Albaraa' bin Aazib r.a. berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad s.a.w keluar menghantar jenazah seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai kekubur dan belum dimasukkan dalam lahad, Nabi Muhammad s.a.w duduk dan kami duduk disekitarnya diam menundukkan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Nabi Muhammad s.a.w mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksaan kubur.". Nabi Muhammad s.a.w mengulangi sebanyak 3 kali."
Lalu Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Sesungguhnya seorang mukmin jika akan meninggal dunia dan menghadapi akhirat (akan mati), turun padanya malaikat yang putih-putih wajahnya bagaikan matahari, membawa kafan dari syurga, maka duduk didepannya sejauh pandangan mata mengelilinginya, kemudian datang malaikulmaut dan duduk didekat kepalanya dan memanggil: "Wahai roh yang tenang baik, keluarlah menuju pengampunan Allah dan ridhaNya."
Nabi Muhammad s.a.w bersabda lagi: "Maka keluarlah rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi tempat air, maka langsung diterima dan langsung dimasukkan dalam kafan dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum diatasbumi, lalu dibawa naik, maka tidak melalui rombongan malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang harum ini?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan sehingga sampai kelangit, dan disana dibukakan pintu langit dan disambut oleh penduduknya dan pada tiap-tiap langit dihantar oleh Malaikat Muqarrbun, dibawa naik kelangit yang atas hingga sampai kelangit ketujuh,
maka Allah berfirman: "Catatlah suratnya di illiyyin. Kemudian dikembalikan ia kebumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan didalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada saatnya." Maka kembalilah roh kejasad dalam kubur, kemudian datang kepadanya dua Malaikat untuk bertanya: " Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: Allah Tuhanku. Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Agamaku Islam" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu ?" Dijawab: "Dia utusan Allah". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya membaca kitab Allah lalu percaya dan membenarkannya" Maka terdengar suara: "Benar hambaku, maka berikan padanya hamparan dari syurga serta pakaian syurga dan bukakan untuknya pintu yang menuju kesyurga, supaya ia mendapat bau syurga dan hawa syurga, lalu luaskan kuburnya sepanjang pandangan mata." Kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya sambil berkata: "Terimalah khabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Lalu bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Saya amalmu yang baik." Lalu ia berkata: Ya Tuhan, segerakan hari kiamat supaya segera saya bertemu dengan keluargaku dan kawan-kawanku."
Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan menghadapi akihirat, maka turun kepadanya Malaikat dari langit yang hitam mukanya dengan pakaian hitam, lalu duduk dimukanya sepanjang pandangan mata, kemudian datang Malaikulmaut dan duduk disamping kepalanya lalu berkata: "Hai roh yang jahat, keluarlah menuju murka Allah." Maka tersebar disemua anggota badannya, maka dicabut rohnya bagaikan mencabut besi dari bulu yang basah, maka terputus semua urat dan ototnya, lalu diterima akan dimasukkan dalam kain hitam, dan dibawa dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai, dan dibawa naik, maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang jahat dan busuk itu?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan." dengan sebutan yang amat jelek sehingga sampai dilangit dunia, maka minta dibuka, tetapi tidak dibuka untuknya.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w membaca ayat: "Laa tufattahu lahum abwabus samaa'i, wala yad khuluunal jannata hatta yalijal jamalu fisamil khiyaath." (Yang Bermaksud) "Tidak dibukakan bagi mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk syurga sehingga unta dapat masuk dalam lubang jarum." Kemudian diperintahkan: "Tulislah orang itu dalam sijjin." Kemudian dilemparkan rohnya itu bagitu sahaja sebagaimana ayat "Waman yusyrik billahi fakaan nama khorro minassama'i fatakh thofuhuth thairu au tahwi bihirrihu fimakaanin sahiiq." (Yang bermaksud) "Dan siapa mempersekutukan Allah, maka bagaikan jatuh dari langit lalu disambar helang atau dilemparkan oleh angin kedalam jurang yang curam." Kemudian dikembalikan roh itu kedalam jasad didlam kubur, lalu didatangi oleh dua Malaikat yang mendudukkannya lalu bertanya: "" Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan ditengah-tengah kamu ?" Dijawab: "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya tidak tahu" Maka terdengar suara seruan dari langit: "Dusta hambaku, hamparkan untuknya dari neraka dan bukakan baginya pintu neraka, maka terasa olehnya panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rosak tulang-tulang rusuknya, kemudian datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan busuk baunya sambil berkata: "Sambutlah hari yang sangat jelek bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu." Lalu ia bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Aku amalmu yang jelek." Lalu ia berkata: "Ya tuhan, jangan percepatkan kiamat, ya Tuhan jangan percepatkan kiamat."
