, Musa tergolong panglima yang bernasib baik. Konon dikisahkan bahwa tatkala menaklukkan Andalusia, ada seseorang yang berkata kepadanya: “Utuslah sejumlah pasukan bersamaku, niscaya akan kutunjukkan kepadamu harta karun yang agung”. Maka Musa mengutus sejumlah pasukan bersama orang tersebut ke suatu tempat. Sesampainya di sana, orang itu memerintahkan mereka agar menggali, maka mereka pun menggali hingga menemukan sebuah ruangan besar yang berisi permata, yakut, zabarjud yang membuat mereka terbelalak. Adapun emas maka tak bisa lagi diceritakan banyaknya…

Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa ketika Musa berkunjung ke Damaskus, Umar bin Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang kejadian paling ajaib yang pernah dialaminya selama berperang di lautan. Maka Musa mengisahkan sebagai berikut:

“Suatu ketika, kami sampai di sebuah pulau… di sana kami mendapati ada 16 buah kendi yang disegel dan dicap oleh Sulaiman bin Dawud ‘alaihis salam. Maka kuperintahkan agar mengambil empat dari padanya dan melubangi salah satunya. Maka muncullah sosok syaithan yang menepuk-nepuk kepalanya seraya berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku takkan berbuat kerusakan lagi di muka bumi”… kemudian syaithan tadi melihat-lihat dan berkata: “Mengapa aku tidak mendapati kemegahan Sulaiman dan kerajaannya?” lalu sesaat kemudian menghilang. Maka kuperintahkan agar ketiga kendi sisanya dikembalikan ke tempat semula” lanjut Musa.

Selain seorang panglima hebat, Musa bin Nushair juga seorang yang shalih dan penuh tawakkal kepada Allah. Ketika Afrika mengalami paceklik, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan shalat istisqa’, yaitu pada tahun 93 h. Usai shalat, beliau keluar menemui orang-orang dan memisahkan antara yang muslim dan yang kafir dzimmi, demikian pula antara induk binatang dengan anaknya, lalu memerintahkan agar orang-orang meratap dan menangis keras, sembari ia terus berdoa kepada Allah hingga menjelang siang, baru kemudian turun dari mimbar… maka seseorang pun berkata: “Tidakkah engkau berdoa untuk Amirul Mukminin?”, maka jawab Musa: “Di tempat seperti ini, yang layak disebut hanyalah Allah Subhanahu wa ta’ala” maka Allah pun menurunkan hujan usai Musa mengucapkan kata-kata tersebut.

Di akhir pemerintahan Al Walid bin Abdil Malik, Musa berkunjung ke Damaskus, ibukota Daulah Bani Umayyah. Ia masuk ke sana pada hari Jum’at tatkala Walid sedang berkhutbah di atas mimbar. Saat itu Musa mengenakan pakaian yang indah dan tampil dengan sosok yang indah pula. Tatkala ia masuk mesjid, masuk pula bersamanya tiga puluh anak, putera para Raja yang berhasil ditawannya, beserta sejumlah orang Spanyol. Musa memakaikan mahkota di atas kepala mereka, yang diiringi dengan sejumlah dayang, khadam dan persiapan yang megah. Ketika Walid menyaksikan hal tersebut di tengah-tengah khutbahnya, ia pun diam tercengang… yaitu saat melihat pakaian sutera dan perhiasan permata yang dikenakan para putera Raja tersebut. Lalu datanglah Musa bin Nushair seraya mengucap salam kepada Walid, sedang ia tetap diatas mimbarnya. Lalu Musa memerintahkan mereka agar berdiri di kanan-kiri mimbar. Maka Walid pun menghaturkan puji syukur kepada Allah atas karunia dan pertolongan-Nya hingga memberinya kekuasaannya yang sedemikian luas… ia berdoa dengan panjang diselangi puji syukur hingga waktu jum’at pun berlalu. Maka ia turun dari mimbar dan shalat bersama kaum muslimin.

Usai shalat, ia memanggil Musa bin Nushair dan memberinya penghargaan besar dan harta yang melimpah, demikian pula Musa… ia datang dengan membawa harta yang melimpah pula, yang diantaranya ialah meja makan Nabi Sulaiman bin Dawud u. Konon di atas meja itulah Nabi Sulaiman makan… ia terbuat dari campuran emas dan perak yang bertatahkan tiga lapis mutiara dan permata… sesuatu yang tak pernah dilihat sebelumnya. Musa mendapatkan meja tersebut di kota Toledo, sebuah kota tua di Andalusia Spanyol.

Konon dikisahkan bahwa Musa pernah mengutus anaknya yang bernama Marwan dengan sejumlah pasukan hingga mereka berhasil menawan seratus ribu orang, lalu mengutus keponakannya dengan sejumlah pasukan lain dan berhasil menawan seratus ribu orang lagi dari suku Bar Bar. Maka ketika ia menulis surat laporannya kepada Khalifah Walid dan menyebutkan di sana bahwa seperlima dari ghanimahnya ialah 40 ribu orang tawanan, orang-orang berkomentar: “Bodoh sekali dia, bagaimana mungkin seperlimanya adalah 40 ribu orang?” lalu omongan itupun sampai kepada Musa, maka ia mengirimkan 40 ribu orang tawanan yang merupakan seperlima dari seluruh tawanannya… sungguh, belum pernah terdengar dalam sejarah Islam jumlah tawanan sebesar yang didapat Musa bin Nushair.

Selama penaklukan Andalusia, Musa banyak menyaksikan keajaiban. Ia mengatakan: “Andai saja orang-orang menurut kepadaku, niscaya akan kupimpin mereka untuk menaklukan kota Rumiya -yaitu kota terbesar di Eropa- hingga Allah menaklukkannya lewat tanganku insya Allah.

Dalam kunjungan lainnya kepada Khalifah Walid, Musa membawa bersamanya tiga puluh ribu orang tawanan, selain yang kita sebutkan tadi. Dan itu adalah ghanimah dari peperangan terakhirnya di wilayah Maghrib. Saat itu ia datang membawa harta, pusaka, mutiara dan permata yang tak terhingga dan tak terlukiskan.

Semenjak itu, Musa tetap tinggal di Damaskus hingga Walid wafat dan digantikan oleh Sulaiman bin Abdul Malik. Akan tetapi Sulaiman justeru mengkritik Musa dan memenjarakannya di Istana, sembari menuntut sejumlah besar harta darinya.

Musa tetap berada dalam tahanan Sulaiman hingga Sulaiman berangkat haji dengan orang-orang di tahun 98 H dan membawa Musa bersamanya. Maka Musa akhirnya wafat di Madinah, atau di Wadil Qura dalam usia mendekati 80 tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa ia wafat di tahun berikutnya, wallaahu a’lam… semoga Allah merahmati dan memaafkannya dengan kasih sayang-Nya, Aamien.

Demikianlah ikhwati fillah, sekelumit tentang biografi Musa bin Nushair, Sang Penakluk Agung… semoga Allah memunculkan kembali orang-orang sepertinya dari generasi kita, dan mengembalikan kejayaan kaum muslimin di tangan mereka, Amiin

Mimpi Seorang Gadis



Seorang gadis datang menemui Rasulullah dengan tangan kanannya dimasukan ke dalam kantong bajunya. Dari raut wajahnya, anak gadis ini sedang menanggung kesakitan yang amat sangat. Lalu Rasulullah menegurnya.
"Wahai anakku, kenapa wajahmu menampakkan kamu sedang kesakitan dan apa yang kamu sorokkan di tanganmu?"

Lalu gadis malang ini pun menceritakan hal yang berlaku padanya :- "Ya, Rasulullah, sesungguhnya aku adalah anak yatim piatu. Malam tadi aku telah bermimpi dan mimpiku itu telah membuatkan aku menanggung kesakitan ini." Balas gadis tadi.

"Jika tidak jadi keberatan, ceritakanlah mimpimu itu wahai anakku."

