oleh Ahmad Sarwat,Lc
Benarkah Usia Umat Islam Hanya 1500 Tahun
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mohon kesediaan ustadz untuk menjawab tanda tanya besar yang menghantui rasa ingin tahu kami. Ceritanya begini: Ada seorang ustadz dalam pernah ceramahnya mengatakanbahwa usia umat Islam 1500 tahun saja. Sehingga tinggal beberapa tahun lagi akan datang Dajjal, Nabi Isa dan Imam Mahdi. Menurut beliau hal itu sudah dijelaskan dalam hadits nabi sebagaimana dituliskan dalam bukuHuru-hara Akhir Zamanoleh Amin Jamaluddin.
Tentunya hal itu sangat membuat kami penasaran. Betulkah hal itu dan ternyata malah jadi polemik di tengah kami. Tanpa bermaksud untuk menkonfrontir ceramah ustadz tersebut, barangkali ustadz bisa memberikan tambahan keterangan lewat kajian ilmu hadits. Yang jadi pertanyaan: 1. Siapakah yang meriwayatkan hadits itu? Dari kitab apa rujukannya? 2. Bagaimana kedudukan hadits yang terdapat dari kitab itu? 3. Siapakah Amin Jamaludin si penulis buku itu? Apakah dia seorang ahli hadits, ulama atau apa? Dan bisakah kitabnya itu dijadikan referensi rujukan kita? Sebelumnya kami ucapkan terima kasih ustadz atas kesungguhan dan kesediaan waktu menjawab pertanyaan kami. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang besar disisi-Nya, Amin Wassalamu 'alaikum wr wb. jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Buku yang sempat menghebohkan dunia Islam itu judul aslinya adalah هؠ±Ã™â€¦Ã˜Â¬Ã˜Â¯Ã™Ë†Ã™â€ Ø ¢Ã˜Â®Ã˜Â± بيانيا أمة الإسÙ⠀žÃ˜Â§Ã™â€¦.Ditulis oleh seorang yang bernama Amin Muhammad Jamaluddin.
Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia berjudul Huru-hara Akhir Zaman. Mengomentari buku yang menghebohkan ini, Al-Ustadz Hamid bin Abdillah Al-'Ali mengatakan bahwa beliau tetap menghargai niat dan usaha penulisnya untuk mengingatkan umat Islam akan datangnya hari kiamat. Dan beliau juga berpesan agar para pembaca buku ini tidak gampang bersu'uzhan kepada penulisnya. Namun beliau juga mengingatkan kepada penulis buku ini agar tidak menggunakan rujukan yang tidak ada sumber hadits yang kuat dan menghindari hadits palsu.
Memang kalau kita baca buku itu, di sana dinyatakan dengan pasti Imam Mahdi akan muncul sebelum masuk tahun 1430 Hijriyah, atau sekitar tahun setahun lagi dari sekarang. Juga disebutkan bahwa usia umat Islam yaitu 1500 tahun. Sehingga kalau dihitung dari sejak diutusnya nabi Muhammad SAW pada tahun 13 tahun sebelum hijrah hingga tahun ini, 1428 H, berarti usia umat Islam tinggal 1500 (1428+13) = 1500 - 1441 = 59 tahun lagi. Titik Pangkal Masalah Yang jadi masalah paling mendasar adalah darimana datangnya angka tahun 1430 hijriyah sebagai tahun kemunculan Al-Imam Mahdi? Dan darimana angka 1500 tahun sebagai usia umat Islam? Menurut buku itu, angka tahun- tahun ini didapat dari hadits nabi Muhammad SAW.
