Senin, 10 Desember 2012

Bolehkah Wanita Haid Membaca Al-Quran ?



بسم الله الرحمن الرحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على سيد نا محمد الهادي الى الصراط المستقيم أما بعد

Bolehkah Wanita Haid Membaca Al-Quran ?

Diantara adab-adab membaca Al-Quran:

1. Membaca ta’awwudz (a’udzu billahi minasysyaithanirrajim).

Allah ta’alaa berfirman:

(فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) (النحل:98)

“Apabila kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Qs. 16:98)

2. Membaca Al-Quran dengan tartil (sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid).
Allah ta’alaa berfirman:

(وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً) (المزمل:4)


“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.” (Qs. 73:4)

3. Hendaklah dalam keadaan suci.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إني كرهت أن أذكر الله إلا على طهر

“Sungguh aku membenci jika aku berdzikir kepada Allah dalam keadaan tidak suci.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany)

4. Membersihkan mulut sebelum membaca Al-Quran dengan siwak atau sikat gigi atau yang lain.

Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

إن أفواهكم طرق للقرآن . فطيبوها بالسواك

“Sesungguhnya mulut-mulut kalian adalah jalan-jalan Al-Quran, maka wangikanlah mulut-mulut kalian dengan siwak.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany di Shahih Ibnu Majah 1/110-111).

5. Memilih tempat yang bersih.

6. Hendaknya merenungi apa yang terkandung di dalam Al-Quran.

Allah ta’ala berfirman:

(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً) (النساء:82)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. 4:82)

7. Memohon rahmat Allah jika melewati ayat-ayat rahmat dan meminta perlindungan dari kejelekan ketika melewati ayat-ayat adzab.

Di dalam hadist Hudzaifah disebutkan bahwa suatu saat beliau shalat malam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau menceritakan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran ketika shalat:

إذا مر بآية فيها تسبيح سبح وإذا مر بسؤال سأل وإذا مر بتعوذ تعوذ

“Jika melewati ayat yang di dalamnya ada tasbih (penyucian kepada Allah) maka beliau bertasbih, dan jika melewati ayat tentang permintaan maka beliau meminta, dan jika melewati ayat tentang memohon perlindungan maka beliau memohon perlindungan.” (HR. Muslim)

8. Tidak membaca Al-Quran dalam keadaan mengantuk.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا قام أحدكم من الليل فاستعجم القرآن على لسانه فلم يدر ما يقول فليضطجع

“Kalau salah seorang dari kalian shalat malam kemudian lisannya tidak bisa membaca Al-Quran dengan baik (karena mengantuk) dan tidak tahu apa yang dikatakan maka hendaklah dia berbaring.” (HR. Muslim)
(Lihat pembahasan lebih luas di At-Tibyan fii Aadaab Hamalatil Quran, An-Nawawy, dan Al-Itqan fii ‘Ulumil Quran, As-Suyuthi (1/276-299), Al-Burhan fii ‘Ulumil Quran, Az-Zarkasyi (1/449-480).

Kedua:

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah wanita yang haid boleh membaca Al-Quran atau tidak? Dan yang kuat –wallahu a’lam- diperbolehkan bagi wanita yang sedang haid untuk membaca Al-Quran karena tidak adanya dalil yang shahih yang melarang.

Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh membaca Al-Quran, diantaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha yang akan melakukan umrah akan tetapi datang haid:

ثم حجي واصنعي ما يصنع الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت ولا تصلي

“Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali thawaf dan shalat.” (HR.Al-Bukhary dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah)

Berkata Syeikh Al-Albany:

فيه دليل على جواز قراءة الحائض للقرآن لأنها بلا ريب من أفضل أعمال الحج وقد أباح لها أعمال الحاج كلها سوى الطواف والصلاة ولو كان يحرم عليها التلاوة أيضا لبين لها كما بين لها حكم الصلاة بل التلاوة أولى بالبيان لأنه لا نص على تحريمها عليها ولا إجماع بخلاف الصلاة فإذا نهاها عنها وسكت عن التلاوة دل ذلك على جوازها لها لأنه تأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما هو مقرر في علم الأصول وهذا بين لا يخفى والحمد لله

“Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membolehkan bagi Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-Quran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash dan ijma’ yang mengharamkan, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Aisyah dari shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran ketika haid diperbolehkan, karena mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.” (Hajjatun Nabi hal:69).

Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid ingin membaca Al-Quran maka dilarang menyentuh mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan ini adalah pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-Mabsuth 3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-18), Syafi’iyyah (Al-Majmu’ 2/67), Hanabilah (Al-Mughny 1/137).

Mereka berdalil dengan firman Allah ta’alaa:

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (الواقعة: 79)

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.”

Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mushaf yang kita dilarang menyentuhnya adalah termasuk kulitnya/sampulnya karena dia masih menempel. Adapun memegang mushhaf dengan sesuatu yang tidak menempel dengan mushhaf (seperti kaos tangan dan yang sejenisnya) maka diperbolehkan.

Berkata Syeikh Bin Baz:

يجوز للحائض والنفساء قراءة القرآن في أصح قولي العلماء ؛ لعدم ثبوت ما يدل على النهي عن ذلك بدون مس المصحف، ولهما أن يمسكاه بحائل كثوب طاهر ونحوه، وهكذا الورقة التي كتب فيها القرآن عند الحاجة إلى ذلك

“Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al-Quran menurut pendapat yang lebih shahih dari 2 pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang melarang, namun tidak boleh menyentuh mushhaf, dan boleh memegangnya dengan penghalang seperti kain yang bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang kertas yang ada tulisan Al-Quran (dengan menggunakan penghalang) ketika diperlukan” (Fatawa Syeikh Bin Baz 24/344).

Ketiga:
Yang lebih utama adalah membaca Al-Quran dalam keadaan suci, dan boleh membacanya dalam keadaan tidak suci karena hadats kecil.

Dan ini adalah kesepakatan para ulama.

Berkata Imam An-Nawawy:

أجمع المسلمون على جواز قراءة القرآن للمحدث الحدث الاصغر والأفضل أن يتوضأ لها

“Kaum muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Al-Quran untuk orang yang tidak suci karena hadats kecil, dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu.” (Al-Majmu’, An-Nawawy 2/163).

Diantara dalil yang menunjukan bolehnya membaca Al-Quran tanpa berwudhu adalah hadist Ibnu Abbas ketika beliau bermalam di rumah bibinya Maimunah radhiyallahu ‘anha (istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), beliau berkata:

فنام رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى إذا انتصف الليل أو قبله بقليل أو بعده بقليل استيقظ رسول الله صلى الله عليه و سلم فجلس يمسح النوم عن وجهه بيده ثم قرأ العشر الخواتم من سورة آل عمران

“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sampai ketika tiba tengah malam, atau sebelumnya atau sesudahnya, beliau bangun kemudian duduk dan mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak mengantuk, kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran.” (HR.Al-Bukhary)

Di dalam hadist ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran setelah bangun tidur, sebelum beliau berwudhu.
Imam Al-Bukhary telah meletakkan hadist ini di beberapa bab di dalam kitab beliau (Shahih Al-Bukhary) diantaranya di bawah bab:

باب قراءة القرآن بعد الحدث وغيره

“Bab Membaca Al-Quran setelah hadats dan selainnya”

Namun sekali lagi, tidak boleh bagi orang yang berhadats kecil menyentuh mushaf secara langsung.

Wallahu a’lam.

Ustadz Abdullah Roy, Lc

Sabtu, 01 Desember 2012

SURAT DARI SAUDARI MUSLIMAH PALESTINA


Assalamu'alaikum warahmatullah….


Saudariku,Aninda,,,

Sekiranya kalian tahu,,kami disini di palestina ini ibarat Putri yang selalu di lirik oleh lelaki hidung belang yang bernama yahudi..setiap saat kami dihujani dengan peluru..bom..mortir,,dan tembakan yang membabi buta,,sasarannya bukan hanya para pejuang,,tetapi anak anak dan wanita serta orang tua..kami bangga karena negeri kami tempat para syuhada ..

Saudariku seiman,,,
Kadang aku mendambakan sebuah negeri yang damai seperti indonesia..untuk kami bisa membesarkan anak anak kami yang suatu saat kelak berguna untuk bangsa,Agama dan kelangsungan keturunan kami…tetapi janji memang berkehendak lain..

Kami meyakini dengan segenap iman dan jiwa raga kami,,bahwa kamilah umat yang dijanjikan oleh Allah melalui nabi Musa alaihis salam sebagai pemilik syah dari Tanah ini..karena kami masih beriman kepada Allah dan menuruti segala Perintah dan menjauhi laranganNya…

Kami sudah mengetahui bahwa Yahudi adalah keluarga kami juga dari keturunan yang sama,,namun mereka bernenek moyang Tsamiri yang menyembah patrung lembu emas..dan kami masih menyembah Allah Yang Maha kuasa Tuhanya Seluruh Nabi dan Rasul yang mulia..

Saudariku seiman..
Kamipun meyakini bahwa sekuat apapun tentara Yahudi ingin mengusir kami..Tentara Allah akan selalu membantu kami..seperti kejadian baru baru ini,,tentara yahudi lari dan terbunuh oleh 20 pasukan berkuda berpakaian Jubah putih yang menggunakan pedang..mataku melihat sendiri dimana saat itu kami tidak memiliki daya melawan tentara yahudi,,disitulah Allah membantu kami…

Kubagikan cerita ini untukmu semoga engkau jangan risau,,sedih hati,,kami masih dilindungi Allah….dan masih disayang Allah,,hidup dan mati kami hanya untuk Allah..