Rasulullah mula tertarik dengan penjelasan gadis tersebut."Aku bermimpi berjumpa ibuku di dalam neraka. Keadaannya amat menyedihkan. Ibuku meminta diberikan air kerana dia amat dahaga kerana kepanasan api neraka itu hingga peluh tidak sempat keluar kerana kekeringan sekelip mata."
Gadis itu berhenti seketika menahan sebak.
"Kemudian ku lihat di tangan kirinya ada secuil keju dan di tangan kanannya ada sehelai tuala kecil. Beliau mengibas-ngibaskan kedua-dua benda tersebut untuk menghalang api dari membakar tubuhnya. Lantas aku bertanya ibuku, kenapa dia menerima balasan sebegitu rupa sedangkan ketika hidupnya ibuku adalah seorang hamba yang patuh dengan ajaran islam dan isteri yang taat kepada suaminya?

Lalu ibuku memberitahu bahawa ketika hidupnya dia amat bakhil. Hanya dua benda itu sahaja iaitu secuil keju dan sehelai tuala kecil pernah disedekahkan kepada fakir. Yang lainnya hanya untuk bermuka-muka dan menunjukkan kelebihan hartanya sahaja.

Lalu aku terus mencari ayahku. Rupanya beliau berada di syurga dan sedang menjamu penghuni syurga dengan makanan yang lazat dan minuman dari telaga nabi.

Ayahku memang amat terkenal kerana sikapnya yang dermawan dan kuat beramal. Lalu aku bertanya kepada ayahku. "Wahai ayah, ibu sedang kehausan dan menanggung azab di neraka. Tidakkah ayah ingin membantu ibu sedangkan di dunia ku lihat ibu amat mentaatimu dan menurut perintah agama"

Lalu dijawab oleh ayahnya. "Sesungguhnya beliau dan semua penghuni syurga telah dilarang oleh Allah dari memberi walau setitik air kepada isterinya kerana itu adalah pembalasan untuk kebakhilan yang dilakukan ketika di dunia"

Oleh kerana kasihan melihat azab yang diterima oleh ibuku, aku lantas mengambil sedikit air mengguna tapak tangan kananku lalu dibawa ke neraka.

Belum sempat air tersebut mencecah bibir ibuku, api neraka telah menyambar tanganku sehingga melecur.

Seketika itu juga aku tersedar dan mendapati tapak tanganku melecur teruk.

Itulah sebabnya aku datang berjumpa engkau ya Rasulullah."
Panjang lebar gadis itu bercerita sambil airmatanya tidak henti-henti mengalir di pipi.

Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya ke telapak tangan gadis tersebut lalu menadah tangan, berdoa memohon petunjuk dari Allah. Jika sekiranya mimpi gadis tersebut adalah benar maka disembuhkanlah agar menjadi iktibar kepada beliau dan semua umat Islam.

Lalu berkat kebesaranNya tangan gadis tersebut sembuh.

Rasulullah lantas berkata, "Wahai anakku, pulanglah... .Banyakkan bersedekah dan berzikir dan pahalanya kau berikan kepada ibumu. Mudah-mudahan segala dosanya terampuni.
INSYALLAH"

Hadis tentang Isteri Solehah






Rasulullah s.a.w bersabda :

”Sesungguhnya apabila seorang suami menatap isterinya dan isterinya membalas pandang (dengan penuh cinta dan kasih), maka Allah menatap mereka dengan pandangan kasih mesra dan jika suami membelai tangan isterinya, maka dosa mereka jatuh berguguran disela-sela jari tangan mereka.” ( Hadith riwayat maisaroh Ali daripada Abu said Al-Hudri)

”Jika seorang isteri itu telah menunaikan solat lima waktu dan berpuasa pada bulan ramadhan dan menjaga kemaluannya daripada yang haram serta taat kepada suaminya, maka dipersilakanlah masuk ke sy urga dari pintu mana sahaja kamu suka.” (Hadith Riwayat Ahmad dan Thabrani)

”Tidak dihalalkan bagi seorang isteri yang beriman kepada Allah untuk mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya. Padahal suaminya tidak senang.” (Hadith riwayat Hakim)

”Hak suami terhadap isterinya adalah isteri tidak menghalangi permintaan suaminya sekalipun semasa berada di atas punggung unta tidak berpuasa walaupun sehari kecuali dengan izinnya, kecuali puasa wajib. Jika dia tetap berbuat demikian, dia berdosa dan tidak diterima puasanya. Dia tidak boleh memberi, maka pahalanya terhadap suaminya dan dosanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya.
Jika dia berbuat demikian, maka Allah akan melaknatnya dan para malaikat memarahinya kembali dan bertaubat, sekalipun suaminya itu adalah orang yang alim.” (Hadith riwayat Abu Daud Ath-Thayalisi daripada Abdullah Umar)

”sesungguhnya setiap isteri yang meninggal dunia yang diredhai oleh suaminya, maka dia akan masuk syurga.” (hadith riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah)

”Tidak sempurna dan lengkap seseorang mukmin kemudian daripada taqwa kepada Allah itu yang terlebih baik daripada isteri yang solehah. Apabila dipandang menyukakan hati, apabila disuruh ia taat. Dan apabila tiada suaminya ia memelihara maruah diri (kehormatannya) dan harta suaminya.”
(maksud hadith)

"seseorang perempuan tidak menunaikan hak Allah Taala sehingga ia telah menunaikan semua hak suaminya. Jikalau dikehendaki oleh suaminya sekalipun di atas timbunan duri tidak mencegahkan dirinya.” (Maksud hadith)

“Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan paling indah ialah wanita solehah.” (Hadis riwayat Muslim).

“Sebaik-baik wanita itu ialah wanita yang melahirkan anak, yang penyayang; yang memelihara kehormatannya; yang mulia pada kaca mata ahli keluarganya; yang menghormati suaminya; menghiaskan dirinya hanya untuk suaminya tercinta; memelihara diri daripada pandangan orang lain; yang mendengar kata-kata suaminya dan mentaati segala perintahnya. Apabila bersama suaminya, dia memberikan apa saja yang diperlukan suaminya dan dia tidak pula menolak ajakannya; serta tidak merendah-rendahkan atau menghina kedudukan suaminya di hadapan orang lain.” (Riwayat Al Tausi).


"Mahukah aku beritahukan kepada kalian, isteri-isteri kamu yang menjadi penghuni syurga ialah isteri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: "Aku tak dapat tidur sebelum engkau reda". (riwayat al-Nasai dalamIsyratun Nisa no. 257.)

“Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil isterinya ke tempat tidurnya lalu si isteri menolak ajakan suaminya (enggan) melainkan Allah SWT murka terhadapnya hingga si suami reda padanya. (riwayat Muslim no. 1436)

“Tiada faedah yang paling baik diperoleh seorang mukmin (suami yang beriman) selepas bertaqwa kepada Allah azza wa jalla selain isteri yang solehah. Apabila suami menyuruhnya, ia mentaatinya. Jika suami memandangnya ia menggembirakan hati suaminya. Sekiranya suami bersumpah, ia memenuhi sumpah suaminya itu. Apabila ia keluar kerana bertugas atau berjuang, ia menjaga maruahnya dan maruah suaminya serta menjaga harta benda suaminya dengan cara berjimat cermat membelanjakannya. (Riwayat Ibnu Majah).

“Allah memberi rahmat kepada seorang isteri yang jika ia bangun malam dan solat, ia membangunkan suaminya supaya sembahyang bersamanya. Tetapi sekiranya suaminya enggan, direnjiskan air ke muka suaminya dengan penuh kasih sayang.”

Allah SWT berfirman yang bermaksud: "Wanita (isteri) solehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, dikeranakan Allah telah memelihara mereka.” (al-Nisa’: 34)

“Seorang wanita itu dinikahi kerana salah satu daripada sifat-sifat utamanya; kejelitaannya, hartanya, akhlaknya dan agamanya. Hendaklah kamu memilih wanita yang memiliki agama dan akhlak, kamu akan beruntung kelak. (Riwayat Ahmad).