Dan diyakini oleh penulisnya sebagai hadits yang shahih dan bisa diterima. Selain hadits tentang masa terjadinya kiamat, di dalam buku itu juga ada hadits lain seperti berikut ini: Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Pada bulan Ramadhan terlihat tanda-tanda di langit, seperti tiang yang bersinar, pada bulan Syawwal terjadi malapetaka, pada bulan Dzulqa'idah terjadi kemusnahan, pada bulan Dzulhijjah para jamaah haji dirampok, dan pada Muharram, tahukah apakah Muharram itu?" Rasulullah saw. juga bersabda: "Akan ada suara dahsyat di bulan Ramadhan, huru-hara di bulan Syawal, konflik antara suku pada bulan Dzulqa'idah, dan pada tahun itu para jamaah haji dirampok dan terjadi pembantaian besar di Mina di mana ramai orang terbunuh dan darah mengalir di sana, sedangkan pada saat itu mereka berada di Jumrah Aqabah."
Baginda saw. juga bersabda: "Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawwal...." Kami bertanya, "Suara apakah, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Juma'at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jum'at di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Juma'at, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah, "Mahasuci Al- Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus!", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa." Benarkah Hadits itu Hadits Shahih? Semua yang diceritakan dalam tema buku Ini adalah permasalahan ghaib, maka yang berhak mengatakan itu hanya nabi Muhammad SAW saja. Jadi seandainya memang ada hadits yang sampai ke derajat shahih, bolehlah kita jadikan pegangan. Tapi masalah terbesarnya, ternyata apa yang diklaim sebagai hadits shahiholeh penulis buku itu, justru ditentang oleh para ahli hadits.
Para ahli hadits bahkan sampai mengatakan bahwa hadits- hadits yang digunakan dalam kitab itu adalah hadits palsu dan batil. 100% tidak bisa dijadikan dasar dalam urusan agama. Apalagi masalah huru-hara menjelang hari kiamat termasuk masalah aqidah. Maka haram hukumnya menggunakan riwayat itu sebagai dasar rujukan. Apa yang diklaim sebagai hadits sebenarnya sama sekali tidak layak dikatakan sebagai sabda nabi Muhammad SAW. Dan untuk itu sudah ada ancaman dari beliau sendiri tentang orang yang mengatakan bahwa suatu lafadz itu merupakan perkataan beliau, padahal beliau sendiri tidak pernah mengatakannya. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berdusta tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka". (HR Muttafaqun 'alaihi).
Kelemahan Hadits Pada Buku Tersebut
1. Kelemahan Pertama: Tidak Membaca Makhthuthat Kelemahan paling mendasar bahwa Amin Muhammad Jamaluddin meski banyak menggunakan hadits dari kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun pada bagian- bagian yang penting dan sangat musykil seperti perhitungan tahun turunnya Imam Al-Mahdi, beliau menggunakan hadits- hadits yang tidak jelas asal usulnya. Di antara rujukan hadits yang bermasalah di kitab ini adalah klaim bahwa beliau menemukan makhthutah (naksah tulisan tangan) di sebuah perpustakaan di Istambul. Setelah diteliti lebih jauh, ternyata Amin Muhammad Jamaluddin sebagai penulis tidak membaca langsung naskah tulisan tangan itu. Tetapi bersumber dari seseorang yang mengaku pernah menemukan makhthuthat itu di sebuah perpustakaan di Istanbul. Jadi bahkan Amin Jamaluddin sendiri tidak pernah melihat langsung naskah itu dalam keadaan aslinya. Semata-mata informasi dari seseorang yang mengaku pernah melihatnya. Dari sini saja pada dasarnya kaidah ilmiyah penulisan kitab ini sudah sangat bermasalah. Seharusnya penulis buku ini mencantumkan kopi dari makhthuthah ini dalam kitabnya. Dan akan menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan nama Filologi.