Saudariku seiman,,
Sampaikan salam hormatku kepada semua umat islam di Indonesia,,terima kasih atas segala doa dan bantuannya..Allah akan membalas kebaikan semuanya..
wassalamu’alaikum warahmatullah

Jameela Qoudriya al assaff
Email from Palestine..Jameela@Yahoo.pal.com 19 nov 2012 22.11

Keadaan Bumi 3 Tahun Sebelum Munculnya Dajjal



Ketika Dajjal muncul, jumlah kaum muslimin amatlah banyak dan semakin bertambah kuat. Namun mendekati keluarnya Dajjal, kaum muslimin ditimpa bala’ yang amat berat. Hujan tidak kunjung turun. Tanaman pun tidak tumbuh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
وَإِنَّ قَبْلَ خُرُوجِ الدَّجَّالِ ثَلاَثَ سَنَوَاتٍ شِدَادٍ يُصِيبُ النَّاسَ فِيهَا جُوعٌ شَدِيدٌ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الأُولَى أَنْ تَحْبِسَ ثُلُثَ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّانِيَةِ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّالِثَةِ فَتَحْبِسُ مَطَرَهَا كُلَّهُ فَلاَ تَقْطُرُ قَطْرَةٌ وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ نَبَاتَهَا كُلَّهُ فَلاَ تُنْبِتُ خَضْرَاءَ فَلاَ تَبْقَى ذَاتُ ظِلْفٍ إِلاَّ هَلَكَتْ إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ ». قِيلَ فَمَا يُعِيشُ النَّاسَ فِى ذَلِكَ الزَّمَانِ قَالَ «
التَّهْلِيلُ وَالتَّكْبِيرُ وَالتَّسْبِيحُ وَالتَّحْمِيدُ وَيُجْرَى ذَلِكَ عَلَيْهِمْ مَجْرَى الطَّعَامِ
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum munculnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sulit, di mana manusia
akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat, Allah akan memerintahkan kepada langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. Dan pada tahun kedua Allah akan memerintahkan kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan duapertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka ia tidak meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tanaman-tanamannya, maka setelah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak dikehendaki oleh Allah." Kemudian para sahabat bertanya, "Dengan apakah manusia akan hidup pada saat itu?" Beliau menjawab, "Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan."
Sifat-Sifat Dajjal
Beberapa sifat Dajjal disebutkan dalam beberapa hadits berikut ini.
Dari 'Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أَطُوفُ بِالْكَعْبَةِ ، فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ سَبْطُ الشَّعَرِ يَنْطُفُ - أَوْ يُهَرَاقُ - رَأْسُهُ مَاءً قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوا ابْنُ مَرْيَمَ . ثُمَّ ذَهَبْتُ أَلْتَفِتُ ، فَإِذَا رَجُلٌ جَسِيمٌ أَحْمَرُ جَعْدُ الرَّأْسِ أَعْوَرُ الْعَيْنِ ، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ قَالُوا هَذَا الدَّجَّالُ . أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا ابْنُ قَطَنٍ » . رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ
"Ketika aku tidur, aku bermimpi thawaf di ka'bah, tak tahunya ada seseorang yang rambutnya lurus, kepalanya meneteskan atau mengalirkan air. Maka saya bertanya, 'Siapakah ini? ' Mereka mengatakan, 'Ini Isa bin Maryam'. Kemudian aku menoleh, tak tahunya ada seseorang yang berbadan besar, warnanya kemerah-merahan, rambutnya keriting, matanya buta sebelah kanan, seolah-olah matanya anggur yang menjorok. Mereka menjelaskan, 'Sedang ini adalah Dajjal. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qaththan, laki-laki dari bani Khuza'ah.'"
Dari ‘Ubadah bin Ash Shoomit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّى قَدْ حَدَّثْتُكُمْ عَنِ الدَّجَّالِ حَتَّى خَشِيتُ أَنْ لاَ تَعْقِلُوا إِنَّ مَسِيحَ الدَّجَّالِ رَجُلٌ قَصِيرٌ أَفْحَجُ جَعْدٌ أَعْوَرُ مَطْمُوسُ الْعَيْنِ لَيْسَ بِنَاتِئَةٍ وَلاَ جَحْرَاءَ فَإِنْ أُلْبِسَ عَلَيْكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga aku kawatir kalian tidak lagi mampu memahaminya. Sesungguhnya Al Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, berkaki bengkok, berambut keriting, buta sebelah dan matanya tidak terlalu menonjol dan tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah bahwa Rabb kalian tidak bermata juling.”
Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda tentang Dajjal,
أَعْوَرُ هِجَانٌ أَزْهَرُ كَأَنَّ رَأْسَهُ أَصَلَةٌ أَشْبَهُ النَّاسِ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ فَإِمَّا هَلَكَ الْهُلَّكُ فَإِنَّ رَبَّكُمْ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ
"(Dajjal) buta sebelah, putih dan berkilau, seolah kepalanya adalah (kepala) ular, dan (dia) adalah orang yang paling mirip dengan Abdul 'Uzza bin Qathan. Jika dia itu celaka dan sesat, maka ketahuilah bahwa Tuhan kalian tidaklah buta sebelah."
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّى خَاتَمُ أَلْفِ نَبِىٍّ أَوْ أَكْثَرُ مَا بُعِثَ نَبِىٌّ يُتَّبَعُ إِلاَّ قَدْ حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ وَإِنِّى قَدْ بُيِّنَ لِى مِنْ أَمْرِهِ مَا لَمْ يُبَيَّنْ لأَحَدٍ وَإِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَعَيْنُهُ الْيُمْنَى عَوْرَاءُ جَاحِظَةٌ وَلاَ تَخْفَى كَأَنَّهَا نُخَامَةٌ فِى حَائِطٍ مُجَصَّصٍ وَعَيْنُهُ الْيُسْرَى كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ مَعَهُ مِنْ كُلِّ لِسَانٍ وَمَعَهُ صُورَةُ الْجَنَّةِ خَضْرَاءُ يَجْرِى فِيهَا الْمَاءُ وَصُورَةُ النَّارِ سَوْدَاءُ تَدْخَنُ
"Sesungguhnya aku adalah penutup dari seribu Nabi yang telah diutus, dan tidaklah ada seorang Nabi yang diutus kecuali telah memperingatkan kepada umatnya tentang Dajjal, dan sungguh aku telah diberi penjelasan berkenaan dengannya yang tidak diberikan kepada seorang pun. Sesungguhnya ia adalah seorang yang bermata juling, sedang Rabb kalian bukanlah bermata juling. Mata kanannya melotot -tidak bisa dipungkiri- seakan-akan dahak yang menempel pada tembok yang dicat, sedang mata kirinya seperti bintang yang terang. Dan aku juga diberi penjelasan tentang semua ucapan, dan gambaran surga yang berwarna hijau yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Serta gambaran neraka yang berwarna hitam berasap.”
Di antara dua mata Dajjal tertulis KAFIR, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
إِنَّهُ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ مَنْ كَرِهَ عَمَلَهُ أَوْ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ
“Di antara kedua matanya tertulis KAFIR yang bisa dibaca oleh orang yang membenci perbuatannya atau bisa dibaca oleh setiap orang mu`min.”
Dalam hadits diceritakan mengenai Dajjal bahwa ia tidak memiliki keturunan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هُوَ عَقِيمٌ لاَ يُولَدُ لَهُ
“Dajjal itu mandul.”
Demikian penjelasan ringkas mengenai Dajjal dari beberapa hadits, terkhusus mengenai ciri-ciri Dajjal. Jika tidak ditemukan ciri-ciri demikian, maka tidak bisa disebut Dajjal Akbar yang akan muncul menjelang hari kiamat. Jadi tidak bisa kita katakan--misalnya--George Bush itu adalah Dajjal karena memang tidak ada ciri-ciri tersebut di atas.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Oleh Muhammad Abduh Tuasikal

CARA AL-QUR'AN MENGAJAK BERFIKIR



Salah satu sisi menarik kandungan Al-Qur’an adalah keterkaitan dengan masalah psikologi dan karakter manusia.
Yaitu, bagaimana cara Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir.
Ada banyak jalan di dalam Al-Qur’an yang membuka pemikiran, sehingga manusia mau menggunakan akal sesuai dengan fungsinya untuk berpikir.
Secara eksplisit atau dalam istilah ‘Ulumul Qur’an disebut mantuq (makna yang tampak jelas menempel pada lafal), Al-Qur’an menggunakan kata-kata afala ta'qilun, afala tadzakkarun, afala tatadabbarun, afala tatafakkrun yang berarti "apakah kalian tidak berpikir?", pada banyak ayatnya. Intinya merangsang manusia untuk menggunakan akal dan pikirannya.
Namun tidak jarang Al-Qur’an menggunakan perumpamaan atau kisah yang secara implisit mengajak manusia untuk berpikir.



*****
Misalnya ketika Allah SWT menjelaskan kepada manusia bahwa sedekah yang dikeluarkan karena riya, tidak ikhlas dan menyakiti orang yang menerimanya, tidak akan membuahkan pahala sesuatupun.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian”.

Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah , kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak berdebu)...". (QS.2. Al Baqarah 264).

Al-Qur’an mendeskripsikan kondisi sebuah lempengan batu yang tertutup lapisan pasir tipis. Sekilas, jika tidak dicermati, tanah itu tanah yang subur.

Begitu juga dengan sedekah yang disertai dengan menyebut-nyebut dan menyakiti, manusia akan menyangka sedekah tersebut diterima, padahal sebenarnya tidak membuahkan pahala sedikitpun seperti halnya lapisan pasir dan tanah yang disapu guyuran hujan.

*****
Contoh lain, ketika Allah SWT "mengilustrasikan" tuhan-tuhan yang disembah selain Dia dan menegaskan lemahnya kekuatan mereka, Allah menjelaskannya dalam untaian kalimat perumpamaan yang menusuk hati.

QS.29. Al-Ankabut 41: "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui."

Pemakaian kata laba-laba sebagai musyabbah bihi (kata yang menjadi perumpamaan), dan pekerjaan membuat sarang sebagai wajhus syabh (sisi atau sifat yang sama, yaitu lemah), sangatlah beralasan.

Allah mentafsirkan orang-orang yang mempersekutukanNya ibarat laba-laba. Capek-capek ia buat, ternyata sangat lemah dan rapuh. Dengan hanya sekali tiup, terbang serta rusaklah rumah laba-laba itu.

*****
QS.7. Al-A'raf 40: "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapNya, sekalikali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum".

Ayat-ayat itu menggambarkan sebuah perumpamaan yang sekilas kelihatan remeh namun bisa membuat hati bergetar.

Betapa tidak?

Allah mengganjar orang-orang yang mendustakan ayat-ayatNya dan menyombongkan diri terhadapNya dengan tidak masuk surga selama unta tidak bisa masuk ke lubang jarum. Artinya, mereka tidak mungkin masuk surga selama-lamanya.

*****
QS.14. Ibrahim 18: "Orang-orang yang kafir terhadap Tuhannya, amal-amal mereka seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia)...".

Dari ayat tersebut, tergambar jelas bagaimana jika amal perbuatan tidak dilandasi dengan iman, sekalipun perbuatan itu baik di mata agama dan masyarakat maka akhirnya seperti debu yang ditiup angin yang kencang, berhamburan dan tercerai berai ke segala penjuru dan tidak akan pernah berkumpul kembali.

****************
Kadangkala Allah menggunakan kata-kata tertentu yang jika diucapkan secara jahr, memunculkan gambaran tentang keadaan dan situasi tentang materi yang. dimaksud.

*****
Misalnya, ketika Allah SWT menjelaskan tentang was-was dalam QS.114. An Nas 1 – 6, Dia memilih kata-kata yang menjadi akhir ayat dengan huruf yang secara dominan menjadi penyusun kata waswas itu sendiri yaitu huruf sin.

Ketika dibaca dan dilafalkan ayat demi ayat secara berurutan (washal) sampai akhir surat, seakan-akan terjadi pengucapan secara berulang-ulang pada kata was-was dan mengandung penekanan makna dari kata tersebut.

Begitu pula dengan kata-kata yang Allah SWT pilih sebagai sinonim hari kiamat. Dari segi pengucapannya, sangatlah berat seakan-akan menggambarkan kondisi hari kiamat yang juga bisa jadi lebih berat.