16 Tanda Kematian Yang Mulia




Pernahkah kita meminta supaya kita dimatikan dengan penutup yang baik 'husnul khatimah'? Sebenarnya bukan kena minta sahaja tetapi kena buru dan kena cari. Kali ini kita bincangkan tanda-tanda mati husnul khatimah. Antara tanda mati husnul khatimah ialah...:

1. Mengucapkan kalimah syahadah ketika wafat. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Sesiapa yang pada akhir kalimahnya mengucapkan La ilaaha illallah maka ia dimasukkan ke dalam syurga." (Hadis Riwayat Hakim)

2. Ketika wafat dahinya berkeringat. Ini berdasarkan hadis dari Buraidah Ibnul Khasib. Adalah Buraidah dahulu ketika di Khurasan, melihat saudaranya yang tengah sakit, namun didapatinya ia sudah wafat dan terlihat pada jidatnya (dahi) berkeringat, kemudian dia berkata: "Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya." (Hadis Riwayat Ahmad, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan ath-Thayalusi dari Abdullah bin Mas'ud)

3. Wafat pada malam Jumaat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w bermaksud: "Tidaklah seorang Muslim yang wafat pada hari Jumaat atau pada malam Jumaat kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari seksa kubur." (Hadis Riwayat Ahmad)

4. Mati syahid di dalam medan perang.

5. Mati dalam peperangan fisabilillah. Rasulullah bersabda, maksudnya: "Apa yang kalian kategorikan sebagai orang yang mati syahid di antara kalian?Mereka menjawab: "Wahai Rasulullah yang kami anggap sebagai orang yang mati syahid adalah siapa saja yang mati terbunuh di jalan Allah. Baginda bersabda: "Kalau begitu umatku yang mati syahid sangatlah sedikit." Kalangan sahabat kembali bertanya: "Kalau begitu siapa sajakah dari mereka yang mati syahid wahai Rasulullah?" Baginda menjawab: "Sesiapa yang terbunuh di jalan Allah, yang mati sedang berjuang di jalan Allah dan yang mati kerana penyakit kolera, yang mati kerana penyakit perut (iaitu disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti busung lapar atau sejenisnya), dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam, dialah syahid."(Hadis riwayat Muslim, Ahmad dan al-Baihaqi)

6. Mati disebabkan penyakit kolera. Mengenai ini banyak hadis Rasulullah s.a.w meriwayatkan antaranya sebagai berikut: Rasulullah bersabda, maksudnya: "Penyakit kolera adalah penyebab mati syahid bagi setiap Muslim." (Hadis riwayat Bukhari, ath-Thayalusi dan Ahmad)

7. Mati kerana tenggelam.

8. Mati kerana tertimpa runtuhan/tanah. Dalil dari dua perkara di atas adalah berdasarkan sabda Rasulullah bermaksud: "Kalangan syuhada itu ada lima; orang yang mati kerana wabak kolera, kerana sakit perut, tenggelam, tertimpa runtuhan bangunan dan syahid berperang di jalan Allah." (Hadis riwayat Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad)

9. Perempuan yang meninggal kerana melahirkan anak.

10. Mati terbakar.

11. Mati kerana penyakit busung perut. Mengenai kedua perkara ini banyak sekali riwayat dan yang paling masyhur adalah dari Jabir bin Atik secara marfu': "Kalangan syuhada ada tujuh: Mati terbunuh di jalan Allah, kerana penyakit kolera adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, kerana busung lapar adalah syahid, kerana penyakit perut keracunan adalah syahid, kerana terbakar adalah syahid dan yang mati kerana tertimpa runtuhan (bangunan atau tanah gelongsor) adalah syahid serta wanita yang mati ketika hamil adalah syahid." (Hadis riwayat Imam Malik, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad)

12. Mati kerana penyakit Tubercolosis (TBC). Ini berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w, maksudnya: "Mati di jalan Allah adalah syahid dan perempuan yang mati ketika melahirkan adalah syahid, mati kerana terbakar adalah syahid, mati kerana tenggelam adalah syahid, mati kerana penyakit TBC adalah syahid dan mati kerana penyakit perut adalah syahid." (Hadis riwayat Thabrani)

13. Mati kerana mempertahankan harta dari perompak. "Sesiapa yang mati kerana mempertahankan hartanya (dalam riwayat lain; Sesiapa menuntut hartanya yang dirampas lalu ia terbunuh) adalah syahid." (Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

14. Mati dalam membela agama dan jiwa. "Sesiapa mati terbunuh dalam membela hartanya, dia mati syahid; siapa saja yang mati dalam membela keluarganya, dia mati syahid; sesiapa mati dalam membela agama (keyakinannya), dia mati syahid dan siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) dia syahid."

15. Mati dalam berjaga-jaga (waspada) di jalan Allah. Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Berjaga-jaga (waspada) di jalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (solat) pada malam harinya. Apabila dia mati, mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari seksa kubur (fitnah kubur)."

16. Orang yang meninggal ketika mengerjakan amal soleh.

Semoga kematian kita dalam husnul khatiimah.
Aamiin

Wallahu'alam...

Rabu, 25 Juli 2012

Mengapa harus bangun pagi buta untuk sholat subuh?




Mengapa harus bangun pagi buta untuk sholat subuh?

"Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya" Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu?

"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya (pahalanya), niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rakaatnya; hanya dua rakaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit). Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib. Rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.

Anda merasa berat bangun pagi untuk sholat subuh? Jawablah dengan jujur hal berikut :

Ketika Anda harus berangkat keluar kota dengan menggunakan pesawat terbang atau kereta api pada pukul 05:00 pagi, bisakah dengan potensi fisik Anda tiba di bandara atau stasiun tepat pada waktunya? Apakah ada kelonggaran bagi Anda untuk datang terlambat ?

Apabila ada seorang kaya yang berjanji akan memberi Anda uang setiap hari pada pukul 05:00 pagi sebesar Rp 1 juta jika Anda datang tepat pada waktunya, apakah Anda akan mendatanginya? Apakah Anda akan beralasan bahwa Anda tidur terlambat, sehingga Anda tidak bisa datang? Jika Anda benar-benar dapat memenuhi keinginannya, sehingga Anda mendapat Rp 365 juta dalam setahun, lalu keesokan harinya ajal datang menjemput. Bayangkan Anda dibawa dengan keranda menuju liang lahat.

Jika Anda berada diposisi ini, jawablah dengan jujur : "Apakah Anda senang masuk liang lahat dengan membawa Rp 365 juta, dan tidak melaksanakan shalat Subuh walau sekalipun?". "Ataukah lebih utama bila Anda masuk liang lahat dengan membawa 365 shalat Subuh, dan Anda tidak bawa uang walau hanya seribu rupiah?".Jawablah dengan sejujur-jujurnya! Manakah yang lebih kekal dan bermanfaat?

"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya' dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat" [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]

Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga,Insya Allah.

Lantas mengapa harus bangun di pagi buta untuk melaksanakan shalat subuh?Simak keistimewaan bagi mereka yang shalat subuh didawah ini :

- Mendapat pahala sholat malam satu malam penuh "Barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah sholat setengahmalam. Dan barangsiapa sholat Subuh berjamaah maka seakan-akan dia telah melaksanakan sholat malam satu malam penuh.” (HR Muslim)

- Sholat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari Kiamat saat semua sumber cahaya di dunia akan padam.

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).Berjalan dalam kegelapan maksudnya adalah Sholat Isya’ dan Subuh di masjid.

- Dijanjikan Surga

“Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR Bukhari).

-Melihat Allah; Ada yang lebih diinginkan manusia selain surga, yakni melihat Allah disurga. Bagaimana caranya?

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, ‘Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan sholat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sholat sebelum terbenam matahari (Ashar).Maka lakukanlah". (HR Bukhari dan Muslim).

-Terdapat sholat sunnah yang lebih mulia dari dunia seisinya “Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR. Muslim).

-Waktu yang disaksikan; Waktu Subuh adalah waktu yang disaksikan hamba Allah yang mulia, yaitu para malaikat.”Sholat berjamaah lebih utama dari sholat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh lima lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu sholat Subuh". (HR Bukhari).

-Berada di bawah Lindungan Allah.

“Barangsiapa yang menunaikan sholat Subuh maka ia berada dalam jaminan (perlindungan) Allah.” (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

-Berkah; Rasulullah SAW menarik perhatian pada sahabat dan perhatian kita dengan pernyataannya bahwa keberkahan itu ada diwaktu pagi.“Ya Allah berkatilah umatku di waktu pagi.” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Wahai saudara ku.... Bangunlah diwaktu subuh dan tunaikanlah 2rakaat subuh.. hidup ini bukanlah hanya didunia tapi masih ada akhirat yang lebih utama..

Maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan..

Kebenaran hanya milik Alloh...
semoga kita selalu ada di jalannya....
Aamiin..


sumber:http://abdisuhamdi.blogspot.com

Selasa, 24 Juli 2012

6 PERKARA ALLAH SEMBUNYIKAN




6 PERKARA ALLAH SEMBUNYIKAN

ALLAH SWT selesai menciptakan Jibrail as dengan bentuk yang cantik,
dan ALLAH menciptakan pula baginya 600 sayap yang panjang ,
sayap itu antara timur dan barat (ada pendapat lain menyatakan 124, 000 sayap).

Setelah itu Jibrail as memandang dirinya sendiri dan berkata:
"Wahai Tuhanku, adakah engkau menciptakan makhluk yang lebih baik daripada aku?."
Lalu ALLAH SWT berfirman yang bermaksud.. "Tidak"

Kemudian Jibrail as berdiri serta solat dua rakaat karena syukur kepada ALLAH SWT
dan tiap-tiap rakaat itu lamanya 20,000 tahun.

Setelah selesai Jibrail as solat, maka ALLAH SWT berfirman yang bermaksud..
"Wahai Jibrail, kamu telah menyembah AKU dengan ibadah yang bersungguh-sungguh,
dan tidak ada seorang pun yang menyembah kepada_KU seperti ibadat kamu,
akan tetapi di akhir zaman nanti akan datang seorang nabi yang mulia yang paling AKU cintai, namanya MUHAMMAD.
Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa,
sekiranya mereka itu mengerjakan solat dua rakaat yang hanya sebentar saja,
dan mereka dalam keadaan lupa serta serba kurang,
fikiran mereka melayang bermacam-macam dan dosa mereka pun besar juga.
Maka demi kemuliaann_KU dan ketinggian_KU,
sesungguhnya solat mereka itu aku lebih sukai dari solatmu itu.
Karena mereka mengerjakan solat atas perintah_KU,
sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintah_KU."

Kemudian Jibrail as berkata:
"Ya Tuhanku, apakah yang Engkau hadiahkan kepada mereka sebagai imbalan ibadat mereka?"
Lalu ALLAH berfirman yang bermaksud...
"Ya Jibrail, akan AKU berikan syurga Ma''waa sebagai tempat tinggal..."

Kemudian Jibrail as meminta izin kepada ALLAH untuk melihat syura Ma''waa.
Setelah Jibrail as mendapat izin dari ALLAH SWT maka pergilah Jibrail as
dengan mengembangkan sayapnya dan terbang,
setiap dia mengembangkan dua sayapnya dia boleh menempuh jarak perjalanan 3000 tahun, terbanglah malaikat jibrail as selama 300 tahun sehingga ia merasa letih dan lemah
dan akhirnya dia turun singgah berteduh di bawah bayangan sebuah pohon
dan dia sujud kepada ALLAH SWT lalu ia berkata dalam sujud:
"Ya Tuhanku apakah sudah aku menempuh jarak perjalanan setengahnya,
atau sepertiganya, atau seperempatnya?"

Kemudian ALLAH SWT berfirman yang bermaksud.
"Wahai Jibrail, kalau kamu dapat terbang selama 3000 tahun dan
meskipun AKU memberikan kekuatan kepadamu seperti kekuatan yang engkau miliki,
lalu kamu terbang seperti yang telah kamu lakukan,
niscaya kamu tidak akan sampai kepada sepersepuluh dari beberapa perpuluhan
yang telah kuberikan kepada umat Muhammad terhadap imbalan solat dua rakaat
yang mereka kerjakan....."

Marilah sama" kita fikirkan dan berusaha lakukan...
Sesungguhnya ALLAH SWT telah menyembunyikan enam perkara yaitu :
* Allah SWT telah menyembunyikan redha_NYA dalam taat.
* Allah SWT telah menyembunyikan murka_NYA di dalam maksiat.
* Allah SWT telah menyembunyikan nama_NYA yang Maha Agung di dalam Al-Quran.
* Allah SWT telah menyembunyikan Lailatul Qadar di dalam bulan Ramadhan.
* Allah SWT telah menyembunyikan solat yang paling utama di dalam solat (yang lima waktu).
* Allah SWT telah menyembunyikan (tarikh terjadinya) hari kiamat di dalam semua hari.

Semoga kita mendapat berkat daripada ilmu ini. Wallahualam





Jika berkenan...
Tolong sebarkan cerita ini kepada saudara Muslim Muslimat yang lain
agar menjadi renungan dan pelajaran kepada kita semua.
Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah meninggal dunia...

Senin, 23 Juli 2012

Bidadari Syurga Yang Terindah

Bidadari Syurga Yang Terindah


"Ia mutiara terindah dunia. Bunga terharum sepanjang masa. Ada cahaya di wajahnya. Betapa indah pesonanya. Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya. Kelak, ia menjadi bidadari surga. Terindah dari yang ada (hanan)."

Pernahkah saudara-saudara melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita. Saya yakin kita semua belum pernah melihatnya. Kalau begitu mari kita ikuti percakapan antara Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.

Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)
Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)
Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)
Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)
Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”

Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudaraku.

Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.

Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga. Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu

Minggu, 22 Juli 2012

ALLAH Menjawab AL-FATIHAH Kita

ALLAH Menjawab AL-FATIHAH Kita"




Seberapa sering kah kita membaca Al-Fatihah secara terburu-buru dalam Shalat kita??
Sadarkah kita bahwa ALLAH menjawab do'a kita setiap ayat per ayat ??
ALLAH menjawab do'a kita dengan penuh kasih sayang ...

--------------------

Dari 'Ubaidah bin shamit r.a, Rasulullah telah bersabda :
"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surah AL-FATIHAH".

Riwayat dari Abu Hurairah pula, Rasulullah telah bersabda :
"Barangsiapa yang tidak membaca AL-FATIHAH di dalam shalat, maka shalatnya itu
tidak sempurna. ( Rasulullah telah mengulangi kenyataan ini sebanyak 3 kali )".

Lalu sahabat bertanya kepada Abu Hurairah :
"Bagaimana pula kalau kami mengikut imam?".

Jawab Abu Hurairah :
"Bacalah perlahan-lahan. Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda :


Bahwa ALLAH berfirman :
"Shalat itu AKU bagi 2 yaitu antara AKU dan hamba_KU.
Untuk hamba_KU ialah apa yang dimintanya ...

Apabila hamba_KU mengucapkan :
Alhamdulillahi rabbil 'alamin (segala puji bagi ALLAH, Tuhan seru sekalian alam)
AKU menjawab : hamdani 'abdi (hamba_KU memuji_KU )

Apabila hamba_KU mengucapkan :
Arrahmanirrahim (Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
AKU menjawab : 'Atsna alayya 'abdi (hamba_KU menyanjungi_KU )

Apabila hamba_KU mengucapkan :
Maliki yaumiddin (Maha penguasa hari kemudian)
AKU menjawab : Majjadani abdi (hamba_KU mengagungkan_KU )

Apabila hamba_KU mengucapkan :
iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (kepada Engkau kami menyembah dan
kepada Engkau kami minta pertolongan)
AKU menjawab : Hadza bayni wa bayna abdi, wali abdi ma saala
(inilah bahagian_KU dan bahagian hamba_KU yang dimintanya)

Apabila hamba_KU mengucapkan :
Ihdinash siratal mustaqim, siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaalin (pimpinlah kami ke jalan yang lurus, yakni jalan yang tidak engkau
murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)
AKU menjawab : Hadza li abdi, wali 'abdi ma saala (inilah milik hamba_KU,
dan bagi hamba_KU apa yang dia minta)


Itulah semua jawaban ALLAH apabila setiap kali kita membaca AL-FATIHAH

Subhanallah ...
begitu sayangnya ALLAH pada kita ...
DIA membalas setiap kalimat do'a yang kita panjatkan kepada_NYA ...
Tapi, pernahkah kita memberikan_NYA waktu untuk menjawab do'a kita ??

