I. PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa, Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Sebab Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan murni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa yang disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Apakah akan berdiam ditempat yang menyenangkan, atau ditempat yang menyedihkan. Semuanya tentu tergantung si-hamba sendiri.
Bagaimana ia mempergunakan kesempatan hidup ini, dan hamba yang mengetahui dirinya sebagai hamba Allah tentu tahu benar, bagaimana memanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik- baiknya. Sebab ia mengetahui ketika dilahirkan dirinya dalam keadaan fitrah (suci), dan kembalinya pun harus dalam keadaan yang suci agar dapat yang fitrah pula, yakni surga. Agama berjalan menyempurnakan fitrah manusia dalam mencapai kemajuannya dengan cara evaluasi, sehingga hal itu telah menjadi sunnah (ketentuan) umum dalam satu kehidupan manusia. Allah menyempurnakan agama Islam dengan perantara nabi Muhammad yang mengahiri semua nabi dan rasul untuk membawa ummat manusia kepada martabat kemerdekaan yang lebih sempurna.
II. PERMASALAHAN
1. Apakah Pengertian Ilmu Tauhid ? 2. Bagaimana Sejarah Ilmu Tauhid ? 3. Apakah Obyek Kajian Ilmu Tauhid ? 4. Apakah Materi Ilmu Tauhid ? III.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Tauhid Secara etimoligi tauhid berarti ke-Esaan, maksudnya I’tikat atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah tunggal (satu). Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang terdapat dalam kamus besar bahasa indonesia, yaitu ke- Esaan Allah, mentauhidkan berarti mengakui ke-Esaan Allah. Secara terminilogi Ilmu tauhid bermakna ilmu yang menerangkan tentang sifat- sifat Alloh yang wajib diketahui dan dipercayai. Pembahasan dalam ilmu tauhid menyangkut rukun iman dan atau hanya membahas tentang masalah ketuhanan saja. Namun demikian dilihat dari tujuannya yang paling utama, ilmu tauhid mengajarkan akan keesaan Alloh, baik dari dzat, sifat maupun perbuatanNya, tanpa sekutu bagiNya. Menurut arti harfiah, tauhid ialah “mempersatukan”. Berasal dari kata wahid yang berarti “satu”. Menurut Syekh Muhammad Abdullah Ilmu Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang ”wujud Allah”, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya. Sifat yang boleh disifatkan kepada- Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Menurut Syekh Muhammad At- Tamimi ilmu tauhid adalah secara bahasa berasal dari kata ”wahidun, yuwahidun” menjadi sesuatu satu atau tunggal atau esa, menurut istilah ilmu tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadatan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asmaul Khusna (nama-nama yang bagus) dan mensucikan dari kekurangan dan cacat. Berarti dapat disimpulkan bahwa ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang sifat-sifat wajib Allah, sifat-sifat mustahil Allah, sifat jaiz Allah serta sifat wajib rasul, sifat mustahil rasul dan yang berhubungan dengan Allah.
Ilmu tauhid dalam islam sama seperti theologi dalam agama kristen katolik dan protestan, yakni mempersoalkan dzat Tuhan. Badanya ialah, kalau ilmu tauhid mengajarkan bahwa Tuhan itu dzat yang satu (esa) yaitu Allah, tetapi kalau theologi mengajarkan bahwa Tuhan itu tiga dalam satu, dan satu dalam tiga oknum (kita mengerti atau tidak, tetapi begitulah ajaran theologi itu). Dalam agama manapun, ajarannya yang terpokok ialah tentang Tuhan. Oleh karena itu, untuk menguji kebenaran suatu agama, kita harus mengkaji ajarannya tentang Tuhan, apakah ajaran ketuhanannya dapat dimengerti oleh akal dan pikitan (logika) atau tidak. Itulah sebabnya, maka nabi besar Muhammad saw bersabda: ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻫﻮ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭﻻﺩﻳﻦ ﻟﻤﻦ ﻻ ﻋﻘﻞ ﻟﻪ Artinya: ”Agama itu masalah akal, dan orang yang tidak berakal tidak memiliki agama”. Maksudnya, bahwa agama yang inti dan pokok ajarannya tentang Tuhan itu hanya dapat dimengerti oleh akal, dan orang yang tidak berakal atau rusak akalnya, tentu tidak akan mempunyai kenyakinan agama yang benar.