2. Kelemahan Kedua: Makhthuthah Bermasalah Menurut Ustaz Hatim Al-Auniy, anggota Hai'ah Tadris di Universtias Ummul Qura Makkah, makhthuthat yang diklaim sebagai berisi hadits shahih itu ternyata tidaklebihdari kumpulan hadits-hadits palsu nukilan dari Kitabul Fitan karya Nu'aim ibnu Hammad. Padahal banyak dari para ulama sejak dahulu telah memberi peringatan tentang masalah periwayatan yang ada di dalam kitab Al-Fitan. Al-Imam Ahmad mengatakan ada tiga kitab yang tidak punya dasar, di antaranya adalah Kitabul Fitan karya Nu'aim bin Hammad ini. Sedangkan Adz-Dzahabi mengomentari tentang Nu'aim penulis makhthuthat ini sebagai orang yang jiwa manusia tidak mantap dengan riwayatnya. Senada dengan itu, Yahya bin Mu'in mengatakan bahwa Nu'aim ini meriwayatkan dari orang-orang yang tidak tsiqah (lihat Siyar A'lam An-Nubala' jilid 10 halaman 597-600). Jadi anggaplah misalnya makhthuthat itu memang benar- benar ada di perpustakaan Istanbul sana, dan memang benar-benar ditulis oleh Nu'aim bin Hammad, tetap saja pengambilan dasar hadits itu bermasalah pada perawinya, yaitu Nu'aim bin Hammad.
3. Kelemahan Ketiga: Tadlis (Penipuan Nama Bukhari) Para ahli hadits punya sebuah istilah yang disebut dengan tadlis. Makna mudahnya adalah penipuan. Di dalam buku ini Amin Jamaluddin menggunakan metode tadlis atau penipuan atas nama Al-Bukhari. Hadits yang digunakan penulis buku ini sering diklaim sebagai hadits Bukhari, padahal bukan. Hadits itu sebenarnya terdapat dalam kitab tulisan gurunya Al- Bukhari yang bernama Nu'aim ibnu Hammad. Benar bahwa Nu'aim ini guru Al- Bukhari, namun para ulama hadits banyak yang mengatakan bahwa Nu'aim ini adalah perawi yang bermasalah. Dan Al-Bukhari tidak pernah menggunakan sanad dari Nu'aim kecuali bila ada riwayat dari jalur yang lain menguatkan jalur Nu'aim. Satu hal yang dilupakan adalah bahwa tidak mentang-mentang seseorang menjadi guru imam Al-Bukhari, lantas semua riwayat atau kitab hadits karyanya boleh dianggap shahih.
Bahkan tidak semua hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri bisa dipastikan keshahihannya. Karena yang dikatakan hadits shahih adalah yang beliau masukkan ke dalam kitab shahihnya. Sedangkan kitab lain yang juga ditulis oleh beliau, belum tentu shahih. Untuk sekedar diketahui, Al- Bukhari selain menyusun Kitab Ash-Shahih juga pernah menulis beberapa kitab lainnya seperti al- Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash- Shagir, Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl- Dlu’afa (hadits-hadits lemah), al- Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibab, dan kitab Asaami ash-Shahabah. Tapi yang benar-benar beliau jamin keshahihannya hanyalah kitab As-Shahih saja. Sebenarnya kita masih bisa membela Nu'aim ibnu Hammad sebagai guru Al-Bukhari. Karena beliau juga tidak pernah mengatakan hadits dalam kitab Al-Fitan itu sebagai hadits shahih, makanya beliau menuliskan hadits itu lengkap sanadnya, yang akan menjadi bahan buat para peneliti hadits untuk mengerjakan tugasnya. Dan dunia Islam memang mengenal Kitab Al-Fitan ini adalah kitab yang berisi hadits-hadits batil dan israiliyyat (dongeng bangsa Israil). Sayangnya, Amin Jamaluddin menukil hadits hadits dalam kitab Al-Fitan itu begitu saja tanpa menyebutkan bahwa isnad hadits ini belum selesai dikerjakan dan dia sama sekali tidak mencantumkan daftar perawinya.Sehingga terkesan pembaca digiring untuk mengatakan seolah-olah hadits- hadits itu shahih dengan menyebutkan bahwa Nu'aim adalah guru imam Bukhari. Buat mereka yang terlalu bersemangat tapi awam dengan ilmu naqd (kritik) hadits, mudah sekali percaya bahwa hadits- hadits itu sebagai hadits shahih.