Dalam hal ini kata-kata As-Shaakhah dan At Thaammah perlu dicermati. Jika diamati dari sisi ilmu tajwid, kedua kata tersebut terdapat bacaan mad lazim Mutsaqqal kilmi, karena setelah huruf mad terdapat taysdid. Artinya dalam pengucapannya ada penekanan yang berat (mutsaqqal).

*****
Demikian pula, pada pemilihan kata-kata "Yasysyaqqaqd', QS.2. Al Baqarah 74: "...Dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari batu tersebut..."

Dengan hanya melafalkan ayat itu, tergambar jelas dahsyatnya air yang muncrat dari pecahan batu tersebut. Dalam makhanjul huruf (tempat keluarnya huruf), huruf syin keluar dari tengah lidah dan langit atas.

Selain itu, Syin juga mempunyai sifat tafassyi yang artinya menyebar. Yaitu, menyebarnya udara ke seluruh mulut ketika mengucapkan huruf syin, seperti tersebarnya percikan air ke segala penjuru ketika keluar pertama kalinya.

Perlu juga dicermati penggunaan kata "Yassha'add pada QS.6 Al-An'am 125: " Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia lagi mendaki langit..".

Ketika ayat itu dibaca sampai pada kata Yassha'adu, dari sisi bunyi atau lafal seolah-olah tersedak atau tercekik.

*****
Wajar, karena pada kata tersebut, terdapat dua huruf isti'la, artinya lidah terangkat , sehingga terkesan berat ketika mengucapkan huruf tersebut.

Menariknya, huruf shad dan 'ain ditasydid, kalau diuraikan dan dijumlahkan ada 4 huruf isti'la, 2 shad dan 2 'ain.

Kondisi yang sama akan dialami jika seseorang naik ke langit dan mencapai ketinggian tertentu dimana tidak ada oksigen.

Dengan kata lain, dengan membunyikan ayat Al-Qur’an, sudah dapat ditangkap makna yang dikandungnya, subhanallah....

****************
Cara yang lain yang juga dipakai Al-Qur’an adalah dengan melontarkan pertanyaan oratoris.
Yaitu, pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.

Misalnya QS.6 Al-An'am 46 dan 47:
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana kami berkali-kali memperlihatkan tandatanda kebesaran (kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)."

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan Allah selain orang-orang yang dzalim?"

Pertanyaan yang terdapat pada ayat itu sangat menggelitik dan membuat manusia berpikir. Ilmu kedokteran modern dengan didukung teknologi yang canggih pun tidak akan sanggup membuat mata dan telinga menyamai ciptaan Allah yang asli baik secara bentuk maupun fungsi, apalagi membuat organ dalam manusia.

Jujur, terhadap orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, pada dasarnya mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka, kalaupun mereka memakainya, mereka mengingkari akal dan hati mereka sendiri.

Wajar, jika Allah menggunakan kata kafir untuk menyebut orang yang semacam ini, karena secara bahasa kafir adalah mengubur, menanam, menutup.

Mereka mengubur dan menanam dalam-dalam apa yang dikatakan oleh akal dan hati mereka karena kesombongan dan nafsu mereka.

7 PENYAKIT ANEH YANG SERING DIALAMI PARA WANITA



Berdasarkan sebuah survey selama beberapa tahun terakhir, ditemukan indikasi beberapa penyakit aneh yang sering dan biasanya dialami oleh wanita. Karena tergolong berbahaya dan belum banyak diketahui, mengakibatkan penyakit aneh ini susah untuk diobati

1. Nangisuitis (Akibat terlalu sensitif.) ....

Gejalanya : bibir cemberut, mata kedip-kedip.
Efek samping : mata bengkak, saputangan banjir, hidung meler, bawaannya ngurung diri atau terkena penyakit Curhatitis A.

Penyakit ini bisa diobati dengan obat "Tegaridol, OBH (Obat Berhati Hamba)".



2. Curhatitis ...
Gejala: Bawaannya pengen nyerocos)
Efek samping : rahasia orang bisa bocor,terkena Nangisuitis.

Penyakit ini bisa diarahkan positif jika ia bercuhatitisnya ke orang yang tepat, apalagi sama Pemilik 'Arsy Yang Agung.

3. Shooping Syndrome ...

Gejalanya : Pingin jalan2 terus, mata melotot lihat barang2 bagus.
Efek samping :lidah ngiler, mulut menganga, dompet jadi tipis.

Jika sudah masuk stadium 4 (parah banget) menyebabkan utangisme teman, bahkan dompet zauji (suami) ikut tipis. Coba minum "hematcold" atau tablet "PD(Pengendalian Diri)".

4. Cerewetisme ...

Gejala: Lebih parah dari Curhatitis B, tidak mengandung titik koma.
Efek samping : muncrat, telinga tetangga jadi sombong, teman sekitar jadi sumpek, serta dada zauji (suami) bisa jadi lebih halus karena sering mengelus.

Disarankan Pengobatannya dengan cara cepat-cepat makan pil "dengar" dan minum tablet merek "bicara lebih diperlambat".

5. Lamanian Dandanitositis ....

Gejala: Pinginnya diem depan cermin. Tangan kiri gatel-gatel pingin pegang sisir, tangan kanan kram-kram pingin teplok-teplok pipi pake bedak. kalau pake hijab/jilbab serba salah..kurang gini...kurang gitu... pinginnya disetrika melulu..sampai lungset.

Efek samping: menor, telat kuliah/ kajian/kerja, anak dan zauji jadi berkarat, ketinggalan kereta.

Minum segera Sari Bawak (Bagi Waktu) dan Taperi (tambah percaya diri). Buat teman, zauji/ anak minum "Toleransikipil" 230 sendok sehari sesudah dan sebelum mandi.

6. Cemburunotomy ....

Gejala : muka lonjong, tangan mengepal, alis menukik.
Efek samping : barang barang bisa hancur,

Coba cegah dengan obat sirup "prasangka baik" tiga sendok sehari, "Pil pengertian" dan tablet "selidiki dahulu".

7. Ngambekilation ...

Gejala hampir sama dengan Cemburubotomy. Minum "Sabaron dan Bersyukurinis"

Fisik Bukan Segalanya, tapi dari Sana Segalanya Bermula



Begitukah? Entah! Yang jelas, pantun klasik “Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kaki. Dari mana datangnya cinta eh, mestinya cintah dong ya – dari mata turun ke hati”, menggambarkan betapa mata adalah gerbang ke istana cinta. Apa yang bisa ditangkap oleh mata? Ya rupa, masa aroma?

Selain berbagai perbedaan lain, perbedaan “kualitas” fisik antarmanusia, seringkali dianggap sebagai bentuk ketidakadilan yang kejam dalam kehidupan. Jika memang seseorang memiliki rupa dan tubuh yang, katakanlah kurang simetris, layout atau perjawahannya tidak rapi, pokoknya sama sekali tidak nyaman dipandang, apalagi untuk jangka panjang, apa hendak dikata? Berusaha memoles dan merias habis-habisan, justru akan membuat makhluk itu kelihatan makin menyedihkan.



Orang yang sangat miskin, mungkin saja menjadi kaya bila dia gigih sekaligus “bernasib” baik. Tapi orang yang sangat jelek… Kegigihan dan nasib baik apa gerangan yang akan mengubahnya menjadi cakep? Operasi plastik? Nah, itu dia masalahnya. Bila dia berubah menjadi cakep dengan proses yang “maksa” itu, dia bukan dirinya lagi …

Kemiskinan, status sosial, derazat pendidikan, dan berbagai “kekurangan” lain, jelas akan mengganggu kepercayaan diri seseorang. Namun “kesadaran” akan buruknya kualitas “perwajahan dan pertubuhannya”, bukan lagi mengganggu, tetapi menggerogoti!

Wanita sering mengeluhkan, betapa pria adalah makhluk yang berorientasi kepada fisik. Tidak aneh sebenarnya, mengingat Sang Desainer tampaknya memang melekatkan jauh lebih banyak keindahan pada tubuh wanita daripada pria. (Oiya, kira-kira keindahan di tubuh pria itu apa ya?)

Tapi sebenarnya, tidak saja wanita yang perlu merasa risau soal fisiknya, ketika berhubungan dengan pria. Kaum pria pun begitu kok. Cuma ya, di-PD-PD-in saja.

Jadi inget dulu di milis, dapat posting tentang perbedaan cowok ganteng dengan cowok jelek.

Kalo cowok ganteng pendiem, cewek-cewek bilang: “Wow, cool banget…”

Kalo cowok jelek pendiem, cewek-cewek bilang: “Ih kuper…”

Kalo cowok ganteng bergaya gaul, cewek-cewek bilang: “fungky bo…”

Kalo cowok jelek bergaya gaul, cewek-cewek bilang : “ih norak…”

Kalo cowok ganteng jomblo, cewek-cewek bilang: “pasti dia perfeksionis”

Kalo cowok jelek jomblo, cewek-cewek bilang: “sudah jelas… Kagak laku!!!”

Kalo cowok ganteng jadi gay, cewek-cewek bilang: “tuh kan, cowok aja pada suka”

Kalo cowok jelek jadi gay,cewek-cewek bilang: “karena cewek-cewek udah nggak berminat”

Kalo cowok ganteng ganti-ganti cewek, cewek-cewek bilang: “wajar kan direbutin cewek-cewek cantik”

Kalo cowok jelek ganti-ganti cewek, cewek-cewek bilang: “pasti bolak-balik diputusin”

Kalo cowok ganteng dapet cewek cantik, cewek-cewek bilang: “klop… Serasi banget”

Kalo cowok jelek dapet cewek cantik, cewek-cewek bilang: “pasti maen dukun… Atau ceweknya matre”

Kalo cowok ganteng ditolak cewek, cewek-cewek bilang: “jangan sedih kan masih ada aku”

Kalo cowok jelek ditolak cewek, cewek-cewek bilang: (diam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari atas ke bawah).

Kalo cowok ganteng diputusin cewek, cewek-cewek bilang: “duh, kok bego banget tu cewek?”

Kalo cowok jelek diputusin cewek, cewek-cewek bilang: “akhirnya terbuka juga mata hati cewek itu”

Kalo cowok ganteng digaet tante-tante girang, cewek-cewek bilang: “pinter juga tuh tante”

Kalo cowok jelek digaet tante-tante girang, cewek-cewek bilang: “pasti karena cucakrowonya”

Kalo cowok ganteng ngaku pacar Asmirandah, cewek-cewek bilang: “percaya… Masuk akal”

Kalo cowok jelek ngaku pacar Asmirandah, cewek-cewek bilang: “yee, tolong beli kaca yg gede ye”

Kalo cowok ganteng suka merawat wajah, cewek-cewek bilang: “itu namanya memelihara aset”

Kalo cowok jelek suka merawat wajah, cewek-cewek bilang: “buang-buang waktu aja!!!”