2. Sejarah Ilmu Tauhid Asal makna ”Tauhid” ialah keyakinan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah ”satu” dan tidak ada syarikat bagi-Nya. Sebabnya dinamakan ”Ilmu Tauhid” ialah karena menetapkan sifat ”wahdah” (satu) bagi Allah dalam dzat-Nya pula dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam semesta dan bahwa kepada-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan segala tujuan.
a) Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid kadang juga dinamakan ’’ilmu kalam’’, karena ada kalanya ilmu masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat diantara ulama’- ulama’ kurun pertama adalah ”apakah kalam Allah (wahyu) yang dibacakan itu baharu atau qadim?”. Disamping itu ada pula sebab lain yang menyebabkan ”Ilmu Tauhid” itu dinamakan ”Ilmu Kalam” karena dalam memberikan dalil tentang pokok (usul) agama. Ia lebih menyerupai logika (mantiq), sebagaimana yang biasa dilalui oleh para ahli fikir dalam menjelaskan seluk beluk hujjah tentang pendirinya.
b) Aqidah Islam sesuai dengan dalil Aqli dan Naqli Aqidah secara science of theology adalah ilmu yang menetapkan keyakinan (aqidah) dan menjelaskan tentang ajaran yang menetapkan keyakinan dan menjelaskan tentang ajaran yang dibawa oleh para nabi. Ini telah dikenal juga oleh bangsa- bangsa sebelum islam, karena tiap-tiap bangsa mempunyai pemimpin-pemimpinnya sendiri yang berusaha menegakkan urusan agama, menjaga dan mengokohkannya.
Maka datanglah Al-Qur’an yang menggariskan suatu agama diatas jalan yang terang, yang belum pernah dilalui kitab-kitab suci sebelumnya. Hingga dalam mengisahkan kejadian-kejadian pada bangsa-bangsa yang telah silampun ia menunjukkan bukti- bukti yang nyata. Sehingga nyata pula suatu kaidah, bahwa mahluk segala itu adalah suatu lingkungan hukum alam (sunnah) yang tidak berubah- ubah dan tidak bertukar-tukar. Allah berfirman ﺳُﻨَّﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻗَﺪْ ﺧَﻠَﺖْ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ ﻭَﻟَﻦْ ﺗَﺠِﺪَ ﻟِﺴُﻨَّﺔِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﺒْﺪِﻳﻠًﺎ Artinya: ”Sebagai suatu sunnatullah yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu”. (QS. Al-Fath: 23) ﻟَﻪُ ﻣُﻌَﻘِّﺒَﺎﺕٌ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻪِ ﻳَﺤْﻔَﻈُﻮﻧَﻪُ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﻐَﻴِّﺮُ ﻣَﺎ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻐَﻴِّﺮُﻭﺍ ﻣَﺎ ﺑِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﺳُﻮﺀًﺍ ﻓَﻠَﺎ ﻣَﺮَﺩَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﻣِﻦْ ﻭَﺍﻝٍ Artinya: ”bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar-Ra’d: 11) ﻓَﺄَﻗِﻢْ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﻟِﻠﺪِّﻳﻦِ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ ﻓِﻄْﺮَﺓَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻓَﻄَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻟَﺎ ﺗَﺒْﺪِﻳﻞَ ﻟِﺨَﻠْﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﺍﻟْﻘَﻴِّﻢُ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rumm: 30) Al-Qur’an dating menunjukkan sifat-sifat Allah, sekalipun ia lebih dekat untuk mensucikan sifat-sifat yang pernah diletakkan oleh bangsa-bangsa yang dulu. Namun diantara sifat-sifat manusia ada yang mempunyai kesamaan sifat dengan Allah dalam hal penamaan, seperti kudrat, ikhtiar, mendengar dan melihat, dan masih banyak lagi.