Abul-Laits dengan sanadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: " Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Seorang mukmin jika sakaratulmaut didatangi oleh Malaikat dengan membawa sutera yang berisi masik (kasturi) dan tangkai-tangkai bunga, lalu dicabut rohnya bagaikan mengambil rambut didalam adunan sambil dipanggil: "Ya ayyatuhannafsul muth ma'innatur ji'i ila robbiki rodhiyatan mardhiyah." (Yang bermaksud) "Hai roh yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan rela dan diridhoi. Kembalilah dengan rahmat dan keridhoan Allah." Maka jika telah keluar rohnya langsung ditaruh diatas misik dan bunga-bunga itu lalu dilipat dengan sutera dan dibawa ke illiyyin
. Adapun orang kafir jika sakaratulmaut didatangi oelh Malaikat yang membawa kain bulu yang didalamnya ada api, maka dicabut rohnya dengan kekerasan sambil dikatakan kepadanya: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Tuhammu ketempat yang rendah hina dan siksa Nya, maka bila telah keluar rohnya itu, diletakkan diatas api dan bersuara seperti sesuatu yang mendidih kemudian dilipat dan dibawa ke sijjin." Alfaqih Abu Ja'far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: "Seorang mukmin jika diletakkan dikubur maka diperluaskan kuburnya itu hingga 70 hasta dan ditaburkan padanya bunga-bunga dan dihamparkan sutera, dan bila ia hafal sedikit dari al-quran sukup untuk penerangannya jika tidak maka Allah s.w.t. memberikan kepadanya nur cahaya penerangan yang menyerupai penerangan matahari, dan didalam kubur bagaikan pengantin baru, jika tidur maka tidak ada yang berani membangunkan kecuali kekasihnya sendiri, maka ia bangun dari tidur itu bagaikan masih kurang masa tidurnya dan belum puas.
Adapun orang kafir maka akan dipersempit kuburnya sehingga menghancurkan tulang rusuknya dan masuk kedalam perutnya lalu dikirimkan kepadanya ular segemuk leher unta, maka makan dagingnya sehingga habis dan sisa tulang semata- mata, lalu dikirim kepadanya Malaikat yang akan menyiksa iaitu yang buta tuli dan bisu dengan membawa puntung dari besi yang langsung dipukulkannya, sedang Malaikat itu tidak mendengar suara jeritannya dan tidak melihat keadaannya supaya tidak dikasihaninya, selain itu lalu dihidangkan siksa neraka itu tiap pagi dan petang.
" Abu-Laits berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus menlazimi empat dan meninggalkan empat iaitu: Menjaga sembahyang lima waktu Banyak bersedekah Banyak membaca al-quran Memperbanyak bertasbih (membaca: Subhanallah walhamdulillah wal'aa ilaha illallah wallahu akbar, walahaula wala quwata illa billah ) Semua yang empat ini dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat yang harus ditinggalkan ialah: Dusta Kianat Adu-adu Menjaga kencing, sebab Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Bersih-bersihlah kamu daripada kencing, sebab umumnya siksa kubur itu kerana kencing. (Yakni hendaklah dicuci kemaluan sebersih-bersihnya.) Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Innallahha ta'ala kariha lakum arba'a: Al'abatsu fishsholaati, wallagh wu filqira'ati, warrafatsu fisshiyami, wadhdhahiku indal maqaabiri. (Yang bermaksud) Sesungguhnya Allah tidak suka padamu empat, main-main dalam sembahyang dan lahgu (tidak hirau), dalam bacaan quran dan berkata keji waktu puasa dan tertawa didalam kubur." Muhammad bin Assammaak ketika melihat kubur berkata: "Kamu jangan tertipu kerana tenangnya dan diamnya kubur-kubur ini, maka alangkah banyaknya orang yang sudah bingung didalamnya, dan jangan tertipu kerana ratanya kubur ini, maka alangkah jauh berbeza antara yang satu pada yang lain didalamnya.