Kita yang selalu membaca Al-Fatihah dengan cepat,
tanpa memberi Jeda untuk ALLAH menjawab do'a kita ...

Kita jarang memberikan kesempatan pada ALLAH untuk menjawab do'a kita,
yang padahal, ALLAH sangat ingin berbincang dengan kita lewat do'a kita ...


Semoga bisa menjadi bahan renungan ...

Wallahu a'lam bishawwab ...

. "AKU, WANITA PALING BAHAGIA"

.



♥♥. "AKU, WANITA PALING BAHAGIA" .♥♥.




Kebahagiaan tetaplah rahasia Ilahi.
Meskipun ‘Sejuta Manusia’ menggapai langit dan menggali bumi demi kebahagiaan sejati.

Keyakinan terhadap takdir, menjunjung manusia kearah ketabahan, kepasrahan dan keteduhan hati. Keikhlasan, bak mutiara terpendam, menyorotkan cahaya pasrah, menyambut keridhaan Ilahi.

Peneladanan terhadapmu, wahai Nabiku, seringkali menggeser segala kesukaan kami terhadap segala penghuni bumi. Itulah sebabnya, kehambaan kami bertahan hingga kini.

Saudari Muslimah, berbahagialah dengan takdirmu.Niscaya keabadian Menghampirimu dengan segala keindahannya.

Saudari Muslimah, berbahagialah dengan keislamanmu, Niscaya Surga dunia, juga Surga Akhirat, berkenan menyambutmu …

*****
Berbahagialah, karena keimananmu selalu menggenapkan ‘janji-janji’ bahagia.
Berbahagialah, karena segala keindahan tertata indah dibalik keimananmu.
Berbahagialah, karena wanita beriman tidak pernah meninggalkan dunia dgn sia-sia.
Berbahagialah, karena kejayaan itu langkah demi langkah makin menghamipirimu.
Berbahagialah, karena iman dan kebahagiaan ibarat sepasang saudara kembar, yang tak terpisahkan selamanya.

Berbahagialah, karena iman masih didalam hati, takkan ada yang dapat mengusikmu …

*****
Semangat hidup selalu datang, saat saudari ‘barbaik hati’ dengan suami tercinta.
Langit-langit kehidupan, terasa sejuk menyirami hati, bila jiwa leluasa menggapai cita-cita.

Berbahagialah, saat ALLAH memberi kecukupan dengan karunia yang mungkin‘terlihat’apa adanya.
Berbahagialah, karena dibalik duniapun, banyak kaum fakir yang lebih menderita.
Berbahagialah, karena kita memang ditakdirkan untuk menikmati kehidupan kita.

*****
Aku amat bahagia, meski gemuruh derita membahana bak gelombang pasang.
Aku amat bahagia, meski deru musibah tak pernah berhenti menerjang.
Aku bahagia, meskipun aku tidak mengerti; apa itu bahagia.
Aku bahagia, saat ujung sajadahnya basah karena tetesan air mata.
Aku bahagia, saat segala takdir kuterima dengan pasrah.
Aku bahagia, saat rezeki yang bersahaja kupandang sebagai anugrah tak terkira.
Aku bahagia, saat orang percaya atau tidak percaya, bahwa aku bahagia…

*****
Saudari muslimah, terkadang kebahagiaan datang menyelinap, saat kita tidak menyadarinya. Karena tak seorangpun yang mengetahui, dimana kebahagiaan itu berada.

Tak seorangpun yang mampu mengungkapkan “Arti kebahagiaan sesungguhnya”.

Tataplah ke kehidupanmu, dengan keutuhan seorang hamba. Penghambaan sejati adalah awal bahagia…

*****
Berbahagialah, karena engkau ditakdirkan sebagai muslimah.
Berbahagialah, karena Surgamu adalah hidup bahagia.
Berbahagialah, saat duniamu menjadi Surga.

Berbahagialah, saat di alam Surga kelak engkau ditemani sang ‘bidadara’.
Berbahagialah, karena engkau adalah Surga.
Berbahagialah, karena ‘engkau’ menjadi kabar gembira.

Dari sini, kami menanti jawabanmu,
Kapan engkau menjadi kebahagiaan kita bersama?

*****
Senyumanmu, menjanjikan harapan bahagia.
Ketaatanmu, menjadi symbol ketentraman jiwa.
Keteguhanmu, bahkan menjadi pegangan kita bersama.

Saudari Muslimah, berbahagialah!
Kebahagiaan itu ada disisimu, saat setiap orang sibuk mengejarnya.

Saudari Muslimah, berbahagialah!
Kebahagiaan itu menyeruak indah dari lubuk hatimu, saat kami kebingungan mencarinya…

*****
Berbahagialah, kala keagungan Islam memandumu menuju bahagia.
Berbahagialah, saat ajaran demi ajarannya mengikatmu dengan keteduhannya
Berbahagialah, saat banyak wanita gagal menggapai bahagia.
Berbahagialah, karena ALLAH memilihmu menjadi ‘piranti bahagia’.
Berbahagialah, karena ALLAH tidak pernah melupakan keberadaanmu, tak pernah lupa bahwa engkau DIA ciptakan untuk‘ada’.

*****
Dimasa kecilmu, sang ibu membelaimu dengan penuh kasih, menceritakan kepadamu kisah" indah, Sehingga engkau terlelap manja.

Dimasa remajamu, ALLAH menganugerahimu kecantikan, keceriaan dan teman" yang lincah menggoda.

Saat engkau dewasa, engkau diberi kesempatan membahagiakan dirimu, saudara"mu dan kedua orangtuamu.

Dimasa pengantinmu, sang suami membelaimu, sehingga kembali engkau terlelap dengan manja

Berbahagialah, karena islam menyelimutimu dengan ‘ribuan’ piranti bahagia.
Berbahagialah, saat banyak wanita kafir didera derita demi derita.
Berbahagialah, karena ‘derita’ sekalipun, bagimu adalah awal bahagia.

*****
Saudariku, berbahagialah …
Karena kekayaanmu adalah harta yang tak mungkin terenggut paksa.

Berbahagialah …
Karena kehormatanmu adalah batu mulia yang berkilau selamanya.

Engkau kaya, karena engkau bahagia …
Engkau terhormat, karena engkau bahagia …
Milikmu ada dalam lubuk sanubarimu, menjuntai dan menawarkan buah" kasih, daun" cinta.

Ketabahanmu, rasa syukurmu, ketawakalanmu, keikhlasanmu, sikap teguhmu, kepuasanmu, Tak lain adalah kekayaan dan kehormatan sepanjang masa

Meski, ajal menjemput jiwa …
Meski, raga seolah terpenjara di dunia …
Meski, berjuta orang menuding, “ah, dasar kampungan!”

Tidak mengapa…
Di sudut" kampung itulah, berkumpul sejuta bahagia.

*****
Saat hari"mu terenggut kenistaan,
Saat ketentraman terusik melanggar kehambaan,
Saat banyak orang menertawaimu,
Saat banyak orang berkerumun meneriakimu sebagai ‘wanita kotor’,

Ternyata, kebahagiaan tidak pernah lenyap selamanya.
Taubatmu menghapuskan segala nista.
Ibadahmu, dzikirmu, shalatmu, semuanya, membuatmu tak lagi sengsara.

Saudariku, tataplah masa depan dengan lapang dada.
Kesalahan kemarin itu, anggaplah sebagai cobaan Agar engkau lebih dewasa..

*****
Berbahagialah saat mimpi" indah itu menjadi kenyataan.
Disamping seorang suami yang setia, Engkau bersimpuh mensyukuri kebahagiaan.

Tahukah saudari, bahwa apa yang engkau rasakan, Adalah impian berjuta wanita?

Tahukah saudari, bahwa apa yang engkau rindukan.
Justru ‘sampah’ yang terbuang dari kebanyakan wanita di dunia?

Kebebasan, jabatan, kedudukan, pujian, hak"‘kesamaan’, Telah mengubur mimpi wanita, mengubur banyakharapan.
Berbahagialah di rumahmu, karena engkau ibarat ratu dirumahmu, engkau dikenal sebagai ‘wanita’.