Dengan adanya ketentuan Allah dalam ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hukum akal merupakan jalan peluang bagi mereka yang sukar berfikir terutama karena panggilan agama, untuk memikirkan semua mahluk Tuhan, tidak terbatas oleh suatu pembatasan dan tidak pula dengan syarat apapun, karena mengerti bahwa segala pemikiran yang benar akan membawa kepercayaan terhadap Allah, menurut sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh-Nya dengan tidak terlalu menganggap sepi dan tidak pula membatasi pikiran itu.
c) Nama lain Ilmu Tauhid
1. Ilmu Tauhid Arti tauhid disini adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan) dan tidak menyekutukan-Nya. Dinamakan ilmu Tauhid karena tujuannya menetapkan ke- Esaan Allah dalam dzat dan perbuatan-Nya dalam menjadikan alam semesta dan hanya Allah-lah yang menjadi tempat tujuan terahir dari kehidupan ini, prinsip inilah yang menjadi tujuan utama dari ajaran nabi Muhammad saw.
2. Ilmu Aqo’id atau Aqo’idul Iman Aqo’id artinya ilmu ikatan kepercayaan, karena dalam panutan ini ada pasal yang harus diikat erat-erat dalam hati kita yang harus menjadi sebuah kepercayaan yang teguh.
3. Ilmu Kalam Ilmu kalam artinya ilmu pembicaraan, karena dengan membicarakan pengetahuan- pengatahuan akan menjadi sebuah kejelasan, dan dengan pembicaraan yang tepat berarti membicarakan kepercayaan yang benar dan dapat ditanamkan kebalam hati manusia.
4. Ilmu Ushuluddin Ilmu uhsuluddin adalah ilmu yang membahas pokok-pokok agama , dinamakan demikian karena mamang soal kepercayaan memang betul0betul menjadi dasar pokok dari persoalan yang lain dalam agama.
5. Ilmu Hakikat Ilmu hakikat ialah ilmu sejati, karena ilmu ini menjelaskan hakikat segala sesuatu sehingga dapat meyakini akan kepercayaan yang benar (hakiki).
6. Ilmu Ma’rifat Disebut ilmu ma’rifat karena dengan pengetahuan ini dapat mengetahui benar akan Allah dan segala sifat-sifat-Nya dengan keyakinan yang teguh.
d) Tujuan Ilmu Tauhid Dalam mengarungi samudra dan gelombang kehidupan secara kobrati manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini dengan kekuatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tidak sedikit manusia didalam mengarungi samudra yang luas itu kehilangan arah dan pedoman sehingga menjadi sesat. Disitulah ilmu tauhid berperan untuk memberi pedoman dan arah agar manusia tetap sadar akan kewajibannya sebagai mahluk terhadap kholiknya. Karena itulah tujuan ilmu tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Agar kita memperoleh kepuasan batin, keselamatan dan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat sebagaimana yang dicita-citakan. Kalau hanya mengandalkan kemampuan akal saja, belum dan tidak akan pernah mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, manusia memerlukan penghidupan batin dengan iman dan tauhid, agar mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mungkin salah, sehingga tujuan mencari kepuasab dab kebahagiaan itu benar-benar terjadi. Firman Allah SWT (QS. Al- Baqarah: 189) ﻳَﺴْﺄَﻟُﻮﻧَﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺄَﻫِﻠَّﺔِ ﻗُﻞْ ﻫِﻲَ ﻣَﻮَﺍﻗِﻴﺖُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺍﻟْﺤَﺞِّ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﺒِﺮُّ ﺑِﺄَﻥْ ﺗَﺄْﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮﺕَ ﻣِﻦْ ﻇُﻬُﻮﺭِﻫَﺎ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟْﺒِﺮَّ ﻣَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰ ﻭَﺃْﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮﺕَ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺑِﻬَﺎ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
2) Agar kita terhindar dari pengaruh-pengaruh aqidah- aqidah yang menyesatkan, yang sebanarnya hanya hasil pemikiran atau kebudayaan semata, ataupun hasil perubahan yang dilakukan terhadap ajaran seorang nabi dan rasul yang sebanarnya. Allah berfirman (QS. Al-Baqarah: 213) : ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺃُﻣَّﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻓَﺒَﻌَﺚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻴِّﻴﻦَ ﻣُﺒَﺸِّﺮِﻳﻦَ ﻭَﻣُﻨْﺬِﺭِﻳﻦَ ﻭَﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻣَﻌَﻬُﻢُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻟِﻴَﺤْﻜُﻢَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺍﺧْﺘَﻠَﻔُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺍﺧْﺘَﻠَﻒَ ﻓِﻴﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﻩُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺟَﺎﺀَﺗْﻬُﻢُ ﺍﻟْﺒَﻴِّﻨَﺎﺕُ ﺑَﻐْﻴًﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻓَﻬَﺪَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻟِﻤَﺎ ﺍﺧْﺘَﻠَﻔُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻁٍ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻢٍ Artinya: ”Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
3) Agar terhindar dari faham- faham yang dasarnya hanya teori kebendaan (materi) semata, seperti: kapitalisme, komunisme, sosialisme, matrealisme, kolonialisme, dan sebagainya. Sehingga dengan berpegangan kepada iman yang benar dan tauhid kita akan terhindar dari pengaruh ajaran yang menyesatkan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat Al-Baqarah: 213 di atas.