Sedih ya membacanya… Konon lagi mengalaminya. *Pengalaman pribadi?* Tapi begitulah.

Padahal andai cewek-cewek itu tahu, atau siapapun yang cenderung menjadikan kecakepan sebagai kriteria terpenting, atau satu-satunya kriteria, dia bisa saja terjebak seperti membeli hp dengan casing kinclong, tapi daleman ancur!

Dan internet datang…

Banyak orang kemudian menjalin konektivitas, yang disebut sebagai “Relasi Kata tanpa Rupa”. Chatting, email, berbagai situs jejaring sosial, juga kemudian blogging, konon lagi bila berlanjut ke saling sms dan telepon, membuat antar insan menjadi begitu “dekat” walau mereka belum sempat bertatap muka.

Dalam hubungan di jagat maya itu, rupa dan unsur fisik secara keseluruhan, menjadi sekunder sifatnya. Jiwa, pemikiran, hal-hal yang tidak kasat mata, lebih mendapat ruang.

Memang banyak orang mencela jagat maya sebagai wahana beresiko tinggi untuk memulai sebuah hubungan yang serius. “Anda bisa tertipu!” kata mereka. Oiya? Trus ada jaminan manusia nyata yang Anda peluk-kecup setiap hari itu bukan seorang psikopat yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk memutilasimu? Tuh, si Ryan tidak memungut korbannya dari jagat maya, tapi dari pertemanan nyata.

Barangkali, teknologi internet, yang memungkinkan relasi kata tanpa rupa itu, adalah jawban Tuhan atas keluh makhluk-makhluk-Nya, yang karena satu dan lain hal, memiliki tubuh yang kurang argonomis, dan wajah asimetris. Apa coba?

Relasi kata tanpa rupa tadi, memungkinkan jiwa-jiwa terekat erat lebih dulu, sampai kepada suatu titik, ketika mereka sudah siap walau akan menemukan jiwa yang mengikat jiwanya itu, ternyata bersemayam di dalam tubuh yang jauh dari sempurna.

Pada akhirnya, tidak saja fisik bukan segalanya, tapi bahkan tidak segalanya harus bermula dari sana. Semoga bermanfaat dan dapat mengambil hikmat dari ulasan

SEMOGA BERMANFAAT

4 AYAT ANTI GALAU!



Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal p
ergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.

“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.

Pada dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.

Jangankan kita manusia biasa, bahkan Rasulullah pun pernah mengalami keadaan keadaan galau pada tahun ke-10 masa kenabiannya...

Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni (tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu Khuwailid.

Sahabat Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.

Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40)

Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.

Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...

Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.

Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.

Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;

1. Sabar
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).

Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.

2. Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).

Ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...

Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.

Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.

3. Positive thinking
Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).

4. Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...

Sebagaimana firman-Nya:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).

Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.

Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita.

Oleh: Zakariya Hidayatullah

HATI-HATI dengan nama-nama pemuda dibawah ini..!!




Karena mereka akan membuat kita malu..???!!!!!. siapakah mereka....????

1. Ibnu Sina dokter muda Islam yang telah membuka praktek dan menjadi dokter pribadi khalifah diusia 17 tahun

2. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang termuda yang memimpin ribuan pasukan pada usia 20 tahun bahkan umar bin khotob, usman bin affan dan abu bakar shidiq dibawah komandonya..



3. Thoriq bin Ziyad seorang pemuda yg berumur 30 thn telah menjadi komandan perang yg menaklukan spanyol

4. Muhammad Al fatih sultan turki sang pemuda berusia 21 thn penakluk imperium paling berkuasa di romawi timur

5. media yg kita pakai saat ini tau siapa yg membuat dialah Mark Zukerberg seorang pemuda yg saat berusia 20 thn menciptakan FACEBOOK

6. Napoleon Bonaparte pemuda berusia 24 tahun telah diangkat menjadi jendral dan menjadi kaisar prancis krn telah menjadi ahli strategi perang.

7. Thomas alfa edison saat berusia 23 tahun telah menemukan mesin telegraf dan memnciptkan listrik saat usia 32 tahn

8. siapa kita yg tdk knal jendral sudirman..? saat menjadi panglima perang usianya baru 27 thn dan telah menjadi jendral besar diusia 31 thn

hmm...pemuda seperti apaah kita saat ini.....????

INGATLAH...

" Tidak bergeser kaki anak adam pada hari kiamat nanti dihadapan RABBNYA sampai ditanya ttg 4 perkara :

1. Umurnya untuk apa dihabiskan
2. MASA MUDANYA utk apa diGUNAKAN,,
3. Hartanya dari mana didapat dan kemana dibelanjakan
4. sudahkan beramal thd ilmu yg telah diketahui ( HR. AT TARMIDZI no. 2340 )

Minggu, 02 September 2012

firasat seorang mukmin


QADHI Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim –salah seorang murid Imam Abu Hanifah– bercerita: “Saya biasa duduk bersama khalifah Harun ar-Rasyid dan makan dari hidangannya. Suatu hari, disajikan kepadanya faludzaj (sejenis makanan mewah), maka khalifah berkata, “Hai Ya’qub, makanlah ini, sebab makanan seperti ini tidak dibuat setiap hari untuk kami.” Saya bertanya, “Apa ini, wahai Amirul Mu’minin?” Dijawab, “Ini adalah faludzaj yang disiram dengan minyak fustuq.” Saya pun tertawa. Khalifah bertanya, “Mengapa engkau tertawa?” Saya jawab, “Tidak apa-apa. Semoga Allah mengekalkan Amirul Mu’minin.” Khalifah berkata, dan benar-benar mendesak saya, “Sungguh, ceritakan kepadaku!”

Saya pun menceritakan sebabnya: “Ayah saya – Ibrahim bin Habib – meninggal dunia, sedang saya masih kecil dan diasuh ibu. Saya pun diserahkan kepada tukang binatu untuk magang bekerja padanya. Suatu hari, saya meninggalkan tukang binatu dan melewati halaqah Abu Hanifah. Saya pun duduk mendengarkan. Ibu menyusul saya ke halaqah itu, menarik tangan saya dan membawa saya kembali kepada tukang binatu. Abu Hanifah sangat memperhatikan saya, sebab beliau melihat keinginan kuat saya untuk belajar. Karena peristiwa itu terus berulang dan ibu merasa bosan dengan “pelarian” saya ke majlis Abu Hanifah.” Ibu pun berkata kepada beliau, “Anak ini tidak memiliki kekurangan selain kamu! Ia anak yatim yang tidak punya apa-apa. Aku memberinya makan dari alat pemintal benangku. Aku berharap ia bisa bekerja mendapatkan uang satu daniq untuk menghidupi dirinya sendiri.” Beliau pun menjawab, “Pulanglah, bu. Anak ini sebenarnya sedang belajar makan faludzaj yang disiram dengan minyak fustuq.” Ibu pun pergi sambil berkata, “Engkau ini orang tua yang sinting dan tidak waras!”

Khalifah Harun ar-Rasyid sangat takjub mendengar kisah itu, lalu berkata, “Sungguh, aku bersumpah, ilmu itu benar-benar mengangkat derajat seseorang dan bermanfaat baginya, baik bagi agamanya maupun kehidupan dunianya. ”Khalifah kemudian mendoakan Abu Hanifah, dan berkata, “Beliau melihat dengan mata hatinya, sesuatu yang sebenarnya tidak bisa dilihat dengan mata kepalanya.”

Inilah yang – dalam Islam– disebut firasat, yakni lintasan pikiran yang terbit dari kekuatan iman dan kedekatan dengan Allah. Dengannya seseorang bisa menyaksikan apa yang tersembunyi dari mata kepala. Sejenis dengannya adalah karamah, yaitu tampilnya hal-hal ajaib dari seseorang yang bukan Nabi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa firasat dan karamah adalah karunia Allah; bukan hasil latihan, belajar maupun warisan. Ia muncul begitu saja sesuai kehendak-Nya, bukan karena permintaan yang bisa terjadi setiap saat. Maka, kekuatan firasat maupun karamah tidak bisa dipertontonkan di panggung-panggung hiburan, apalagi menjadi profesi.

Di zaman ini, ternyata “kemampuan” seperti itu tetap menggoda manusia. Sulap, magic, hipnotis, kekuatan supranatural, atau entah apapun itu namanya, selalu menarik perhatian. Terselip kekaguman, rasa ingin tahu, sekaligus kengerian dan misteri. Kita sering mendapati orang-orang yang dengan “kemampuannya” bisa memberitahukan apa yang tertutup dan tersembunyi, mengetahui penyakit tanpa memeriksa pasien, atau “mengobati” dari jarak jauh.

Bisa kita saksikan, banyak orang di zaman seperti ini “bersandar” pada kekuatan supra-natural. Ingin menjadi presiden, direktur BUMN, gubernur, bupati, walikota lari kepada orang-orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih.

Umumnya, yang seperti ini kebanyakan adalah para dukun.Padalah, Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda :

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal (dukun dan sejenisnya) menanyakan sesuatu maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim ).

Firasatnya orang beriman

Bagaimana cara kita memastikan bahwa semua itu benar dan identik dengan firasat serta karamah? Untuk memastikan, sebenarnya kita – terlebih dahulu – harus memeriksa siapa orang itu; agar diketahui dari mana “kemampuannya” bersumber.

Rasulullah bersabda, “Berhati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan (diterangi) cahaya Allah.” (Riwayat Tirmidzi, dari Abu Sa’id al-Khudry).

Hadits ini, memang diperselisihkan ulama. Sebagian mereka bahkan mengkategorikannya sebagai hadits maudhu (palsu), seperti Ibnul Jauzi dan ash-Shaghani. Namun, Ibnu Hajar, al-Haitsami, as-Suyuthi dan asy-Syaukani menyatakannya sebagai hadits hasan (baik), karena maknanya memiliki penguat dari sumber lain. Jadi, ia bisa dijadikan pegangan.

Yunus bin Abdul A’la pernah berkata kepada Imam Syafi’i, “Tahukan Anda, wahai Abu ‘Abdillah, apa yang dikatakan oleh teman kami?” Maksudnya, al-Laits bin Sa’ad atau lainnya. Bahwa ia berkata, “Andaikan engkau melihat dia (penganut bid’ah) bisa berjalan di atas air, maka jangan percaya, jangan perdulikan, dan jangan pula berbicara dengannya.” Beliau pun menanggapi, “Sungguh, demi Allah, dia telah berkata dengan ringkas dan padat.” (lihat: Syarh I’tiqadi Ahlis Sunnah wal Jama’ah, karya al-Lalika’iy).

Artinya, “kemampuan” semacam itu takkan Allah berikan kepada pelaku bid’ah, apalagi ahli maksiat dan orang kafir. Menurut Syarif Ali al-Jurjani dalam at-Ta’rifat, jika saja hal itu muncul dari mereka, maka namanya istidraj, yakni kemuliaan semu yang akan menyeret mereka ke dalam kehinaan dan siksa-Nya perlahan-lahan. Benar bahwa tebakan-tebakan mereka adakalanya tepat, namun bangsa jin suka mencuri dengar berita dari langit, lalu dibisikkannya ke telinga orang-orang fasik atau kafir yang bekerjasama dengannya, setelah dicampur dengan sejuta kebohongan.