*****
Kebahagiaan tercipta, karena kita mampu menahan derita.
Kebahagiaan menyertai kita, karena kita menang melawan duka dan lara.
Kebahagiaan itu ada, karena kita diciptakan untuk bisa menyelesaikan segala persoalan yang ada.

Berbahagialah, karena ALLAH memberi kita kesempatan untuk menghamba.
Berbahagialah, karena banyak orang yang bermaksiat dengan rasa bangga.
Sementara kita mengutip bahagia dibalik derita.

Saudari Muslimah, berbahagialah, karena tak ada yang melarang kita untuk tetap berbahagia…


*****


Sumber :
Untaian kata-kata indah yang dikutip dari buku :
"AKU, WANITA PALING BAHAGIA"
(Sapa Takwa Menuju Bahagia)
Oleh : Abu Umar Basyir

♥SURAT CINTA UNTUK HATI



Bismillahirrohamnirrohim.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang kerap kali terisi oleh cinta selain dari_NYA, yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena_NYA, lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana keikhlasannya. Maka saat merasakan kekecewaan dan kelelahan karena perkara yang dilakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal ALLAH tidak pernah menanyakan hasil. DIA akan melihat kesungguhan dalam berproses.



Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa sahabat-sahabat tercintaku yang mulai lelah menapaki jalan_NYA ketika seringkali mengeluh, merasa dibebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya.



Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh sahabat-sahabat tercintaku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan? Dan kini terabailah sudah nurani yang bersih, saat ibadah hanyalah sebagai rutin belaka, saat jasmani dan fikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang penuh kepalsuan. Coba lihat disana! Hatimu menangis dan meranakah?



Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri sahabat-sahabat tercintaku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih di hadapan_NYA selain ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan.



Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati sahabat-sahabat tercintaku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma ALLAH disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan berlalu begitu saja, saat tiada rasa takut pada_NYA ketika maksiat dilakukan, dan tiada merasa berdosa ketika menzalimi diri sendiri dan orang lain.



Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari_NYA.


"Ya ALLAH ... yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini pada agama_MU, pada taat kepada_MU dan dakwah di jalan_MU " ...


Ya ALLAH ...
Sesungghunya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini ...

Telah berhimpun dalam cinta pada_MU,
Telah berjumpa dalam taat pada_MU,
Telah bersatu dalam dakwah pada_MU,
Telah berpadu dalam membela syari’at_MU ...


Maka kukuhkanlah IKATANnya.
Kekalkanlah CINTAnya.
Tunjukilah JALAN-JALANnya.

Penuhilah HATI-HATI ini dengan NUR cahaya_MU yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah DADA-DADA kami dengan limpahan keIMANan kepada_MU
dan keindahan berTAWAKKAL kepadaMu.

Nyalakanlah HATI kami dengan berMA'RIFAT kepada_MU.
MATIkanlah kami dalam SYAHID di jalan_MU.

Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Sampaikanlah kesejahteraan, ya ALLAH, pada junjungan kami Muhammad,
keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.

Aamiin ...


Salam Ukhuwah,

Sabtu, 21 Juli 2012

Mengenal Jenis Dzikir





Ada pelajaran yang amat menarik dari Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib, juga kitab beliau lainnya yaitu Madarijus Salikin dan Jala-ul Afham dibahas mengenai berbagai jenis dzikir. Dari situ kita dapat melihat bahwa dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah) dan takbir (Allahu akbar) saja. Ternyata dzikir itu lebih luas dari itu. Mengingat-ingat nikmat Allah juga termasuk dzikir. Begitu pula mengingat perintah Allah sehingga seseorang segera menjalankan perintah tersebut, itu juga termasuk dzikir. Selengkapnya silakan simak ulasan berikut yang kami sarikan dari penjelasan beliau rahimahullah.

Dzikir itu ada tiga jenis:

Jenis Pertama:

Dzikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.

Dzikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Sekedar menyanjung Allah seperti mengucapkan “subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”.

Dzikir dari macam pertama ini yang utama adalah apabila dzikir tersebut lebih mencakup banyak sanjungan dan lebih umum seperti ucapan “subhanallah ‘adada kholqih” (Maha suci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya). Ucapan dzikir ini lebih afdhol dari ucapan “subhanallah” saja.

Macam kedua: Menyebut konsekuensi dari nama dan sifat Allah atau sekedar menceritakan tentang Allah. Contohnya adalah seperti mengatakan, “Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan hamba-Nya”, “Allah Maha Melihat segala gerakan hamba-Nya, “tidak mungkin perbuatan hamba yang samar dari penglihatan Allah”, “Allah Maha menyayangi hamba-Nya”, “Allah kuasa atas segala sesuatu”, “Allah sangat bahagia dengan taubat hamba-Nya.”

Dan sebaik-baik dzikir jenis ini adalah dengan memuji Allah sesuai dengan yang Allah puji pada diri-Nya dan memuji Allah sesuai dengan yang Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji-Nya, yang di mana ini dilakukan tanpa menyelewengkan, tanpa menolak makna, tanpa menyerupakan atau tanpa memisalkan-Nya dengan makhluk.

Jenis Kedua:

Dzikir dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah.

Dzikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Mengingat perintah dan larangan Allah, apa yang Allah cintai dan apa yang Allah murkai.

Macam kedua: Mengingat perintah Allah lantas segera menjalankannya dan mengingat larangan-Nya lantas segera menjauh darinya.

Jika kedua macam dzikir (pada jenis kedua ini) tergabung, maka itulah sebaik-baik dan semulia-mulianya dzikir. Dzikir seperti ini tentu lebih mendatangkan banyak faedah. Dzikir macam kedua (pada jenis kedua ini), itulah yang disebut fiqih akbar. Sedangkan dzikir macam pertama masih termasuk dzikir yang utama jika benar niatnya.

Jenis ketiga:

Dzikir dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri.

Dzikir dengan Hati dan Lisan

Dzikir bisa jadi dengan hati dan lisan. Dzikir semacam inilah yang merupakan seutama-utamanya dzikir.

Dzikir kadang pula dengan hati saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang kedua.

Dzikir kadang pula dengan lisan saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang ketiga.

Sebaik-baik dzikir adalah dengan hati dan lisan. Jika dzikir dengan hati saja, maka itu lebih baik dari dzikir yang hanya sekedar di lisan. Karena dzikir hati membuahkan ma’rifah, mahabbah (cinta), menimbulkan rasa malu, takut, dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan dzikir yang hanya sekedar di lisan tidak membuahkan hal-hal tadi.

Pelajaran

Jika kita perhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim di atas, dapat kita simpulkan bahwa duduk di majelis ilmu yang membahas bagaimana mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya, bagaimana mengetahui secara detail hukum-hukum Allah berupa perintah dan larangan-Nya, itu semua termasuk dzikir. Bahkan jika sampai ilmu itu membuahkan seseorang bersegera taat pada Allah dan menjauhi larangan-Nya, itu bisa menjadi dzikir yang utama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim sebagai fiqih akbar. Namun jika sekedar mengilmuinya saja, itu pun sudah termasuk dzikir. Itu berarti bukan suatu hal yang sia-sia jika seseorang berlama-lama duduk di majelis ilmu untuk mendengarkan nasehat para ulama yang di mana di dalamnya dibahas hal yang lebih detail tentang Allah, dibahas pula berbagai perintah dan larangan-Nya. Ini sungguh merupakan dzikir yang amat utama.

Semoga Allah menganugerahkan pada kita semangat dan keistiqomahan untuk terus belajar dan tidak lalai dari dzikir pada-Nya.


Panggang-Gunung Kidul, 20 Jumadal Ula 1432 H (23/04/2011)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Keutamaan dzikir dalam hati

Keutamaan dzikir dalam hati



Dzikir terbagi ke dalam dua macam: Dziikir hati dan dzikir lisan. Masing-masing keduanya mempunyai pijakan dalil dari Al-Quran dan Sunnah. Berdzikir dengan lisan bisa dilakukan dengan melafalkan huruf perhuruf secara lantang (bersuara). Karenanya,d zikir jenis ini tidak mudah untuk dipraktekkan dalam setiap saat. Sebab pada saat melakukan jual beli di pasar dan yang sejenisnya sama sekali akan mengganggu seorang yang sedang berdzikir. Dengan demikian, otomatis lisannya akan berhenti berdzikir.