4. Kelemahan Keempat: Dongeng Nostradamus Salah satu kelemahan fatal buku ini adalah turut dicantumkannya juga dongeng-dongeng modern, semisal ramalan Nostradamus yang berkebangsaan Perancis, untuk menguatkan teori penulis buku. Sejak kapan umat Islam berdalil dengan ramalan orang kafir, meski pun ramalan itu secara kebetulan memang terjadi. Sebab ramalan itu hukumnya haram, karena satu kebenaran ditambah dengan 100 kebohongan. Salah satu ramalan batil yang disebut-sebut sangat terkenal adalah peristiwa 11 Sptember 2001 di Newyork. Salah satu petikan di buku itu sebagai berikut: "Di suatu tahun di abad yang baru dan sembilan bulan, dari langit akan datang Raja Teror.Langit akan terbakar pada empat puluh lima derajat. Api akan turun di kota baru yang besar itu di kota York." Dan masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan buku ini, sehingga para ulama sampai mengharamkan umat Islam merujuk buku ini dalam memahami ajaran Islam. Karena selain bercampurnya hadits shahih dan palsu, juga banyak berisi dongeng yang dihubung- hubungkan. Wajar kalau ada pihak yang mengatakan tujuan buku ini diterbitkan tidak lain sekedar cari sensasi belaka. Dan alasan paling logis untuk itu sekedar meraup uang saja. Harapan kepada umat Islam, setidaknya sebelum bicara hal- hal yang berbau masalah hari kiamat yang merupakan khabar ghaibi, syarat mutlaknya adalah memastikan hanya menggunakan hadits yang shahih dalam arti yang sebenarnya. Pastikan hadits memang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama hadits. Selain itu kitab sharah hadits itu wajib dibaca, semacam Fathul Bari oleh Al-'Allamah Ibnu Hajar Al-'Asqalani, kitab penjelasan untuk Shahih Bukhari, atau Syarah Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi untuk penjelasan Kitab Shahih Muslim. Agar jangan tujuan mulia kita tercemar dengan kejahilan ilmu hadits kita, sehingga bukannya menyebarkan ilmu tetapi malah menjadi agen khurafat. Wal 'Iyadzhu billahi.
Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber : http://www.ustsarwat.com/web/ust.php?id=
Nah berikut ini merupakan blog yang saya baca dari komentar di kiriman aggota yang di fb tersebut. Oleh: Farid Nu’man Hasan
Pertanyaan:
Assalamualaikum wr.wb. Ust farid mohon penjelasannya utk hal dibawah ini dan apakah hadist yg diriwayatka oleh Nu'aim bin Hammad ini shohih ? Jazakallah khair
Coba lihat kalendar untuk tahun 2012... 1 Ramadhan pada tahun 2012 jatuh pada 20 Juli iaitu hari Jumaat, jadi 3 agus 2012 bersamaan 15 Ramadan juga pada hari Jumaat. Sama dengan satu hadis Nabi SAW tentang huru hara besar yang akan terjadi pada tengah malam pertengahan Ramadhan iaitu hari Jumaat 15 Ramadhan di bumi ini.
Huru hara yang akan mengejutkan semua orang yang sedang tidur...
Satu suara yang amat dahsyat akan kita dengar dari langit, bukan kiamat tetapi huru hara tersebut akan melenyapkan umat manusia di atas muka bumi ini sebanyak 2/3, yang tinggal hanya 1/3 shj. ( Menurut kajian NASA, pada 21-12-2012 satu planet yg yang dikenali planet X akan melintasi bumi )
Adakah kita semua ni tergolong dalam 1/3 itu?