e) Hukum dan Hikmah mempelajari Ilmu Tauhid 1) Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid Mempelajari ilmu tauhid itu hukumnya wajib, sebab dengan mempelajari ilmu tauhid akan mengtahui hal yang baik dan yang buruk yang menjadi pokok dalam agama islam. Setelah manusia memeluk berbagai macam dasar dan menganut bermacam-macan (isme), kemudia mereka terpecah-pecah dan saling bermusuhan, maka Allah yang maha mengetahui keselamatan para hamba-Nya menurunkan perintah kepada nabi Muhammad SAW. Perintah suci tersebut telah disampaikan kepada seluruh ummat manusia diseluruh bumi ini, baik kepada bangsa arab ataupun bangsa lain dengan segala kebijaksanaan. Allah memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk memeluk islam dan bertauhid kepada- Nya. Firman Allah (QS. Muhammad: 19) ﻓَﺎﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮْ ﻟِﺬَﻧْﺒِﻚَ ﻭَﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣُﺘَﻘَﻠَّﺒَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﺜْﻮَﺍﻛُﻢْ Artinya: ”Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” 2) Hikmah Mempelajari Ilmu Tauhid Mempelajari ilmu tauhid biasanya didorong oleh keinginan untuk mempelajari lebih banyak dan lebih dalam pengertian tentang Tuhan
. Kalau tauhid sudah masuk dan meresap kedalam jiwa seseorang maka didalam jiwanya akan tumbuh perasaan:
a) Rela atas pemberian Allah atas dirinya mengenai rizki, kedudukan, dan lain-lain. Dengan demikian maka hidupnya menjadi tertib sebab dia yakin atas pengawasan Allah terhadap segala perilakunya. Firman Allah SWT ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﺒْﺴُﻂُ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳَﻘْﺪِﺭُ ﻭَﻓَﺮِﺣُﻮﺍ ﺑِﺎﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉٌ Artinya: ”Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra’du: 26) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻟَﺎ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
b) Rasa saling menghargai, swbab orang yang bertauhid memandang semua manusia sama derajatnya, berasal dari satu keturunan dan tidak ada yang berhak diperhamba. Semua manusia hanya didikuti amal kebijakannya disisi Allah SWT, dan bertanggung jawab kepada-Nya. Allah berfirman (QS. Al-Hujurat: 13) ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻧَّﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ ﻭَﻗَﺒَﺎﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ Artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dengan dimikian maka orang yang bertauhid itu merasa bahwa dirinya sama dengan orang atau bangsa lain, dia tidak berhak mempertuhankan diri atau orang lain. Tinggi rendahnya derajat manusia hanya diukur dari kebajikan yang telah dibuat.