Maka seharusnya orang yang berakal memperbanyak ingat pada kubur sebelum masuk kedalamnya." Sufyan Atstsauri berkata: "Siapa yang sering (banyak) memperingati kubur, maka akan mendapatkannya kebun dari kebun-kebun syurga, dan siapa yang melupakannya maka akan mendapatkannya jurang dari jurang-jurang api neraka." Ali bin Abi Thalib r.a. berkata dalam khutbahnya: "Hai hamba Allah, berhati-hatilah kamu dari maut yang tidak dapat dihindari, jika kamu berada ditempat, ia datang mengambil kamu, dan bila kamu lari pasti akan terpegang juga, maut terikat selalu diubun-ubunmu, maka carilah jalan selamat, carilah jalan selamat dan segera- segera, sebab dibelakangmu ada yang mengejar kamu yaitu kubur, ingatlah bahawa kubur itu adakalanya kebun dari kebun-kebun syurga atau jurang dari jurang-jurang neraka dan kubur itu tiap-tiap hari berkata- kata: Akulah rumah yang gelap, akulah tempat sendirian, akulah rumah ulat-ulat." Ingatlah sesudah itu ada hari (saat) yang lebih ngeri, hari dimana anak kecil segera beruban dan orang tua bagaikan orang mabuk, bahkan ibu yang meneteki lupa terhadap bayinya dan wanita yang bunting menggugurkan kandungannya dan kau akan melihat orang-orang bagaikan orang mabuk tetapi tidak mabuk khamar, hanya siksa Allah s.w.t. yang sangat ngeri dan dahsyat.
Ingatlah bahawa sesudah itu ada api neraka yang sangat panas dan suram dalam, perhiasannya besi dan sirnya darah bercampur nanah, tidak ada rahmat Allah s.w.t. disana. Maka kaum muslimin yang menangis. lalu ia berkata: "Dan disamping itu ada syurga yang luasnya selebar langit dan bumi, tersedia untuk orang-orang yang takwa. Semoga Allah s.w.t. melindungi kami dari siksa yang pedih dan menempatkan kami dalam darunna'iem (Syurga yang serba kenikmatan). Usaid bin Abdirrahman berkata: "Saya telah mendapat keterangan bahawa seorang mukmin jika mati dan diangkat, ia berkata: "Segerakan aku.", dan bila telah dimasukkan dalam lahad (kubur), bumi berkata kepadanya: "Aku kasih padamu ketika diatas punggungku, dan kini lebih sayang kepadamu." Dan bila orang kafir mati lalu diangkat mayatnya, ia berkata: "Kembalikan aku." dan bila diletakkan didalam lahadnya, bumi berkata: "Aku sangat benci kepadamu ketika kau diatas punggungku, dan kini aku lebih benci lagi kepadamu."
Usman bin Affan r.a. ketika berhenti diatas kubur, ia menangis, maka ditegur: "Engkau jika menyebut syurga dan neraka tidak menangis, tetapi kau menangis kerana kubur?" Jawabnya: " Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Alqabru awwalu manazilil akhirah, fa in naja minhu fama ba'dahu aisaru minhu, wa in lam yanju minhu fama ba'dahu asyaddu minhu." (Yang bermaksud)"Kubur itu pertama tempat yang menuju akhirat, maka bila selamat dalam kubur, maka yang dibelakangnya lebih ringan, dan jika tidak selamat dalam kubur maka yang dibelakangnya lebih berat daripadanya."