Dalam kitab “Bariqah Mahmudiyah” dikatakan bahwa firasat hanya bisa dicapai dengan komitmen yang kuat kepada Allah, seperti menundukkan pandangan (ghaddhul bashar), menahan diri dari syahwat, memakmurkan jiwa dengan muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah), dan membiasakan diri memakan yang halal.

Artinya, hal-hal ajaib yang keluar dari sosok yang terjauh dari jalan Allah (apalagi pelakukan keluar dari syariah), pasti merupakan bagian dari tipuan syetan untuk menyesatkan manusia. Biasanya, setelah itu syetan akan menggiring kepada kemaksiatan yang sesungguhnya. Syetan punya maksud-maksud lain di balik itu, yang tidak selalu kita tahu. Oleh karenanya, waspadalah serta jauhilah!

SUMBER:http://copas4islam.blogspot.com/2012/02/percaya-firasat-orang-mukmin-boleh.html

FIRASAT

Ahmad Zain An Najah, MA


اتقوا فراسة المؤمن ، فإنه ينظر بنور الله

“ Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah “

( HR Tirmidzi dengan sanad lemah ,dalam Al Sunan, Kitab : Tafsir, Bab : Tafsir surat Al Hijr ( hadits 3127 )
Pengertian Firasat

Firasat , kalau kita kaji dengan teliti, ternyata terdapat di dalam ajaran Islam. Dalilnya, selain hadits di atas, adalah beberapa ayat Al Qur’an yang menyentuh masalah firasat tersebut, diantaranya adalah firman Allah:

إن في ذلك لآيات للمتوسمين

“ Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang “ Al Mutawassimin “ ( QS Al Hijr : 75 )

Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.

Sebagaimana firman Allah :

ولو نشاء لأريناكهم فلعرفتهم بسيماهم

“ Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu benar- benar mengetahui mereka dengan tanda- tandanya “ ( Qs Muhammad : 30 )

Allah juga berfirman :

يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف تعرفهم بسيماهم

“ Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta , kamu mengetahui mereka dengan tanda- tandanya “ ( QS Al Baqarah : 273 )

Walaupun hadits di atas sanadya lemah, namun makna dan artinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam . Banyak hal yang membuktikan bahwa orang yang beriman mampu memandang sesuatu dengan tepat dan akurat. Karena Allah memberikan kekuatan kepada orang yang beriman kepada-Nya , yang mana hal itu tidak diberikan kepada orang lain.

Kekuatan yang diberikan Allah tersebut, tidak hanya terbatas kepada cara memandang, melihat, memutuskan suatu perkara ataupun mencarikan jalan keluar. Akan tetapi, kekuatan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan ini. Orang yang beriman mempunyai kelebihan kekuatan dalam bersabar menghadapi ujian dan cobaan, karena dia yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyelamatkan dan memberikan jalan keluar dari ujian tersebut, sekaligus berharap dari ujian tersebut, bahwa dia akan mendapatkan pahala di sisi-Nya dan akan menambah ketinggian derajatnya di akherat kelak. Apalagi tatkala dia mendengar hadits yang menyatakan :

“ Jika Allah mencintai hamban-Nya , niscaya Dia akan mengujinya “,

tentunya , dia akan bertambah sabar , tabah dan tegar.

Di dalam peperangan, orang yang berimanpun mempunyai stamina dan keberanian yang lebih, karena mati syahid adalah sesuatu yang didambakan. Mati mulia yang akan mengantarkannya kepada syurga nan abadi tanpa harus dihisab dahulu. Belum lagi nilai jihad yang begitu tinggi, yang merupakan “ puncak “ ajaran Islam, suatu amalan yang kadang, bisa menjadi wasilah ( sarana ) untuk menghapuskan dosa-dosanya, walaupun dosa tersebut begitu besar, seperti yang dialami oleh Ibnu Abi Balta’ah seorang sahabat yang terbukti berbuat salah, dengan membocorkan rahasia pasukan Islam yang mau menyerang Makkah. Ke-ikut sertaannya dalam perang Badar, ternyata mampu menyelamatkannya dari tajamnya pedang Umar ibnu Khottob.

Dalam bidang keilmuan, tentunya keimanan seseorang mempunyai peran yang sangat urgen di dalamnya. Masalah keilmuan ini ada kaitannya dengan masalah firasat, yang merupakan pembahasan kita kali ini. Allah berfirman :

واتقوا الله ويعلمكم الله

“ Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan Allah mengajarimu “ ( QS Al Baqarah : 282 )

Ayat di atas menunjukan bahwa barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarinya( memberikan ilmu kepadanya ).Kalau orang – orang awam sekarang menyebutnya dengan “ Ilmu Laduni “ , yaitu ilmu yang diberikan Allah kepada seseorang tanpa melalui proses belajar, yang wajar dilakukan orang. Hakekat Ilmu Laduni ini sudah kita terangkan pada pembahasan sebelumnya.

Di sana juga, terdapat hadits yang mendukung ayat di atas, yaitu hadits yang berbunyi :

“ Barang siapa yang mengajarkan Al Qur’an , niscaya Allah akan mengajarkan sesuatu yang belum ia ketahui “

Artinya : Mengajarkan Al Qur’an adalah salah satu dari kegiatan yang menambah ketaqwaan atau keimanan seseorang kepada Allah, sehingga dengan amalan tersebut Allah akan membalasnya dengan mengajarkan kepadanya sesuatu yang ia belum mengetahuinya.

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw pernah berkata : “ Seorang yang alim melihat fitnah ( kekacauan dan sejenisnya ) sebelum datang, sedang orang yang jahil melihat fitnah setelah terjadi “ . Maksudnya , bahwa orang yang alim ( tentunya disertai dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Alah ) mempunyai firasat atau pengetahuan akan sesuatu yang akan terjadi, sedang orang yang bodoh dan tidak bertaqwa kepada Allah , tidak mengetahuinya kecuali setelah peristiwa tersebut terjadi. Ini bukan berarti sang alim tadi mengetahui hal- hal yang ghoib dengan begitu saja, akan tetapi artinya bahwa dia mengetahuinya dengan tanda- tanda ( firasat ) yang telah diberikan Allah kepadanya, atau tanda-tanda tersebut telah disebutkan Allah di dalam kitab suci-Nya dan hadits nabi-Nya.
Beberapa Contoh Firasat yang benar

Sekedar contoh, bahwa seorang alim akan mengetahui runtuhnya suatu bangsa, atau terjadinya malapetaka mengerikan yang akan menimpa pada suatu tempat, dengan melihat tanda- tandanya, seperti menyebarnya perzinaan dengan cara yang terang-terangan, merebaknya perbuatan liwath atau homosex, semaraknya riba di bank- bank dan di pasar- pasar, serta perbuatan –perbuatan sejenis, yang kesemuanya itu akan mendatangkan murka Allah dan mengakibatkan turun adzab dari langit. Penyakit “ AIDS ” , yang sampai sekarang belum ada obatnya, merupakan bukti nyata akan statement di atas. Di tambah muncul wabah baru yang mengerikan dan pemburu nyawa yang ditakuti oleh semua orang, yaitu wabah “ SARS “ yang membuat kalang kabut negara- negara maju. Terakhir penyakit ini, malah menyerang tentara Amerika yang menjajah Irak.

Terpuruknya bangsa- bangsa yang ada adalah akibat jauhnya mereka dari ajaran Islam , termasuk di dalamnya negara Indonesia, yang terus – menerus mengumbar kemaksiatan, meraup harta- harta hasil korupsi dan menebar kejahatan riba serta memerangi Islam dengan terang- terangan. Dan sebentar lagi adalah negara Amerika Serikat yang sedang sekarat dan terpuruk dengan berbagai persoalan dalam dan luar negri . Negara ini konon telah memberikan lampu hijau bagi kaum homosex untuk mempraktekan kebejatannya, ini adalah salah satu indikasi bagi “Al-Mutawassimin “ ( orang – orang yang mempunyai firasat ) bahwa negara tersebut telah berada pada jurang kehancuran.

Allahpun sebenarnya telah memberikan contoh ilmu firasat ini dengan sangat jelas , sebagaimana yang tertera pada ( Q.S Al Hijr, ayat :75) diatas. Alur pembicaraan ayat tersebut, ternyata berkenaan dengan peristiwa atau kemaksiatan yang di lakukan oleh kaum Luth, suatu bangsa yang pertama kali mengajarkan “ homosex “ kepada manusia, sehingga di hukum oleh Allah dengan dibaliknya kota Soddom dan dihujani dengan batu- batu besar.

Sesungguhnya hal itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang mempunyai firasat.

Tanda- tanda ( firasat ) yang digunakan oleh seorang yang alim untuk mengetahui sebuah peristiwa, bukan hanya berupa “ fahisah “ ( kemaksiatan seperti zina dan sejenisnya ) saja, akan tetapi tanda-tanda itu bisa juga berupa penyelewengan dari manhaj Al Quran secara umum dan penyelewengan dari disiplin ilmu yang benar, walaupun kadang, penyelewengan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja, seperti : tidak adanya amar ma’ruf dan nahi mungkar didalam suatu masyarakat, atau bahkan ada perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tetapi tidak dilandasi dengan ilmu syar’I yang benar .Kita lihat umpamanya, Bani Israel mendapatkan laknat dan adzab dari Allah karena mereka meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Bahkan kesalahanan seorang pemimpin dalam berijtihadpun bisa dijadikan tanda bagi orang yang mempunyai firasat bahwa hal itu akan menyebabkan malapetaka. Inilah salah satu bentuk firasat yang dimiliki oleh Ibnu Umar ra, ketika melepas Husein bin Ali ra – walaupun dengan sangat berat hati – berangkat ke Iraq untuk memenuhi ajakan penduduk Iraq yang ingin membai’atnya jadi kholifah , beliau berkata kepada Husein bin Ali ra:

“ Saya menitipkanmu kepada Allah , wahai orang yang akan terbunuh “.

Firasat Ibnu Umar mengatakan bahwa Husein akan terbunuh dalam perjalanan menuju Iraq tersebut, ternyata menjadi kenyataan . Terjadilah peristiwa mengenaskan yang ditulis sejarah dengan lumuran darah , yaitu pembantaian terhadap Husein ra, cucu Rosulullah saw dan rombongannya di “ Karbela “ , yang akhirnya menimbulkan luka mendalam pada seluruh umat Islam bahkan menimbulkan fitnah yang berkepanjangan hingga hari ini.