Adakah peristiwa itu akn berlaku pada 2012?? Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui.. Yang penting kita perbanyakkan ibadat dan berdoa agar kita termasuk dlm golongan yg dilindungi Allah, jika mati biarlah kita mati dlm Islam dan beriman..
Apa pun, peristiwa itu pasti akan berlaku mengikut hadis Nabi SAW di bawah.. Dari Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahawa Rasulullah SAW bersabda: Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itul...". Kami bertanya: "Suara apakah, ya Rasulullah? " Beliau menjawab: "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumaat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumaat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumaat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian.
Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: " Mahasuci Al- Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus ", kerana barangsiapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu akan binasa" . (Al Hadis). (Dari @ Nizar dan lainnya)
Jawaban:
Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d: Ada beberapa penanya yang menanyakan hal serupa kepada kami, dan katanya hadits ini sedang ramai beredar dibicarakan FB dan beberapa forum di internet. Langsung saja ......., berikut ini adalah teks Arab hadits yang ditanyakan: ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ : - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺻﻴﺤﺔ ﻓﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻌﻤﻌﺔ ﻓﻰ ﺷﻮﺍﻝ ﻭﺗﻤﻴﻴﺰ ﺍﻟﻘﺒﺎﺋﻞ ﻓﻰ ﺫﻯ ﺍﻟﻘﻌﺪﺓ ﻭﺗﺴﻔﻚ ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ ﻓﻰ ﺫﻯ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻭﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻭﻣﺎ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻳﻘﻮﻟﻬﺎ ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺕ ﻫﻴﻬﺎﺕ ﻫﻴﻬﺎﺕ ﻳﻘﺘﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻴﻪ ﻫﺮﺟﺎ ﻫﺮﺟﺎ ﻗﻠﻨﺎ ﻭﻣﺎ ﺍﻟﺼﻴﺤﺔ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ ﻫﺪﺓ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﺘﻜﻮﻥ ﻫﺪﺓ ﺗﻮﻗﻆ ﺍﻟﻨﺎﺋﻢ ﻭﺗﻘﻌﺪ ﺍﻟﻘﺎﺋﻢ ﻭﺗﺨﺮﺝ ﺍﻟﻌﻮﺍﺗﻖ ﻣﻦ ﺧﺪﻭﺭﻫﻦ ﻓﻰ ﻟﻴﻠﺔ ﺟﻤﻌﺔ ﻓﻰ ﺳﻨﺔ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﺍﻟﺰﻻﺯﻝ ﻭﺍﻟﺒﺮﺩ ﻓﺈﺫﺍ ﻭﺍﻓﻖ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﺻﻠﻴﺘﻢ ﺍﻟﻔﺠﺮ ﻣﻦ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﺎﺩﺧﻠﻮﺍ ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ ﻭﺃﻏﻠﻘﻮﺍ ﺃﺑﻮﺍﺑﻜﻢ ﻭﺳﺪﻭﺍ ﻛﻮﺍﻛﻢ ﻭﺩﺛﺮﻭﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﺳﺪﻭﺍ ﺁﺫﺍﻧﻜﻢ ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺣﺴﺴﺘﻢ ﺑﺎﻟﺼﻴﺤﺔ ﻓﺨﺮﻭﺍ ﻟﻠﻪ ﺳﺠﺪﺍ ﻭﻗﻮﻟﻮﺍ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻘﺪﻭﺱ ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻘﺪﻭﺱ ﺭﺑﻨﺎ ﺍﻟﻘﺪﻭﺱ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻧﺠﺎ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻞ ﻫﻠﻚ Hadits ini terdapat dalam kitab Al Fitan, karya Nu’aim bin Hammad, Juz. 1, Hal. 228, No. 638. Juga kitab Kanzul ‘Ummal, karya Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi No. 39627. Sanad hadits tersebut sebagai berikut, berkata Nu’aim bin Hammad: ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻋُﻤَﺮَ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻟَﻬِﻴﻌَﺔَ ﻗَﺎﻝَ : ﺣَﺪَّﺛَﻨِﻲ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏِ ﺑْﻦُ ﺣُﺴَﻴْﻦٍ ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺛَﺎﺑِﺖٍ ﺍﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲِّ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺤَﺎﺭِﺙِ ﺍﻟْﻬَﻤْﺪَﺍﻧِﻲِّ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ Berkata kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah, dia berkata: berkata kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al Bunani, dari ayahnya, dari Al Haarits Al Hamdani, dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ...