Berbeda halnya dengan dzikir hati, yaitu berdzikir dengan mengkonsentrasikan diri pada suatu makna (di dalam hati) yang tidak tersusun dari rangkaian huruf dan suara. Karenanya, seorang yang sedang berdzikir jenis ini tidak akan terganggu oleh apa pun juga.

Berdzikirlah mengingat Allah dengan hatimu tanpa bersuara
Tanpa diketahui oleh orang lain dan tanpa ada lafal dan ucapan yang dikeluarkan
Dzkir jenis ini adalah cara berdzikir yang paling utama
Jenis dzikir ini banyak diamalkan oleh para tokoh

Oleh karena itulah, para pembesar Tarekat Naqsyabandiyyah lebih memilih dzikir hati. Juga karena hati merrupakan tempat pengawasan Allah, tempat bersemayamnya iman, tempat bersumbernya rahasia, dan tempat bertenggernya cahaya. Hati yang baik akan mengakibatkan jasad seluruhnya menjadi baik. Begitu juga hati yang buruk akan berdampak menjadikan jasad menjadi buruk. Ini seperti yang telah dipaparkan oleh Rasulullah Saw..

Karenanya, seorang hamba tidak dikatakan mukmin, jika hatinya tidak terpaut pada apa yang harus diimaninya. Begitu pula ibadah yang menjadi tujuan tidak akan sah jika tidak menyertainya dengan niat (di dalam hatinya). Para imam sepakat bahwa semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tubuh tidak akan diterima kecuali dengan peranan hati. Hati sendiri dapat berperan (mampu berjalan sendiri) tanpa dituntun oleh anggota tubuh lainnya. Jika hati sudah tidak berperan lagi, maka keimanan seseorang tidak akan diterima. Ini disebabkan karena iman merupakan sikap pembenaran apa yang diimani oleh hatinya dengan tulus.

Allah Swt. berfirman, Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka (QS Al-Mujâdilah [58]: 22).
Dan firman-Nya, Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa (QS Al-Hujurât [49]: 3).
Firman-Nya pula, Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (QS Al-A‘râf [7]: 20).

Yakni, berdzikir di dalam hatimu. Ini berdasarkan firman Allah, Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” (QS Al-Mujâdilah [58]: 8). Allah Swt. berfirman pula, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut (QS Al-A‘râf [7]: 55).

Dari ‘Âisyah r.a., beliau berkata bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Zikir (dengan tak bersuara) lebih unggul daripada dzikir (dengan bersuara) selisih tujuh puluh kali lipat. Jika tiba saatnya hari kiamat, maka Allah akan mengembalikan semua perhitungan amal makhluk-makhluk-Nya sesuai amalnya. Para malaikat pencatat amal datang dengan membawa tulisan-tulisan mereka. Allah berkata pada mereka, ‘Lihatlah apakah ada amalan yang masih tersisa pada hamba-Ku ini?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Kami tidak meninggalkan sedikit pun amalan yang kami ketahui kecuali kami mencatat dan menulisnya.’ Allah lalu berkata lagi (pada hamba-Nya itu), ‘Kamu mempunyuai amal kebaikan yang hanya Aku yang mengetahuinya. Aku akan membalas amal kebaikanmu itu. Kebaikanmu itu berupa zikir dengan sembunyi (tak bersuara).” (HR Al-Baihaqî).

Dalam beberapa kitab yang memuat kompilasi hadis sahih, Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman, ‘Aku ini (bertindak) sesuai dengan prasangka hamba-Ku pada-Ku. Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam hatinya, maka Aku pun menyebutnya sendiri. Jika dia mengingat-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang banyak yang lebih mulia daripada orang banyak saat ia mengingat-Ku.” (HR Al-Bukhârî dan ahli hadis lainnya).

Abû ‘Awânah dan Ibnu Hibbân meriwayatkan dalam masing-masing kitab kumpulan hadis sahih mereka, juga Al-Baihaqî sebuah hadis berikut, “Sebaik-baik zikir adalah zikir dengan samar (khafî) dan sebaik-baik rezeki adalah rezeki yang mencukupi.” Nabi Saw. juga bersabda, “Zikir yang tidak terdengar oleh malaikat pencacat amal (maksudnya zikir khafî) mengungguli atas zikir yang dapat didengar oleh mereka (zikir jahrî) sebanyak tujuh puluh kali lipat.” (HR al-Baihaqi). Menurut ulama yang mentakhrij hadis tersebut, hadis itu dinilai sebagai hadis hasan li ghairihi. Hadis-hadis lainnya yang berbicara tentang keutamaan zikir khafî masih banyak sekali.

Sebagian orang yang telah mencapai tahapan makrifat mengatakan, “Berzikir dengan hati adalah pedangnya orang-orang yang meniti jalan ruhani. Dengan zikir itu, mereka bisa membunuh habis musuh-musuh mereka dan menjadi tameng dari bahaya-bahya yang merongrong mereka. Karena bahaya (musibah) yang datang pada seorang hamba lalu hatinya kaget terperanjat dan langsung mengingat Allah, maka itu akan mencegahnya dari segala sesuatu yang tidak diinginkannya.” Orang-orang yang telah makrifat ini juga berkata, “Siapa saja yang diinginkan baik oleh Allah, maka akan dibukakan penutup hatinya dan ditanamkan keyakinan di dalamnya.”

Syaikh Abû Sa‘îd Al-Kharrâz berkata, “Jika Allah ingin menjadikan seorang hamba sebagai kekasih-Nya, maka Dia akan membukakan pintu mengingat-Nya. Jika hamba tersebut sudah merasa kelezatan dalam mengingat-Nya, maka Dia akan membukakan pintu keakrakaban-Nya lalu diangkatlah hamba itu ke tempat yang serba nikmat dan senang gembira. Setelah itu, Dia akan mendudukkan hamba tersebut di atas kursi tauhid. Kemudian disingkapkan tirai yang menutupi-Nya. Hamba itu lalu dimasukkan ke suatu ruangan khusus tersendiri. Di sanalah, ia akan bisa melihat kebesaran dan keagungan-Nya. Ketika pandangannya tertuju pada kebesaran dan keagungan-Nya, maka dia sudah tidak merasa lagi sebagai makhluk. Karena saat itu ia telah menjadi masa yang fana. Lalu dia pun selalu berada dalam lindungan-Nya dan merasa terbebas dari berbagai pengakuan-pengakuan dirinya.”

Khâlid bin Ma‘dan berkata, “Seorang hamba pasti mempunyai dua mata di mukanya yang digunakan untuk melihat fenomena dunia. Selain itu, ia juga memiliki dua mata lagi yang terletak di dalam hatinya yang digunakan untuk melihat fenomena akhirat. Ketika Allah menginginkan hamba tersebut menjadi orang yang baik, maka Dia akan membukakan kedua mata hamba itu yang ada di dalam hatinya. Dengan demikian, kedua mata hatinya itu mampu melihat rahasia-rahasia kegaiban yang dijanjikan Allah. Lalu ketika Allah menginginkan hamba-Nya pada hal yang sebaliknya (bukan kebaikan), maka Allah tidak memperdulikan apa yang ada di dalam hatinya.”

Ahmad bin Hadhrawaih juga berkata, “Hati adalah wadah. Jika wadah itu penuh dengan kebajikan, maka cahaya-cahaya kebajikan (yang ada di dalamnya) akan keluar menyinari anggota-anggota tubuhnya. Jika wadah itu penuh dengan kebatilan, maka kegelapan yang ada di dalamnya akan bertambah ketika sampai pada anggota tubuhnya.”

Dzu Al-Nûn Al-Misrî berkata, “Satu jam dengan hati yang baik lebih utama daripada ibadah seluruh manusia dan jin. Jika malaikat saja tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau patung, maka bagaimana para pembawa kebajikan itu mau masuk pada seseorang yang di dalam hatinya dipenuhi dengan sesuatu selain Allah?!” Seorang agung yang telah menggapai tahapan makrifat, Abû Al-Hasan Al-Syâdzilî berkata, “Sebiji atom amalan-amalan hati sama nilainya dengan amalan-amalan lahiriyah (anggota tubuh) sebesar gunung.”

