Besar dan kecilnya dosa dimata Allah tidak mesti di karenakan dosa tersebut termasuk kategori dosa besar atau kategori dosa kecil, sesungguhnya besar dan kecilnya dosa sangat bisa ditentukan oleh sikap, perilaku dan pelaku dosa itu sendiri.
1. Meremeh – temehkan dosa. Jangan pernah mentang – mentang, hanya karena melakukan dosa kecil lalu enggan meminta ampun/mengucap istighfar bahkan sekedar menyesalpun tidak. “Kalian menganggap remeh (dosa) tersebut, padahal hal itu termasuk perkara besar menurut pandangan Allah.”(QS An Nur 15) Rasulullah bersabda “Waspadalah terhadap sikap meremehkan dosa, karena kapan saja seseorang melakukan hal tersebut, maka dia akan binasa.”(HR Ahmad, At Thabarani dan Al Baihaqi)
2. Merasa aman terhadap siksa Allah. Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya. “Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu.” Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al- Mujadalah:8 )
3. Merasa senang atau beruntung dengan dosa itu. Sikap seperti ini sudah sangat umum kita saksikan di keseharian kita. Contohnya sangat banyak, para koruptor, perampok, pencuri, penjudi, pezina, pemerkosa, penyuka togel, biang gosip, tukang fitnah dll. Mereka – mereka ini pasti akan senang dan merasa beruntung jika aksi – aksi mereka berhasil. Bahkan tidak jarang saat melakukannya mereka ketawa – ketawa dengan senangnya. “Barangsiapa berbuat dosa sambil tertawa, niscaya ia akan masuk neraka seraya menangis.” (HR Abu Naim)
4. Dosa yang dilakukan terus menerus. Sekecil apapun dosa tapi jika selalu dilakukan, lama – lama dosa itu akan menjadi besar dan akhirnya menutupi kejernihan hati. Rasulullah saw telah bersabda: “Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya. ” (HR Ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath) Seorang sahabat Rasulullah berkata, “Tidak dianggap dosa kecil jika terus menerus dan tidak dianggap dosa besar jika disertai dengan istighfar.” (Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas ra berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-sa ’adah al-muttaqin 10/687))
5. Meng-ekspos dosa Meng-ekspos di sini bisa berarti melakukan dosa dengan terang – terangan atau menceritakan/ membongkar dosa yang telah dilakukan yang sebenarnya telah ditutup atau dirahasiakan oleh Allah kepada orang lain tanpa rasa malu sedikitpun. Menceritakan perbuatan atau melakukan dengan terang – terangan dapat mengundang hasrat orang lain yang mendengar atau melihatnya untuk ikut melakukan perbuatan dosa itu. Jadilah dua macam dosa terkumpul menjadi satu sehingga konsekuensinya menjadi lebih berat. Jika masih ditambah lagi dengan anjuran atau ajakan kepada orang lain untuk melakukannya, serta penyediaan sarana untuk melakukannya, maka jadilah empat kejahatan dalam satu perbuatan. Urusannya pun menjadi semakin jelek. Rasulullah saw bersabda: ”Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang- terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang- terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: “Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini !” (HR Muslim).
6. Pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya. Apabila ia melakukan dosanya itu dengan disaksikan orang lain, dosanya menjadi dosa besar. Seperti menggunjing orang atau berkata kasar dalam perdebatan atau menyepelekan orang dengan sengaja atau sibuk mempelajari ilmu yang bertujuan hanya untuk mencari kedudukan, seperti ilmu retorika perdebatan. Kesemuanya itu adalah dosa- dosa seorang alim yang cenderung ditiru orang lain. Ketika si alim meninggal dunia, kajahatannya tetap bertebaran di muka bumi dalam jangka waktu yang panjang. Sungguh malang orang yang membawa mati segala keburukannya. Allah berfirman: “Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas- bekas yang mereka tinggalkan.” (Yasin:12)
7. Merasa tidak apa – apa. Sesuatu perkara mungkar yang mungkin karena telah biasa dan banyak dilakukan orang sehingga dianggap bukan dosa lagi. Misalnya, berdusta saat bersenda gurau atau yang seperti banyak nampak di televisi, cupika cupiki dan peluk – pelukan dengan yang bukan muhrimnya. Dan pelakunya tampak tenang – tenang saja. Sikap seperti ini sangat berbahaya karena cenderung menganggap halal apa yang telah diharamkan Allah. “Dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) ”. (At Taubah : 29) Aisyah berkata : Rasulullah saw bersabda : “Hai Aisyah berhati – hatilah terhadap dosa – dosa kecil, sebab pasti ada tuntutan dari Allah”. Kita memang tidak bisa lepas dari dosa tapi juga jangan salah menyikapi dosa sehingga dosa yang sejatinya kecil malah menjadi dosa besar.
Ada baiknya selalu kita ingat petuah dari orang bijak : “Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau berbuat maksiat. ” Semoga Allah mengaruniakan Al Furqaan dan menerima taubat kita.