Para sahabat lainnya juga mempunyai firasat yang benar, seperti yang dimiliki oleh Abu Musa Al Asy’ari ra, ketika melihat perselisihan antara Muawiyah dan Ali di dalam menentukan sikap terhadap para pembunuh kholifah Utsman bin Affan. Beliau melihat perselisihan tersebut sebagai bibit fitnah yang harus dijauhi, sehingga beliau dengan beberapa sahabat senior lainnya, seperti Sa’ad bin Abi Waqas, Ibnu Umar, Usamah bin Zaid, Abu Bakroh, Salamah bin Akwah, Abu Huroirah, Zaid bin Tsabit dan lainnya, menolak untuk ikut campur dalam peperangan antara kedua kelompok umat Islam tersebut. Dan sikap inilah yang lebih dibenarkan oleh beberapa ulama “ muhaqiqin “ dari dua kubu lainnya, yaitu kubu Ali bin Abi Tholib ra dan kubu Muawiyah ra. Walaupun mayoritas Ulama lebih membenarkan kubu Ali bin Abu Tholib ra, tetapi pendapat tersebut kurang kuat, karena ada riwayat yang menyatakan penyesalan Ali bin Tholib terhadap sikap yang beliau ambil di dalam menghadapi fitnah ini, yaitu setelah perang Siffin yang mengorbankan ribuan putra- putra terbaik umat Islam itu selesai.

Begitu juga firasat yang dirasakan oleh kholifah Utsman bin Affan ra, ketika seseorang datang menemuinya , beliau mengatakan :

“ Salah satu dari kalian menemuiku , sedang perbuatan zina nampak pada matanya “

Mendengar perkataan tersebut, spontas saja, yang hadir di situ mengatakan : “ apakah pernyataan tuan tersebut, merupakan wahyu dari Allah ? “ . Kholifah Utsman menjawab : “ Bukan, akan tetapi itu adalah firasat yang benar “ .

Juga, sebelum beliau meninggal dunia karena terbunuh, beliau merasakan bahwa ajalnya telah dekat dan dia akan mati terbunuh, maka beliau mengambil sikap untuk tidak mengadakan perlawanan ketika segerombalan orang masuk ke rumahnya, serta menolak bantuan yang di tawarkan oleh beberapa pengawal dan sahabatnya. Beliau ingin menghindari pertumpahan darah antara kaum muslimin, yang ujung-ujungnya, beliau jugalah yang akan menjadi korbannya.
Menentukan Hukum dengan Firasat

Bukan sampai di situ saja, firasatpun kadang bisa digunakan di dalam memutuskan suatu masalah. Yang perlu diingat kembali, maksud firasat di sini adalah firasat yang benar, yang merupakan tanda- tanda atau bukti- bukti yang hanya bisa diketahui oleh orang – orang tertentu dan tentunya bisa dicerna oleh akal sehat.

Salah contohnya, adalah apa yang dilakukan oleh nabi Allah Sulaiman as, ketika dua orang perempuan datang kepada nabi Daud as, untuk menyelesaikan perkara mereka berdua yang masing – masing mempunyai bayi, salah satu bayi dari keduanya dimakan srigala. Kedua- duanya mengaku bahwa bayi yang masih hidup adalah bayinya. Tidak ada satupun dari mereka mau mengalah dan ironisnya lagi, tidak ada tanda satupun untuk bisa dijadikan bukti dalam perkara tersebut. Setelah berpikir sejenak, nabi Daud as akhirnya memutuskan bahwa bayi tersebut milik perempuan yang lebih tua. Apa yang dijadikan dasar oleh nabi Daud as, sehingga mengambil keputusan tersebut ? Barangkali karena pertimbangan umur, atau karena Nabi Daud as sejak pertama kali melihat bahwa bayi tersebut selalu dalam dekapan ( gendongan ) perempuan yang tua. Keadaan seperti itu dijadikan Nabi Daud as, sebagai dasar pijakan untuk memutuskan bahwa anak tersebut milik perempuan yang mendekapnya. Dan teori ini dibenarkan di dalam Hukum Islam.

Namun, ketika kedua perempuan tersebut mendatangi Nabi Sulaiman as, dan menceritakan duduk perkaranya. Karena tidak ada bukti, Nabi Sulaiman as berpikir sejenak. Dan tanpa banyak bicara, beliau segera memerintahkan anak buahnya untuk mengambil pedang. Setelah pedang yang terhunus tersebut di tangan nabi Sulaiman as, beliau menyarankan agar salah satu dari dua perempuan tersebut untuk mengalah, sebelum pedang tersebut diayunkan ke tubuh bayi mungil, untuk kemudian dibagi menjadi dua bagian supaya adil. Sampai di situ, kedua perempuan tadi tidak bergeming dari pendiriannya masing-masing. Mereka mengira bahwa nabi Sulaiman tidak mungkin berbuat setega itu. Namun, ketika perempuan yang lebih muda melihat Nabi Sulaiman ra, serius dan tidak main- main dengan ancamannya, serta hendak mengayunkan pedangnya persis di tengah tubuh bayi tersebut, tiba- tiba dia berteriak : “ Jangan engkau laksanakan wahai nabi Allah Sulaiman, mudah- mudahan Allah memberikan rohmat kepadamu, saya nyatakan bahwa bahwa anak tersebut milik perempuan yang lebih tua dariku “. Mendengar teriakan tersebut, Nabi Sulaiman tersenyum dan tidak meneruskan rencananya tersebut. Kemudian memutuskan bahwa bayi tersebut adalah milik perempuan yang lebih muda.

Nabi Sulaiman dalam memutuskan perkara tersebut, telah menggunakan firasat dan ilmunya bahwa diamnya perempuan yang tua, dan menjeritnya perempuan yang lebih muda serta tidak sampai hatinya dia menyaksikan anak tersebut dibelah menjadi dua, merupakan bukti atau tanda yang sangat kuat bahwa anak tersebut milik perempuan muda . Bahkan bukti- bukti seperti itu, jauh lebih kuat dari pada sekedar pengakuan perempuan muda sendiri yang menyatakan bahwa anak tersebut bukan anaknya, tapi anak perempuan yang lebih tua. Peristiwa ini bisa dilihat di dalam buku Shohih Bukhori, Kitab ; tentang para nabi, no ( 3427) dan di Shohih Muslim, Kitab ; peradilan no ( 1720 ) Peristiwa tersebut sangat erat kaitannya dengan firman Allah :

وداود وسليمات إذ يحكمان في الحرث غذ نفشت فيه غنم القوم وكنا لحكمهم شاهدين ، ففهمناها سليمان وكلا آتيناه حكمة وعلما

“ Dan ingatlah kisah Daud dan Sulaiman, ketika mereka memberikan keputusan tentang tanaman, karena tanaman tersebut di rusak oleh kambing –kambing kaumnya , dan Kami adalah menyaksikan apa yang mereka putuskan. Adapun Sulaiman telah Kami berikan pengertian ( kepahaman ) terhadap hukum yang tepat, Dan masing- masing dari keduanya , Kami beri hikmah dan ilmu … “ (QS Al Anbiya’ 78-79 )

Dari ayat di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa menentukan putusan dalam peradilan dengan tanda- tanda seperti itu, merupakan bagian dari “ al fahmu “ ( pemahaman) atau firasat, bukan sekedar ilmu belaka.

Namun , menurut hemat penulis “ al fahmu” atau firasat sebenarnya tidaklah bertentangan dengan Ilmu Syareat, bahkan “ al fahmu “ sendiri merupakan bagian dari Ilmu Syareat tersebut. Jadi, ilmu yang disebutkan Allah di dalam Qs Al Baqarah : 282 di atas,- yang datang karena ketaqwaan -, termasuk di dalamnya adalah ilmu “ alfahmu “ atau “ firasat yang benar “ .

Contoh lain, adalah apa yang terjadi pada masa kekholifahan Umar ibnu Khottob, ketika datang kepadanya seorang perempuan yang memuji sifat suaminya, seraya berkata : “ Suami saya adalah orang yang paling baik di dunia ini, dia selalu bangun untuk melakukan sholat malam hingga pagi, kemudian dia juga puasa pada siang harinya nya hingga malam “. Kemudian perempuan tersebut tidak sanggup meneruskan perkataannya, karena malu. Setelah perempuan tersebut pulang, berkata Ka’ab bin Suwar , seorang qhodi yang cerdas dari kalangan tab’in , kepada Umar : “ Wahai amirul mukminin, perempuan tadi sebenarnya ingin mengadu kepada tuan “. “ Mengadu tentang apa ? “ , tanya Umar. “ Mengadu tentang kedholiman suaminya “, jawab Ka’ab. “ Kalau begitu panggil mereka berdua dan kamu selesaikan masalahnya “, Jawab Umar tegas. “ Saya yang menyelesaikan urusan mereka, sedang tuan menyaksikannya ? “ tanya Ka’ab ragu. “ Iya, karena firasatmu dapat membaca sesuatu yang saya tidak memperhatikannya “ , jawab Umar ra. Mendengar hal tersebut Ka’ab menjadi tenang dan mulai menyelesaikan problematika kedua suami istri tersebut dengan membacakan firman Allah :

فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثنى وثلاث ورباع

“ Maka hendaklah engkau nikahi wanita- wanita yang engkau senangi : dua , tiga atau empat “ ( QS An Nisa : 3 )

Kemudian Ka’ab berkata : “ Dengan dasar ayat tersebut, maka ( wahai suami ) hendaknya engkau puasa tiga hari saja, adapun hari keempat engkau harus berbuka( tidak puasa ) bersama istrimu, dan hendaknya engkau sholat malam selama tiga malam saja, dan pada malam keempat, engkau harus tidur bersama istrimu “.

Umar bin Khottob berdecak kagum, ketika mendengar keputusan yang diajukan oleh Ka’ab kepada dua orang suami istri tersebut, kemudian berkata : “ Firasatmu yang kedua ini jauh lebih canggih dari yang pertama “. Akhirnya , Umar mengangkatnya sebagai qhodhi di kota Basroh.

Dari keterangan di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa firasat ternyata terdapat di dalam ajaran Islam, bahkan disebutkan di dalam Al Qur’an dan Hadits serta dilakukan oleh para sahabat dan para pengikutnya. Namun yang perlu di catat di sini, bahwa hal itu bukan berarti setiap orang boleh mengaku bahwa dia mempunyai firasat yang benar atau bahkan memutuskan sesuatu perkara dengan firasat , walaupun tanpa ada tanda- tanda atau bukti- bukti yang bisa di pertangungjawabkan baik secara Hukum Islam , maupun secara logika yang sehat.Karena hadits diatas, yang mengatakan untuk berhati- hati dengan firasat orang beriman , ditambah dengan contoh – contoh yang diutarakan di atas , telah membuktikan bahwa firasat yang bisa di terima adalah firasatnya orang yang beriman, yaitu orang yang benar- benar bertaqwa kepada Allah swt, disertai dengan bekal ilmu syar’I yang mapan.

