Jumat, 30 Maret 2012
Hukum Al-Qur'an yang Dipajang Sebagai Hiasan dan Pengusir Setan
Allah ta’ala telah berfirman tentang Al-Qur’an : ﺇِﻥّ ﻫَـَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻳِﻬْﺪِﻱ ﻟِﻠّﺘِﻲ ﻫِﻲَ ﺃَﻗْﻮَﻡُ ﻭَﻳُﺒَﺸّﺮُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺍﻟّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﺍﻟﺼّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﺃَﻥّ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮﺍً ﻛَﺒِﻴﺮﺍً “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” [QS. Al-Israa’ : 9]. ﻛِﺘَﺎﺏٌ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ ﻟّﻴَﺪّﺑّﺮُﻭَﺍْ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻟِﻴَﺘَﺬَﻛّﺮَ ﺃُﻭْﻟُﻮ ﺍﻷﻟْﺒَﺎﺏِ “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat- ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” [QS. Shaad : 29]. ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Masih banyak lagi ayat yang lain yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk, rahmat, obat penawar, dan jalan selamat bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sudah barang tentu bahwa segala hal yang menjadi tujuan diturunkan Al-Qur’an ini akan bermanfaat bagi manusia bila mereka membacanya, men- tadabur-inya (merenungkan/ menghayati), serta mengamalkan segala kandungannya. Al-Qur’an tidak akan banyak bermanfaat jika hanya sekedar dimiliki, dipajang, dijadikan hiasan, atau disimpan di dalam rumah.
Tidak dipungkiri bahwa Al- Qur’an mempunyai fadlilah (keutamaan) yang cukup banyak. Termasuk dalam hal ini adalah dapat melindungi diri serta mengusir gangguan syaithan. Melalui perantaraan (wasilah) apa fadlilah tersebut didapatkan ? Dengan membacanya (dan mengetahui maknanya) atau sekedar memajangnya di dinding dan di atas pintu ? Tentu kita semua memahami bahwa fadlilah tersebut akan kita dapatkan jika kita membacanya. ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﺄْﺧُﺬُ ﻣَﻀْﺠَﻌَﻪُ ﻳَﻘْﺮَﺃُ ﺳُﻮْﺭَﺓً ﻣِﻦْ ﻛﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻻ ﻭَﻛَّﻞَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﻣَﻠَﻜﺎً ﻓَﻼَ ﻳَﻘْﺮَﺑَﻪُ ﺷﻲْﺀٌ ﻳُﺆْﺫِﻳْﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻬُﺐَّ ﻣَﺘَﻰ ﻫَﺐَّ ”Tidaklah seorang muslim yang mengambil tempat pembaringannya lalu membaca satu surat dari Kitabullah kecuali Allah mengutus seorang malaikat. Maka tidak ada sesuatu yang mendekatinya dapat menyakitinya hingga ia bangun kapan saja ia terbangun” [HR. Tirmidzi no. 3407. Sanadnya dla’if menurut Asy-Syaikh Al-Albani, akan tetapi dihasankan oleh Al- Hafidh Ibnu Hajar dalam komentarnya terhadap kitab Al- Adzkar].
ﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪٌُ ﻭَﺍﻟْﻤُﻌَﻮِّﺫَﺗَﻴْﻦِ ﺣِﻴْﻦَ ﺗَﻤْﺴِﻲ ﻭَﺣِﻴْﻦَ ﺗُﺼْﺒِﺢُ ﺛَﻼﺙَ ﻣَﺮَّﺍﺕٍِ ﺗَﻜْﻔِﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍِ ”Surat Al-Ikhlash dan Al- Mu’awwidzatain (QS. Al-Falaq dan An-Naas) jika dibaca pada waktu sore dan pagi hari sebanyak tiga kali, akan mencukupimu dari segala sesuatu” [HR. Abu Dawud no. 5082, An-Nasa’i 8/250, At- Tirmidzi no. 3575, dan Ahmad 5/312; hasan shahih]. ﻻ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮْﺍ ﺑُﻴُﻮْﺗَﻜُﻢْ ﻣَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻳَﻨْﻔِﺮُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗُﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻴْﻪِ ﺳُﻮْﺭَﺓُ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ”Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syaithan itu akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah” [HR. Muslim no. 780]. ﻣﻦ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺣﻴﻦ ﻳﻤﺴﻲ ﺃﺟﻴﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﺒﺢ ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻟﻬﺎ ﺣﻴﻦ ﻳﺼﺒﺢ ﺃﺟﻴﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﺴﻲ ”Barangsiapa yang membaca ayat Kusi pada waktu sore hari, maka ia dijaga dari gangguan jin hingga pagi hari. Dan barangsiapa yang membacanya di waktu pagi hari, maka ia akan dijaga hingga sore hari” [lihat Shahih At-Targhib juz 1 no. 662]. ﺍﻗْﺮَﺃُﻭْﺍ ﺳُﻮْﺭَﺓَ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺧْﺬَﻫَﺎ ﺑَﺮَﻛَﺔٌ ﻭَﺗَﺮْﻛَﻬَﺎ ﺣَﺴْﺮَﺓٌ ﻭَﻻ ﺗَﺴْﺘَﻄِﻴْﻌُﻬَﺎ ﺍﻟْﺒَﻄَﻠَﺔُ ”
Bacalah surat Al-Baqarah, karena membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkannya berarti kerugian. Tukang sihir tidak akan bisa berbuat jahat kepada pembacanya” [HR. Muslim no. 804]. ﺍﻟْﺂﻳَﺘَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺁﺧِﺮِ ﺳُﻮْﺭَﺓِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَﻫُﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻟَﻴْﻠَﺔٍِ ﻛَﻔَﺘَﺎﻩُ ”Dua ayat terakhir dari Surat Al- Baqarah, barangsiapa yang membacanya di malam hari maka ia telah mencukupkannya” [HR. Bukhari no. 3786 dan Muslim no. 807].
[1] Semua nash yang shahih menunjukkan bahwa fadlilah ayat-ayat Al-Qur’an hanya dapat diperoleh – minimal – jika kita membacanya. Al-Qur’an bukanlah jimat yang ayat-ayatnya ditulis dan dibungkus dalam kain untuk menolak bala’ dan bahaya. Al- Qur’an pun bukanlah hiasan dan barang penglaris dagangan sehingga manusia bermegah- megahan dengannya. Tidak kita dapatkan contoh dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam, para shahabat, atau para ulama terpercaya setelah mereka yang memajang ayat Al-Qur’an di dinding sebagai hiasan dan penolak setan. Abu ’Ubaid meriwayatkan dalam kitab Fadlaailul-Qur’an (1/111) dengan sanad shahih dari Ibrahim An-Nakha’i bahwa ia berkata : ”Mereka (para shahabat radliyallaahu ’anhum) membenci segala macam tamimah (jimat)
[2], baik yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an atau bukan dari ayat-ayat Al- Qur’an”. Berikut kami nukilkan fatwa dari Al-Lajnah Ad-Daaimah terkait dengan pertanyaan : ﺱ: ﻳﺠﺮﻱ ﺑﻴﻊ ﻟﻮﺣﺎﺕ ﺗﻌﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺎﺋﻂ ﻣﻜﺘﻮﺏ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺁﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﺗﻌﻠﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻐﺮﻑ ﺗﻜﺮﻳﻤﺎ ﻭﺍﻓﺘﺨﺎﺭﺍ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ، ﻫﻞ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻠﻮﺣﺎﺕ ﻣﺤﺮﻡ ﺑﻴﻌﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺳﻮﺍﻕ ﻭﺍﺳﺘﻴﺮﺍﺩﻫﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻤﻠﻜﺔ؟ ﺝ: ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻧﺰﻝ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﺣﺠﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ، ﻭﺩﺳﺘﻮﺭﺍ ﻭﻣﻨﻬﺎﺟﺎ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺃﻓﺮﺍﺩ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻳﺤﻠﻮﻥ ﺣﻼﻟﻪ ﻭﻳﺤﺮﻣﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣﻪ، ﻭﻳﻌﻤﻠﻮﻥ ﺑﻤﺤﻜﻤﻪ، ﻭﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﻤﺘﺸﺎﺑﻬﻪ، ﻳﺤﻔﻆ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ، ﻭﻳﻜﺘﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ ﻭﺍﻟﺮﻗﺎﻉ ﻭﺍﻷﻟﻮﺍﺡ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ؛ ﻟﻠﺮﺟﻮﻉ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺗﻼﻭﺗﻪ ﻣﻨﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ، ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﺍﻷﻭﺍﺋﻞ ﻭﺩﺭﺝ ﻋﻤﻠﻬﻢ ﻋﻠﻴﻪ، ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﺑﺪﺃ ﻳﻈﻬﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻠﻰ ﻟﻮﺣﺔ ﺃﻭ ﺭﻗﻌﺔ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﻣﺰﺧﺮﻓﺔ ﻭﺗﻌﻠﻴﻘﻬﺎ ﺩﺍﺧﻞ ﻏﺮﻓﺔ ﺃﻭ ﺳﻴﺎﺭﺓ ﺃﻭ ﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻓﻠﻢ ﻳﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﺴﻠﻒ، ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻤﺎ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﻜﺎﺗﺐ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﻌﻠﻖ ﻣﻦ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻭﺍﻻﻓﺘﺨﺎﺭ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺷﻐﻞ ﺍﻟﻤﻌﺘﻨﻴﻦ ﺑﺬﻟﻚ ﻋﻦ ﺍﻻﻫﺘﻤﺎﻡ ﺑﺄﻏﺮﺍﺽ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺍﻟﺘﻲ ﻧﺰﻝ ﻣﻦ ﺃﺟﻠﻬﺎ، ﻓﺎﻷﻭﻟﻰ ﺑﺎﻟﻤﺴﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﺘﺮﻙ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﻭﻳﺒﺘﻌﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻌﺎﻣﻞ ﻓﻴﻬﺎ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﺤﻞ ﺧﺸﻴﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﺜﺮ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻬﺎ ﻭﺍﻟﺘﻌﺎﻣﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﺘﺸﻐﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻤﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ.ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ. ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ. ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ Soal : Seringkali dilakukan penjualan hiasan dinding yang tercantum di dalamnya ayat Kursi. Hal itu biasanya ditempel di ruangan sebagai bentuk penghormatan dan rasa bangga terhadap Al-Qur’an Al- Kariim. Apakah hiasan-hiasan tersebut diharamkan untuk menjualnya di pasar-pasar dan mendatangkannya ke kerajaan/ negeri ini ? Jawab : Al-Qur’an diturunkan supaya menjadi hujjah atas alam ini serta menjadi undang- undang dan manhaj bagi seluruh kaum muslimin. Mereka menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (di dalam Al-Qur’an), mengamalkan hukumnya, iman terhadap ayat- ayat mutasyabihaat. Al-Qur’an dihafal di dada (kaum muslimin), dan ditulis dalam lembaran-lembaran, dedaunan dan pelepah, serta yang lainnya; untuk dijadikan rujukan dan membacanya (dari lembaran itu) ketika dibutuhkan. Inilah yang dipahami generasi pertama kaum muslimin dan mereka beramal di atasnya. Adapun sesuatu yang baru muncul di jaman belakangan ini, berupa penukilan sebagian (ayat-ayat) Al-Qur’an pada hiasan atau kertas tulisan yang dihiasi serta menempelkannya dalam ruangan; maka itu semua bukan termasuk amalan generasi salaf. Dan bisa saja kerusakan yang timbul dengan sebab itu lebih besar daripada pengagungan dan rasa bangga yang dimaksud oleh orang yang menulis atau menempelkannya. Yaitu efeknya yang berupa membuat para pemerhati barang itu disibukkan dari memperhatikan tujuan pokok diturunkannya Al- Qur’an. Maka sebaiknya seorang muslim meninggalkan hal-hal ini dan menjauhkan (diri) dari berinteraksi (at- ta’aamul) di dalamnya, meskipun pada dasarnya hal tersebut halal. Hal tersebut dilakukan karena khawatir bahwa perbuatan dan interaksi tersebut akan merajalela sehingga menyibukkan manusia dari maksud Al-Qur’an yang sebenar-benarnya. Wabillaahit-taufiq. Wa shallallaahu ’alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Iftaa’ – ’Abdul-’Aziz bin Baaz (Ketua), ’Abdurrazzaq Al-’Afifi (Wakil Ketua), ’Abdullah bin Ghudayan (Anggota); dan ’Abdullah bin Qu’ud (anggota).
[3] [selesai]Kesimpulan : Tidak dibenarkan memasang Al-Qur’an di dinding atau yang lainnya untuk tujuan mengusir setan ataupun sebagai hiasan. Setan hanya akan lari ketika ayat Al-Qur’an dibaca dan diperdengarkan. Bukan dengan dipajang. Al- Qur’an diturunkan juga bukan sebagai hiasan yang justru rentan menimbulkan riya’ bagi pelakunya
[4]. Sudah selayaknya setiap muslim menghindari hal-hal yang demikian. Wallaahu a’lam. Abul-Jauzaa’