c) Rasa kasih saying terhadap sesame manusia. Orang bertauhid memandang semua manusia saudara, tidak bertindak aniaya terhadap semua mahluk Tuhan. Ummat bertauhid hidup berdasar peri kemanusiaan dan persaudaraan, selalu bersikap terbuka, kerja sama, dan bergotong royong. Sabda rasul saw: ﺧﺎﺏ ﻋﺒﺪ ﻭﺧﺴﺮ ﻟﻢ ﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻰ ﻗﻠﺒﻪ ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﺒﺸﺮ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﺍﻻ ﺑﻬﺎﻧﻰ ) Artinya: “Gagal dan rugilah kehidupan seseorang yang hatinya tidak ditanamkan Allah, rasa kasih saying kepada sesame manusia.” (HR. Abu Na’im Al-Abhani) Jadi jelas, kalau kita mempelajari Tauhid dan kemudian tumbuh dalam jiwa kita, maka akan keluarlah dari benih-benih tauhid itu pohon yang rindang yang dapat digunakan untuk berlindung diwaktu panas dan hujan, serta buahnya juga sedap dimakan. Diantara buah yang lezat itu adalah: a) Kesungguhan orang yang tetap dijalan Allah b) Kegemaran yang menghasilkan manfaat untuk umum c) Akan selalu membelanjakan hartanya dijalan Allah
3. Objek Kajia Ilmu Tauhid
a) Sifat-sifat Allah • Sifat-sifat wajib dan sifat-sifat mustahil Allah SWT No Sifat Wajib Allah Sifat Mustahil Allah 1 Wujud: Ada Mustahil Allah tidak ada 2 Qidam: sedia Mustahil Allah didahului oleh adam 3 Baqa: kekal Mustahil Allah dikatakan (fana) binasa 4 Mukhalafatul lilhawadisi: tidak sama dengan mahluk ciptaan- Nya Mustahil Allah sama dengan mahluk yang baharu. 5 Qiyamuhu binafsih: berdiri dengan diri-Nya sendiri Mustahil Allah tidak berdiri dengan diri-Nya sendiri 6 Wahdaniyat: Esa Mustahil Allah mempunyai dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang 7 Qodrat: kuasa Mustahil Allah lemah dan tidak berkuasa 8 Iradat: menentukan Mustahil Allah terpaksa dan dipaksa 9 Ilmu: mengetahui Mustahil Allah tidak mengetahui 10 Hayat: hidup Mustahil Allah tiada atau mati 11 Sama’: mendengar Mustahil Allah tuli 12 Basar: melihat Mustahil Allah buta 13 Kalam: berkata-kata Mustahil Allah bisu 14 Qoodirun: maha kuasa Mustahil Allah lemah 15 Mudirun: menentukan Mustahil Allah terpaksa atau dipaksa 16 Alimun: maha mengetahui Mustahil Allah jahil • Sifat jaiz Allah ﻓﻌﻞ ﻛﻞ ﻣﻤﻜﻦ ﺃﻭﺗﺮﻛﻪ Dari keterangan diatas Allah itu bebas melakukan hal yang mungkin tidak mungkin. b) Sifat-sifat Rasul • Sifat-sifat wajib rasul 1) Siddiq: benar didalam tutur kata dan tingkah laku 2) Amanah: dapat dipercaya 3) Tabligh: menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah 4) Fatonah: kecerdikan, kepintaran dan kebijaksanaan • Sifat-sifat mustahil rasul 1) Kazib: dosa 2) Khianat : curang 3) Khitman: menyembunyikan 4) Kafih: bodoh 4. Materi Ilmu Tauhid Adalah dapat dipastikan bahwa esensi peradaban islam adalah islam itu sendiri dan esensi islam adalah tauhid. Dua premis dasar ini berswa-bukti, tidak bisa diragukan oleh orang- orang yang termasuk dalam peradaban islam atau yang termasuk didalamnya bahwa kebudataan islam dan peradaban islam mempunyai suatu esesnsi pengetahuan yaitu tauhid.
a) Ta’rif Tauhid Rububiyyah Tauhid rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah swt baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya dia adalah raja, penguasa dan yang mengatur segala sesuatu. Firman Allah swt ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻓِﺮَﺍﺷًﺎ ﻭَﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀَ ﺑِﻨَﺎﺀً ﻭَﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻣَﺎﺀً ﻓَﺄَﺧْﺮَﺝَ ﺑِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ Artinya: ”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang- orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21-22) Orang musyrikin juga mengakui tentang sifat rububiyyah Allah. mereka mengakui bahwasanya hanya allah semata pencipta segala sesuatu, pemberi rezeki, yang memiliki langit dan bumi, dan yang mengatur alam semesta, namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, yang mereka bertawasul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka pemberi syafa’at. Firman Allah swt ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺁَﻣَﻨَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﻭﺫِﻱَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻌَﻞَ ﻓِﺘْﻨَﺔَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻛَﻌَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﺟَﺎﺀَ ﻧَﺼْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻚَ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣَﻌَﻜُﻢْ ﺃَﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻋْﻠَﻢَ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺻُﺪُﻭﺭِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ Artinya: ”dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” (QS.Al-Ankabut :10) Sebagian ulama salaf berkata: “jika kalian tanya pada mereka: siapa yang menciptakan langit dan bumi ?’ mereka pasti menjawab: ‘allah.’ walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain- Nya.”