Hal tersebut, dikuatkan dengan lafadh hadits bagian terakhir yang berbunyi ( karena dia melihat sesuatu dengan cahaya Allah ) maksud dari : “dengan cahaya Allah” di sini adalah dengan ketaqwaan dan dengan ilmu. Karena kalau sekedar mengaku taqwa tanpa bukti, tentunya tidak bisa di terima pengakuannya, karena salah satu bukti dari ketaqwaan adalah ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu bagaikan ibadahnya orang Nasrani (Kristen) yang dicap oleh Allah dengan golongan yang sesat. Seseorang tidak akan bisa beribadah dan bertaqwa kepada Allah dengan baik dan sempurna, kalau tidak mempunyai bekal ilmu yang cukup. Sebaliknya kalau hanya berbekal ilmu saja, tanpa ada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah juga tidak akan terwujud sebuah cahaya, karena ia termasuk type orang Yahudi yang di murkai oleh Allah.

Akhirnya, kita mengatakan bahwa firasat yang benar dan yang bisa dipertanggung jawabkan, apalagi yang bisa digunakan sebagai dasar pijakan untuk memutuskan perkara, hanyalah dimiliki oleh orang– orang yang berilmu dan bertaqwa serta beriman.

Semoga Allah menganugrahkan firasat yang benar kepada kita semua. Amien.

Kairo, Juli 2003

http://ahmadzain.wordpress.com/2006/12/10/ilmu-firasat/

Sabtu, 11 Agustus 2012

Ustad-Ustad Muda di TV yang Bikin?????

Ustad-Ustad Muda di TV yang Bikin?????



Melihat ustad-ustad muda yang wara-wiri tampil di TV menimbulkan keprihatinan bagi saya. Bukannya senang, tetapi malu. Malu melihat kelakuan dan gaya ustad yang membuat perut ini mau mual atau istilahnya ‘nek‘. Pengetahuan agama mereka minim, tetapi lagaknya seperti ulama yang mumpuni. Modal mereka kemampaun akting, wajah ganteng, hafal beberapa ayat, dan sedikit bakat orator. Televisi menggenjot mereka untuk menaikkan rating iklan dan itu artinya untung besar bagi pengelola TV. Untuk membuat penonton makin penasaran dan makin menyukai sang ustad, maka sisi kehidupan ustad muda pun digali termasuk kisah asmaranya. Kepopuleran sang ustad membuatnya menjadi selebriti dan kisah asmaranya memenuhi acara gosip (infotainment), lengkap dengan foto-foto perempuan yang pernah dipacarinya. Bah, semakin muak saja melihat ustad muda semacam itu, jauh dari kesan islami yang menjadi “kedok” da’inya.



Baru kali ini terjadi acara pernikahan seorang ustad muda ditayangkan langsung oleh televisi yang menjadi host sang ustad. Pernikahan artis kondang saja tidak pernah disiarkan langsung oleg televisi. Karena “mabuk” dalam popularitas, ucapan snag ustad kadang-kadang tidak terkendali. Dalam satu acara gosip dia menyatakan sambil bercanda bahwa kalau ia memberikan ceramah agama maka itu untuk mengejar pahala, tetapi kalau menikahi perempuan maka itu untuk mengejar paha. Hah! Ustad macam apakah yang berucap kalimat yang “jorok” tersebut. Ustad gadungan barangkali.

Tragisnya lagi, pamor sang ustad ini menjadi ternoda ketika mantan istrinya menceritakan aib masa lalu. Sang ustad beberapa kali melakukan hubungan intim dengan mantan istrinya itu karena tidak “tahan”. Sang ustad yang berkelit dikejar wartawan akhirnya mengaku melakukan itu setelah rujuk, sebuah alasan yang mengada-ada. Anehnya, meski aibnya terbongkar, sang ustad tetap saja makin eksis di televisi dan menjadi idola ibu-ibu majelis ta’lim. Televisi makin untung karena berita-berita tersebut membuat rating sang ustad makin laku.

Jamaaaah… ooo.. jamaaaah…

Ingat dengan slogan di atas? Ustad muda yang satu ini menggunakan lawakan dan akting seperti pemain teater untuk menarik perhatian. Penggunaan humor atau lawakan dalam ceramah agama sudah berlangsung sejak beberapa dekade. Yang mempeloporinya adalah dai sejuta ummat, Zainuddin MZ. Tetapi, humornya masih dalam batas kewajaran dan sangat mengena dengan isi ceramah yang disampaikannya. Lain Zainuddin MZ lain pula ustad asal Sulawesi tersebut. Lawakannya berlebihan dan terkesan dibuat-buat, begitu pula gerakannya seperti sedang berakting. Saya yang menonton menjadi nek, ini tuntunan atau tontonan? Ini ceramah agama atau hiburan agama?

Humor dalam ceramah agama itu ibarat bumbu, jika diberikan dalam takaran yang pas, ia menjadi bermanfaat dan membuat ceramah menjadi enak dan tidak membuat mengantuk. Tetapi jika diberikan dalam takaran yang berlebihan, ia membuat ceramah agama kehilangan tujuannya. Yang ditangkap oleh jamaah adalah kesan menghibur daripada menuntun ketaqwaan kepada Allah SWT. Orang datang ke ceramahnya akhirnya bukan untuk mengaji tetapi untuk mendengar aksi teater dan lawakan sang ustad Naudzubillah.

Saya masih respek kepada ustad-ustad muda semacam Yusuf Mansur, Arifin Ilham, atau Ilham Tanjung, dan dalam batas-batas tertentu kepada Aa Gym dan Ustad Jefry (yang terakhir ini dulu disebut ustad gaul tetapi sekarang saya lihat dia sudah banyak berubah). Ceramah agama mereka bernas dan tidak terkesan dibuat-buat, pengetahuan agamanya lumayan bagus, isi ceramahnya membuat kita banyak merenung, beda benar dengan ustad muda gadungan.

Banyaknya ustad muda gadungan yang bermunculan menjadi selebriti memancing minat banyak anak muda mengadu peruntungan menjadi ustad. Kontes da’i di televisi dibanjiri peminat, tetapi gaya mereka di televisi adalah aktivitas kepura-puraan dan hasil karbitan. Modal mereka adalah kepandaian berpidato yang dibuat-buat meniru da’i kondang dibalur dengan beberapa ayat supaya terlihat lebih religius. Kosong tak bermakna. Karena pemenang yang terpilih didasarkan pada jumlah dukungan SMS yang masuk, maka jangan kaget jika pememangnya adalah calon ustad yang wajahnya paling ganteng dan secara fisik lebih menarik (baca tulisan pembaca di Hidayatullah tentang hal ini).

Masih lebih baik ustad-ustad tawadhu di kampung-kampung, di pesantren-pesantren, yang ceramah agamanya lebih memikat hati ketimbang ustad muda gadungan di televisi itu. Mereka berceramah bukan untuk meraih popularitas, tetapi memang untuk memberikan tuntunan agama kepada ummat. Mereka mungkin tidak laku untuk tampil di televisi karena penampilan fisik mereka yang kurang memenuhi syarat atau tidak pandai melawak. Tetapi percayalah, substansi ceramah mereka banyak memberikan renungan mendalam untuk dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat.

Dakwah, BERTUJUAN untuk…
Mengajak … bukan … mengejek
Mengajar … bukan … meng-hajar
Membina … bukan … menghina
Menasehati … bukan … menusuk hati

DAKWAH akan LANCAR dengan…
Menabur kasih … bukan…menguburnya
Menggalang kekuatan … bukan …menggulungnya
Menerangi kebenaran … bukan …memeranginya
Menjaga hak saudara … bukan …menjegalnya

Dakwah, SEHARUSNYA bisa…
Membimbing … bukan…membimbangkan
Memajukan … bukan …memojokkan
Menganjurkan … bukan …menghancurkan
Menyadarkan … bukan …menidurkan

DAKWAH akan lebih BERKWALITAS dengan…
Tabah hadapi cobaan … bukan …tambah minta pujian
Sabar lewati rintangan … bukan…gusar hadapi tantangan
Mewujudkan amalan nyata …bukan … mengumbar kata kata
Menuntun mad-uw … bukan …menonton mereka

DakWah, TERASA INDAH bila
untuk…Meneladani … bukan …menelanjangi
Saling memberi … bukan … salingmeng-iri
Menyemangati … bukan …menyengat-mati
Mencipta rasa damai … bukan …membuat massa ramai

DAKWAH, terasa MANIS dengan…
Menebar senyum manis … bukan… mengumbar wajah sinis
Berakhlak halus … bukan …berakal bulus
Berniat tulus … bukan … berminat fulus

DAKWAH, itu UPAYA untuk…
Mempertahankan akidah … bukan… mempertuhankan kabilah
Menghidupkan sunnah … bukan …meredupkannya dg bid’ah
Menjadikan orang patuh … bukan… membuatnya jatuh
Membuat umat sembuh … bukan… menjadikannya kumat &kambuh

Isyarat Rasulullah SAW— Di Sinilah Tempat Turunnya Nabi Isa Alaihis Salam

Isyarat Rasulullah SAW— Di Sinilah Tempat Turunnya Nabi Isa Alaihis Salam



Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim terdapat riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dimana Rasulullah saw. bersabda,
“Pada malam aku diisra’kan, aku bertemu Nabi Musa. Baiklah aku jelaskan cirinya. Ternyata dia adalah seorang lelaki jangkung—maksudnya tinggi—, (rambut) kepalanya berombak, seperti orang dari Syanu’ah. Rasul bersabda, ‘Dan aku bertemu pula Nabi Isa. Baiklah aku jelaskan cirinya. ‘Lalu beliau katakan, ‘ Aku lihat dia (berkulit) kemerahan, seolah-olah dia baru keluar dari ‘dimas’—maksudnya kamar mandi.’”
Dan menurut riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, Rasulullah saw. bersabda,
“Aku melihat Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Ibrahim. Adapun Isa (berkulit) kemerahan, (berambut) keriting dan berdada bidang. Adapun Musa (berkulit) sawo matang, berperawakan tinggi-besar, berlambut lurus seperti orang Zuth.”

Sedang menurut riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, bahwa dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah saw. menceritakan tentang si picak Dajjal di tengah orang banyak, beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu tidak picak. Ketahuilah bahwa si Picak Dajjal itu cacat mata kanannya. Matanya bagaikan anggur yang mengapung (di atas air). Allah memperlihatkan kepadaku dalam mimpi di sisi Ka’bah seorang lelaki berkulit sawo matang dengan warna yang paling indah yang pernah dilihat pada kulit siapapun. Dia biarkan ujung rambutnya terurai antara kedua pundaknya. Rambutnya berombak, kepalanya (seolah-olah) meneteskan air. Dia letakkan kedua tangannya di pundak dua orang lelaki sambil berthawaf mengelilingi Ka’bah. Maka aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Al-Masih Putra Maryam.’ Dan di belakangnya aku melihat seorang lelaki berambut pendek-keriting, cacat mata kanannya, sangat mirip dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan kedua tangannya di pundak seorang lelaki sambil berthawaf mengelilingi Ka’bah. Maka aku berkata, ‘Siapakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Si Picak Dajjal.’”