Berbeda halnya dengan zikir hati, yaitu berzikir dengan mengkonsentrasikan diri pada suatu makna (di dalam hati) yang tidak tersusun dari rangkaian huruf dan suara. Karenanya, seorang yang sedang berzikir jenis ini tidak akan terganggu oleh apa pun juga. Berzikirlah mengingat Allah dengan hatimu tanpa bersuara Tanpa diketahui oleh orang lain dan tanpa ada lafal dan ucapan yang dikeluarkan Zikir jenis ini adalah cara berzikir yang paling utama Jenis zikir ini banyak diamalkan oleh pNaqsyabandiyyah lebih memilih zikir hati. Juga karena hati meripakan tempat pengawasan Allah, tempat bersemayamnya iman, tempat bersumbernya rahasia, dan tempat bertenggernya cahaya. Hati yang baik akan mengakibatkan jasad seluruhnya menjadi baik. Begitu juga hati yang buruk akan berdampak menjadikan jasad menjadi buruk. Ini seperti yang telah dipaparkan oleh Rasulullah Saw.. Karenanya, seorang hamba tidak dikatakan mukmin, jika hatinya tidak terpaut pada apa yang harus diimaninya. Begitu pula ibadah yang menjadi tujuan tidak akan sah jika tidak menyertainya dengan niat (di dalam hatinya).

Para imam sepakat bahwa semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tubuh tidak akan diterima kecuali dengan peranan hati. Hati sendiri dapat berperan (mampu berjalan sendiri) tanpa dituntun oleh anggota tubuh lainnya. Jika hati sudah tidak berperan lagi, maka keimanan seseorang tidak akan diterima. Ini disebabkan karena iman merupakan sikap pembenaran apa yang diimani oleh hatinya dengan tulus. Allah Swt. berfirman, Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka (QS Al-Mujâdilah [58]: 22). Dan firman-Nya, Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa (QS Al-Hujurât [49]: 3). Firman-Nya pula, Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (QS Al-A‘râf [7]: 20). Yakni, berzikir di dalam hatimu. Ini berdasarkan firman Allah, Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” (QS Al-Mujâdilah [58]: 8). Allah Swt. berfirman pula, Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut (QS Al-A‘râf [7]: 55). Dari ‘Âisyah r.a., beliau berkata bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Zikir (dengan tak bersuara) lebih unggul daripada zikir (dengan bersuara) selisih tujuh puluh kali lipat.

Jika tiba saatnya hari kiamat, maka Allah akan mengembalikan semua perhitungan amal makhluk-makhluk-Nya sesuai amalnya. Para malaikat pencatat amal datang dengan membawa tulisan-tulisan mereka. Allah berkata pada mereka, ‘Lihatlah apakah ada amalan yang masih tersisa pada hamba-Ku ini?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Kami tidak meninggalkan sedikit pun amalan yang kami ketahui kecuali kami mencatat dan menulisnya.’ Allah lalu berkata lagi (pada hamba-Nya itu), ‘Kamu mempenyuai amal kebaikan yang hanya Aku yang mengetahuinya. Aku akan membalas amal kebaikanmu itu. Kebaikanmu itu berupa zikir dengan sembunyi (tak bersuara).” (HR Al-Baihaqî). Dalam beberapa kitab yang memuat kompilasi hadis sahih, Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman, ‘Aku ini (bertindak) sesuai dengan prasangka hamba-Ku pada-Ku. Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam hatinya, maka Aku pun menyebutnya sendiri. Jika dia mengingat-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang banyak yang lebih mulia daripada orang banyak saat ia mengingat-Ku.” (HR Al-Bukhârî dan ahli hadis lainnya). Abû ‘Awânah dan Ibnu Hibbân meriwayatkan dalam masing-masing kitab kumpulan hadis sahih mereka, juga Al-Baihaqî sebuah hadis berikut, “Sebaik-baik zikir adalah zikir dengan samar (khafî) dan sebaik-baik rezeki adalah rezeki yang mencukupi.”

Nabi Saw. juga bersabda, “Zikir yang tidak terdengar oleh malaikat pencacat amal (maksudnya zikir khafî) mengungguli atas zikir yang dapat didengar oleh mereka (zikir jahrî) sebanyak tujuh puluh kali lipat.” (HR al-Baihaqi). Menurut ulama yang mentakhrij hadis tersebut, hadis itu dinilai sebagai hadis hasan li ghairihi. Hadis-hadis lainnya yang berbicara tentang keutamaan zikir khafî masih banyak sekali. Sebagian orang yang telah mencapai tahapan makrifat mengatakan, “Berzikir dengan hati adalah pedangnya orang-orang yang meniti jalan ruhani. Dengan zikir itu, mereka bisa membunuh habis musuh-musuh mereka dan menjadi tameng dari bahaya-bahya yang merongrong mereka. Karena bahaya (musibah) yang datang pada seorang hamba lalu hatinya kaget terperanjat dan langsung mengingat Allah, maka itu akan mencegahnya dari segala sesuatu yang tidak diinginkannya.” Orang-orang yang telah makrifat ini juga berkata, “Siapa saja yang diinginkan baik oleh Allah, maka akan dibukakan penutup hatinya dan ditanamkan keyakinan di dalamnya.”

Syaikh Abû Sa‘îd Al-Kharrâz berkata, “Jika Allah ingin menjadikan seorang hamba sebagai kekasih-Nya, maka Dia akan membukakan pintu mengingat-Nya. Jika hamba tersebut sudah merasa kelezatan dalam mengingat-Nya, maka Dia akan membukakan pintu keakrakaban-Nya lalu diangkatlah hamba itu ke tempat yang serba nikmat dan senang gembira. Setelah itu, Dia akan mendudukkan hamba tersebut di atas kursi tauhid. Kemudian disingkapkan tirai yang menutupi-Nya. Hamba itu lalu dimasukkan ke suatu ruangan khusus tersendiri. Di sanalah, ia akan bisa melihat kebesaran dan keagungan-Nya. Ketika pandangannya tertuju pada kebesaran dan keagungan-Nya, maka dia sudah tidak merasa lagi sebagai makhluk. Karena saat itu ia telah menjadi masa yang fana. Lalu dia pun selalu berada dalam lindungan-Nya dan merasa terbebas dari berbagai pengakuan-pengakuan dirinya.” Khâlid bin Ma‘dan berkata, “Seorang hamba pasti mempunyai dua mata di mukanya yang digunakan untuk melihat fenomena dunia. Selain itu, ia juga memiliki dua mata lagi yang terletak di dalam hatinya yang digunakan untuk melihat fenomena akhirat. Ketika Allah menginginkan hamba tersebut menjadi orang yang baik, maka Dia akan membukakan kedua mata hamba itu yang ada di dalam hatinya.

Dengan demikian, kedua mata hatinya itu mampu melihat rahasia-rahasia kegaiban yang dijanjikan Allah. Lalu ketika Allah menginginkan hamba-Nya pada hal yang sebaliknya (bukan kebaikan), maka Allah tidak memperdulikan apa yang ada di dalam hatinya.” Ahmad bin Hadhrawaih juga berkata, “Hati adalah wadah. Jika wadah itu penuh dengan kebajikan, maka cahaya-cahaya kebajikan (yang ada di dalamnya) akan keluar menyinari anggota-anggota tubuhnya. Jika wadah itu penuh dengan kebatilan, maka kegelapan yang ada di dalamnya akan bertambah ketika sampai pada anggota tubuhnya.” Dzu Al-Nûn Al-Misrî berkata, “Satu jam dengan hati yang baik lebih utama daripada ibadah seluruh manusia dan jin. Jika malaikat saja tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau patung, maka bagaimana para pembawa kebajikan itu mau masuk pada seseorang yang di dalam hatinya dipenuhi dengan sesuatu selain Allah?!” Seorang agung yang telah menggapai tahapan makrifat, Abû Al-Hasan Al-Syâdzilî berkata, “Sebiji atom amalan-amalan hati sama nilainya dengan amalan-amalan lahiriyah (anggota tubuh) sebesar gunung.”

Template by:
Free Blog Templates