b) Tauhid uluhiyyah Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, karena itulah maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untuk-Nya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untuk-Nya dan karena- Nya semata. Firman Allah swt (QS. Ali-Imron: 18) ﺷَﻬِﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﻭَﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻗَﺎﺋِﻤًﺎ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢُ Artinya: ”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Berkata syaikh al-‘allamah ‘abdurrahman bin nashir as- sa’di rahimahullah (wafat th. 1376 h): “bahwasanya Allah itu tunggal dzat-nya, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam dzat-Nya, nama-nama, sifat-sifat-Nya. tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. tidak boleh dia disekutukan dengan seorang pun dari makhluk- Nya”.
c) Tauhid Mulkiyyah / Hakimiyyah Tauhid Mulkiyyah yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaannya terhadap alam ini. Dialah pemimpin, pembuat hukum dan pemerintah kepada alam ini. hanya landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita. hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari allah saja menjadi junjungan kita. Firman Allah swt (QS. Ali-Imron: 26) ﻗُﻞِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚِ ﺗُﺆْﺗِﻲ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗَﻨْﺰِﻉُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣِﻤَّﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﻌِﺰُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﺬِﻝُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﺑِﻴَﺪِﻙَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮُ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Tauhid Mulkiyah menuntut adanya ke-wala-an secara totalitas kepada allah, rasul dan amirul mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah swt).
d) Integrasi Ketiganya Melihat pada ta’rif yang ada, siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah swt, dan itulah tauhid uluhiyah. Maka dengan sendirinya seseorang yang mengakui dan mengamalkan tauhid rububiyyah dan uluhiyyah, telah menjalankan pula tauhid mulkiyyah, sebab tauhid mulkiyyah esensinya sudah terkandung didalam tauhid rububiyyah, uluhiyyah maupun tauhid asma wa shifah. Namun di saat syirik merajalela di kalangan ummat dalam bentuk memutuskan hukum tidak sesuai dengan apa yang allah turunkan, tetapi memutuskan hukum menggunakan undang- undang kufur dan uu thaghut. kondisi ini mengisyaratkan agar istilah tauhid mulkiyyah/ hakimiyyah ini disebutkan tersendiri agar orang-orang melihat urgensi tauhid ini. tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi tuntutan tauhid uluhiyah sebagaimana mestinya.
IV. KESIMPULAN Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, baik sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat yang sama sekali harus ditiadakan dari pada-Nya, serta tentang rasul-rasul-Nya untuk menentukan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib ada dalam diri mereka, hal-hal yang boleh dikaitkan (dinisbahkan) kepada mereka, dan hal-hal yang terlarang untuk mengaitkannya kepada mereka. Adapun pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan keesaan (wahdah) Allah SWT dalam dzat-Nya. Dalam menerima peribadatan dari mahluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Kemudian mengenai materi yang terkandung dalam tauhid ada tiga macam, yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan mulkiyyah dimana ketiganya saling terkait antara satu sama lain.
V. PENUTUP Demikianlah makalah tentang Ilmu Tauhid (Materi dan Obyek Kajiannya) yang kami buat. Semoga sedikit uraian kami ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis sangat menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif dan sistematis dari pembaca yang budiman, guna melahirkan sebuah perbaikan dalam penyusulan makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Hanifah Ahmad, MA, Theologi Islam (Ilmu Kalam), 1990, Jakarta: PT. Bulan Bintang Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, 1963, Jakarta: Bulan Bintang Syukur Amin, MA, Pengantar Studi Islam, 2000, Semarang: CV. Bima Sejati Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, 1996, Jakarta: Rineka Cipta. Isma’il Raji Al-Faruqi. ”Tauhid”. 1995. Bandung: Pustaka. Wihadi Admojo, dkk. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 1990. Muhammad Hasby Ash Ashiddieqy. “Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam”. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. 1999. http://one.indoskripsi.com/ judul-skripsi-makalah-tentang/ tauhid-uluhiyah-rububiyah- dan-mulkiyah-serta-integrasi- ketiganya