(lalu disebut hadits di atas) Hadits ini memiliki banyak cacat, yakni pada semua perawinya –kecuali Ibnu Mas’ud Radhiallalhu ‘Anhu:
1. Nu’aim bin Hammad Beliau termasuk seorang imam, beliaulah yang menyusun kitab Al Fitan sendiri, tetapi para imam hadits telah mengkritiknya dengan tajam. Tentang Beliau dan kitab Al Fitan, Imam Adz Dzahabi berkata: ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻻﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺤﺘﺞ ﺑﻪ، ﻭﻗﺪ ﺻﻨﻒ ﻛﺘﺎﺏ " ﺍﻟﻔﺘﻦ " ﻓﺄﺗﻰ ﻓﻴﻪ ﺑﻌﺠﺎﺋﺐ ﻭﻣﻨﺎﻛﻴﺮ. “Tidak boleh bagi seorang pun berhujjah dengannya, dan Dia telah menyusun kitab Al Fitan, yang di dalamnya terdapat banyak keanehan dan kemungkaran.” (As Siyar A’lamin Nubala, 10/609) Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia orang yang lemah (dhaif).” Imam Al Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits demi membela sunah.” Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab mengatakan dalam Tarikh-nya: “Dia memalsukan sebah buku untuk membantah kaum Jahmiyah.” Oleh karenanya Imam Adz Dzahabi mengatakan tentangnya: “Salah satu imam dunia, yang memiliki kelemahan dalam haditsnya.” (Lihat semua dalam Mizanul I’tidal, 4/267-269) Ada yang menilainya jujur dan terpercaya, seperti Imam Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, dan Imam Al ‘Ijli, dan Imam Al Bukhari pernah mengambil hadits darinya. (Ibid) Namun dalam kitab yang lain Imam Ibnu Ma’in pernah mengkritiknya. Dalam As Siyar disebut oleh Imam Adz Dzahabi, menurut Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab bahwa Nu’aim bin Hammad telah memalsukan satu buku untuk membantah Imam Abu Hanifah dan Muhammad bin Al Hasan, serta memalsukan 13 buku untuk membantah kelompok Jahmiyah. Shalih Al Jazarah dan Az Zuhri mengatakan, Nu’aim bin Hammad adalah seorang yang memiliki banyak hadits-hadits munkar yang tidak bisa diikuti. Imam Yahya bin Ma’in ditanya tentang haditsnya Nu’aim bin Hammad, beliau menjawab: “haditsnya bukan apa-apa (maksudnya jangan dianggap, pen).” Ibnu Hammad Ad Daulabi mengatakan: “Nu’aim bin Hammad dhaif.” Ahmad bin Syu’aib, Ibnu Hammad, dan lainnya mengatakan: “Dia memalsukan hadits demi membela sunah, dan memalsukan hikayat para ulama tentang fitnahnya Abu Hanifah, semua adalah dusta.” Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia telah memasuki batas sebagai orang yang tidak boleh dijadikan hujjah.” Imam Ibnu Hibban berkata tentang dia: “Suka salah dan bimbang.” Ibnu Yunus mengatakan: “Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari orang- orang yang bisa dpercaya.” (Lihat semua dalam Siyar A’lamin Nubala, 10/595 – 611)
2. Abu Umar Inilah cacat kedua. Abu Umar, dia adalah Hammad bin Waqid Al ‘Isya Ash Shafar. Beliau adalah guru dari Nu’aim bin Hammad. Abu Umar Hammad bin Waqid ini telah didhaifkan para ulama. Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “dhaif.” Imam Al Bukhari berkata: “munkarul hadits – haditsnya munkar.” Imam Abu Zur’ah dan lainnya: “Layyin –lemah.” Imam Al Fallas mengatakan: “Banyak salah dan wahm (bimbang/ragu).” (Lihat Al Mizan, 1/600)