Hadist ini ada mutabi’nya diriwayatkan oleh ‘Ubaidillah dari Nafi’.
Al-Bukhari meriwayatkan pula dari Salim, dari ayahnya, dia berkata, Tidak, demi Allah. Rasulullah saw. tidak mengatakan Nabi Isa itu berkulit merah, tetapi beliau mengatakan:
“Ketika aku tidur, aku (bermimpi) thawaf di sekeliling Ka’bah. Tiba-tiba aku melihat seorang berkulit sawo matang, berambut lurus, berjalan pelan diapit dua orang lelaki. Kepalanya (seolah-olah) meneteskan air. Maka aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Inilah Al-Masih Putra Maryam.’ Lalu aku pergi sambil menoleh. Tiba-tiba aku melihat seorang berkulit merah, berperawakan tinggi-besar, berambut keriting, mata kanannya cacat, matanya bagaikan anggur yang mengapung (di atas air). Aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Dajjal.’ Orang yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qathan.”
Kata Az-Zuhri, “Ibnu Qathan adalah seorang lelaki dari kabilah Khuza’ah, meninggal pada masa Jahiliyah.”

Dalam riwayat An-Nawwas bin Sam’an, Rasulullah saw. bersabda,
“Nabi Isa akan turun di menara putih sebelah timur kota Damaskus, mengenakan dua baju berwarna tanah merah, meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap dua orang malaikat. Apabila dia menundukkan kepala, maka (seolah-olah) meneteskan air, dan apabila mengangkat kepala, maka (seolah-olah) berjatuhanlah tetesan-tetesan itu bagai manik-manik mutiara. Dan tidak ada seorang kafir pun yang mencium bau nafasnya melainkan mati. Padahal nafasnya sejauh matanya memandang.”
Inilah hadist yang paling mahsyur tetnatng tempat turunnya Isa Al-Masih, yaitu di atas menara putih timur kota Damaskus. Namun dalam sebuah kitab ditemui juga, bahwa Nabi Isa as akan turun di menara putih sebelah timur Masjid Jami kota Damaskus.
Barangkali riwayat inilah yang dihapal dengan baik (mahfuzh). Sedang riwayat yang mengatakan “bahwa beliau turun di menara putih timur kota Damaskus,” itu merupakan ungkapan yang telah berubah, yakni ungkapan yang oleh perawinya diucapkan menurut apa yang dia pahami. Karena kenyataannya, di Damaskus tidak ada menara yang disebut “Al-Manarah Asy-Syarqiyah” (Menara Timur) selain menara yang terletak di sebelah timur Masjid Jami Umawi.

Dan agaknya pengertian inilah lebih pas dan cocok, karena ketika turunnya Nabi Isa itu iqamat telah dikumandangkan. Maka seseorang mempersilahkan beliau: “Wahai imam kaum muslimin, wahai Ruh Allah, majulah.”
Lalu beliau menjawab: “Majulah kamu, karena iqamat ini dikumandangkan untukmu.” Dan dalam riwayat lain dikatakan: “Sebagian kamu adalah pemimpin atas sebagian yang lain.”

Sekarang ini, bangunan menara tersebut telah direnovasi pada tahun 741 H, menggunakan batu-batu putih. Pembangunannya dilaksanakan atas biaya orang-orang Nasrani, yang telah membakar menara sebelumnya di tempat itu.
Masjid Jami Umawi (menara Timur kota Damaskus) SEBELUM direnovasi
Barangkali ini pun salah satu bukti kenabian Muhammad saw. yang tampak dengan mata kepala dimana Allah menakdirkan pembangunan menara ini atas biaya kaum Nasrani sampai dengan turunnya Nabi Isa bin Maryam kelak. Lalu beliau akan membunuh babi, mematahkan salib, tidak menerima upeti dari mereka.

Masjid Jami Umawi (menara Timur kota Damaskus) ketika direnovasi
Tetapi barangsiapa yang masuk Islam, maka diterima Islamnya. Dan kalau tidak, maka dibunuh. Begitupun hukum yang akan beliau putuskan terhadap orang-orang kafir di belahan bumi yang lain pada waktu itu. Demikianlah di antara pemberitahuan mengenai apa yang akan dilakukan Isa Al-Masih dan syariat yang diterapkannnya, yaitu bahwa yang akan beliau laksanakan tak lain adalah syariat Islam yang suci ini.
“Alhamdulillah, terima kasih ya Allah engkau jadikan kami lahir dalam keadaan Islam dan wafatkan juga kami dalam keadaan Islam. Amin ya Rabbal Alamin….”
Masjid Jami Umawi (menara Timur kota Damaskus) saat ini.

Wallahu ‘alam bissawab..

sumber:http://sy42.wordpress.com/2012/06/12/isyarat-rasulullah-saw-di-sinilah-tempat-turunnya-nabi-isa-alaihis-salam/menara-timur-kota-damaskus2/

Jumat, 03 Agustus 2012

Surat Dari GAZA



“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia, Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!
Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memeang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia, Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.

Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut. Wahai saudaraku di Indonesia, Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana. Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.

Abdullah Al Ghaza
Sumber: http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=92822

Kamis, 02 Agustus 2012

Arti Sebuah Cinta



Arti Sebuah Cinta

penulis Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi


Cinta bisa jadi merupakan kata yg paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yg bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita harta anak kendaraan rumah dan berbagai keni’matan dunia lain merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yg paling tinggi dan mulia adl cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yg terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakan namun sulit utk mendefinisikannya. Terlebih utk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu seseorang dgn gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dgn gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan “Kami sama-sama cinta suka sama suka.” Karena alasan cinta seorang bapak membiarkan anak-anak bergelimang dlm dosa. Dengan alasan cinta pula seorang suami melepas istri hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tdk lagi menjadi tolok ukur. dlm keadaan seperti ini setan tampil mengibarkan bendera dan menabuh genderang penyesatan dgn mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yg dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad . Allah  berfirman:
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu: wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas perak kuda pilihan binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yg baik.”
Rasulullah  dlm hadits dari shahabat Tsauban  mengatakan: ‘Hampir-hampir orang2 kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumun di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah  berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dlm hati kalian al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yg dimaksud dgn al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah  menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dlm tafsir mengatakan: “Allah memberitakan dlm dua ayat ini tentang keadaan manusia kaitan dgn masalah lbh mencintai kehidupan dunia daripada akhirat dan Allah menjelaskan perbedaan yg besar antara dua negeri tersebut. Allah  memberitakan bahwa hal-hal tersebut dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkan di dlm hati-hati mereka semua berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikan sebagai tujuan terbesar dari cita-cita cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adl perhiasan yg sedikit dan akan hilang dlm waktu yg sangat cepat.”

Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit krn tdk bisa dijangkau dgn kalimat dan sulit diraba dgn kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tdk bisa didefinisikan dgn jelas bahkan bila didefinisikan tdk menghasilkan melainkan menambah kabur dan tdk jelas definisi adl ada cinta itu sendiri.”

Hakikat Cinta
Cinta adl sebuah amalan hati yg akan terwujud dlm lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dgn apa yg diridhai Allah mk ia akan menjadi ibadah. Dan sebalik jika tdk sesuai dgn ridha-Nya mk akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adl ibadah hati yg bila keliru menempatkan akan menjatuhkan kita ke dlm sesuatu yg dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah
Cinta yg dibangun krn Allah akan menghasilkan kebaikan yg sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dlm Madarijus Salikin berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:

“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah mk ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian.”
Mereka berkata: “ ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’ ini adl isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda adl mengikuti Rasulullah  faidah dan buah adl kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tdk mengikuti Rasulullah  mk kecintaan Allah kepada kalian tdk akan terwujud dan akan hilang.”
Bila demikian keadaan mk mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah  bersabda dlm hadits yg diriwayatkan dari Anas bin Malik :
“Tiga hal yg barangsiapa ketiga ada pada diri niscaya dia akan mendapatkan manis iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh ia cintai daripada selain kedua dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintai melainkan krn Allah dan hendaklah dia benci utk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci utk dilemparkan ke dlm neraka.”
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab ada cinta ada sepuluh perkara:
Pertama membaca Al Qur’an menggali dan memahami makna-makna serta apa yg dimaukannya.
Kedua mendekatkan diri kepada Allah dgn amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
Ketiga terus-menerus berdzikir dlm tiap keadaan.
Keempat mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolak nafsu.
Kelima hati yg selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah menyaksikan dan mengetahuinya.
Keenam menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala ni’mat-Nya.
Ketujuh tunduk hati di hadapan Allah .
Kedelapan berkhalwat bersama-Nya ketika Allah turun .
Kesembilan duduk bersama orang2 yg memiliki sifat cinta dan jujur.
Kesepuluh menjauhkan segala sebab-sebab yg akan menghalangi hati dari Allah .

Cinta adl Ibadah
Sebagaimana telah lewat cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yg memiliki kedudukan tinggi dlm agama sebagaimana ibadah-ibadah yg lain. Allah  berfirman:

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dlm hatimu.”

“Dan orang2 yg beriman lbh cinta kepada Allah.”

“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yg Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.”
Adapun dalil dari hadits Rasulullah  adl hadits Anas yg telah disebut di atas yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh dia cintai daripada selain keduanya.”

Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yg membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yg membagi menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dlm kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid menyatakan bahwa cinta ada empat macam:
Pertama cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yg dicintai-Nya dgn dalil ayat dan hadits di atas.
Kedua cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman:

“Dan di antara manusia ada yg menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.”

Ketiga cinta maksiat.
Yaitu cinta yg akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yg diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yg diperintahkan-Nya. Allah berfirman:

“Dan kalian mencintai harta benda dgn kecintaan yg sangat.”
Keempat cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak keluarga diri harta dan perkara lain yg dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah  berfirman:

“Ketika mereka berkata: ‘Yusuf dan adik lbh dicintai oleh bapak kita daripada kita.”
Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban mk berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lbh cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih mk cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Buah cinta
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  mengatakan: “Ketahuilah bahwa yg menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta takut dan harapan. Dan yg paling kuat adl cinta dan cinta itu sendiri merupakan tujuan krn akan didapatkan di dunia dan di akhirat.”
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di  menyatakan: “Dasar tauhid dan ruh adl keikhlasan dlm mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabb juga sempurna.”
Bila kita dita bagaimana hukum cinta kepada selain Allah? mk kita tdk boleh mengatakan haram dgn spontan atau mengatakan boleh secara global akan tetapi jawaban perlu dirinci.
Pertama bila dia mencintai selain Allah lbh besar atau sama dgn cinta kepada Allah mk ini adl cinta syirik hukum jelas haram.
Kedua bila dgn cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dlm maksiat mk cinta ini adl cinta maksiat hukum haram.
Ketiga bila merupakan cinta tabiat mk yg seperti ini diperbolehkan.
Wallahu a’lam. 

Sumber: www.asysyariah.com

Template by:
Free Blog Templates