3. Ibnu Lahi’ah Beliau adalah rawi yang terkenal kelemahannya, yakni buruk pada sisi hapalannya, khususnya setelah buku- bukunya terbakar. Ishaq bin Isa mengatakan kitab-kitabnya terbakar pada tahun 169H. Diceritakan bahwa Imam Yahya bin Said Al Qaththan sama sekali tidak mau menganggap hadits Ibnu Luhai’ah. Imam Abdurrahman bin Mahdi mengatakan: “Saya tidak membawakan haditsnya sedikit atau banyak.” Imam Muslim mencertakan bahwa Waki’, Yahya, dan Ibnu Mahdi meninggalkan hadits Ibnu Lahi’ah. Imam An Nasa’i mengatakan: “Laisa bitsiqah – bukan orang terpercaya.” Abdurrahman bin Kharrasy mengatakan: “Jangan ditulis haditsnya.” Abu Zur’ah dan Yahya bin Ma’in mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujjah.” Abu Ishaq Al Jauzajaani mengatakan: “Haditsnya tidak memiliki cayaha, tidak bisa dijadikan hujah, dan jangan diikuti.” (Lengkapnya lihat As Siyar, 8/11-31)
4. Abdul Wahhab bin Husain Imam Al Hakim berkata tentang beliau: “Majhuul – tidak dikenal.” (Al Mustadrak No. 8590), Al Hafizh Ibnu Hajar juga berkata tentang beliau: “Majhuul .” (Lisanul Mizan, 4/87)
5. Muhammad bin Tsaabit Al Bunani Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “Laisa biqawwi – tidak kuat.” Imam Abu Hatim mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujah dan haditsnya munkar.” Abu Zur’ah berkata: “Layyin – lemah.” (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 7/217) Imam An Nasa’i mengatakan: “Dhaif. Imam Ibnu ‘Adi mengatakan: “haditsnya tidak bisa diikuti.” Imam Al Bukhari mengatakan: “Padanya ada yang pertimbangkan.” (Mizanul I’tidal, 3/495)
6. Al Haarits Al Hamdani Dia adalah Al A’war (buta sebelah matanya). Kun-yahnya adalah Abu Zuhair. Dia juga lemah, bahkan sebagian menuduhnya sebagai pendusta. Asy Sya’bi berkata: “Bercerita kepadaku Al Haarits Al A’war, dan dia adalah Kadzdzaab – pendusta.” Ibrahim berkata: “Dia tertuduh (sebagai pendusta).” Ibnu Al Madini berkata: “Kadzdzaab.” Yahya bin Ma’in mengatakan: “Dhaif.” An Nasa’i berkata: “Laisa bilqawwi – bukan orang kuat.”
Ad Daruquthni mengatakan: “Dhaif.” Yahya Al Qaththan mengatakan: “Umumnya apa yang diriwayatkannya tidak terjaga.” Ibnu Hibban berkata: “Beliau orang yang ekstrim tasyayyu’ (condong ke syi’ah), dan haditsnya lemah.” (Mizanul I’tidal, 1/435-437) Maka, betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu perawi saja yang bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun hadits ini ada enam perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara mereka ada yang disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh karenanya para ulama seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471) Wa Shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam. Wallahu A’lam
sumber : http://faridnuman.blogspot.com/2011/11/ha Hadits Huru Hara di Bulan Ramadhan (tahun 2012), Shahihkah?