Abdul-Hamid bin Mahmud Almughuli berkata: "Ketika aku duduk bersama Ibn Abbas r.a., tiba-tiba datang kepadanya beberapa orang dan berkata: "Kami rombongan haji dan bersama kami ini ada seorang yang ketika sampai didaerah Dzatishshahifah, tiba- tiba ia mati, maka kami siapkan segala keperluannya, dan ketika menggali kubur untuknya, tiba- tiba ada ular sebesar lahad, maka kami tinggalkan dan menggali lain tempat juga ada ular, maka kami biarkan dan kami menggali lain tempat juga kami dapatkan ular, maka kami biarkan dan kini kami bertanya kepadamu, bagaimanakah harus kami perbuat tehadap mayat itu?" Jawab Ibn Abbas r.a.: "Itu dari amal perbuatannya sendiri, lebih baik kamu kubur sajan demi Allah andaikan kamu galikan bumi ini semua niscaya akan kamu dapat ular didalamnya." Maka mereka kembali dan menguburkan mayat itu didalam salah satu kubur yang sudah digali itu dan ketika mereka kembali kedaerahnya mereka pergi kekeluarganya untuk mengembalikan barang- barangnya sambil bertanya kepada isterinya apakah amal perbuatan yang dilakukan oelh suaminya? Jawab isterinya: "Dia biasa menjual gandum dalam karung, lalu dia mengambil sekadar untuk makanannya sehari, dan menaruh tangkai- tangkai gandum itu kedalam karung seberat apa yang diambilnya itu."
Abul-Laits berkata: "Berita ini menunjukkan bahawa kianat itu salah satu sebab siksaan kubur dan apa yang mereka lihat itu sebagai peringatan jangan sampai kianat." Ada keterangan bahawa bumi ini tiap hari berseru sampai lima kali dengan berkata: Hai anak Adam, anda berjalan diatas punggungku dan kembalimu didalam perutku. Hai anak Adam, anda makan berbagai macam diatas punggungku dan anda akan dimakan ulat didalam perutku. Hai anak Adam, anda tertawa diatas punggungku, dan akan menangis didalam perutku. Hai anak Adam, anda bergembira diatas punggungku dan akan berduka didalam perutku. Hai anak Adam, anda berbuat dosa diatas punggungku, maka akan tersiksa didalam perutku. Amr bin Dinar berkata: "Ada seorang penduduk kota Madinah yang mempunyai saudara perempuan dihujung kota, maka sakitlah saudaranya itu kemudian mati, maka setelah diselesaikan persiapannya dibawa kekubur, kemudian setelah selesai menguburkan dan kembali pulang kerumah, ia teringat pada kantongan yang dibawa dan tertinggal dalam kubur, maka ia minta bantuan orang untuk menggali kubur itu kembali, dan sesudah digali kubur itu maka bertemulah dia akan kantongannya itu, ia berkata kepada orang yang membantunya itu: "Tolong aku ketepi sebentar sebab aku ingin mengetahui bagaimana keadaan saudaraku ini." Maka dibuka sedikit lahadnya, tiba-tiba dilihatnya kubur itu menyala api, maka segera ia meratakan kubur itu dan kembali kepada ibunya lalu bertanya: "Bagaimanakah kelakuan saudaraku dahulu itu?" Ibunya berkata: "Mengapa kau menanyakan kelakuan saudaramu, padahal ia telah mati?" Anaknya tetap meminta supaya diberitahu tentang amal perbuatan saudaranya itu, lalu diberitahu bahawa saudaranya itu biasanya mengakhirkan sembahyang dari waktunya, juga cuai dalam kesucian dan diwaktu malam sering mengintai rumah-rumah tetangga untuk mendengar perbualan mereka lalu disampaikan kepada orang lain sehingga mengadu domba antara mereka, dan itulah sebabnya siksa kubur. Kerana itu siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur haruslah menjauhkan diri dari sifat namimah (adu domba diantara tetangga dan orang lain) supaya selamat dari siksaan kubur dan mudah baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar Nakier.
Alabarra' bin Aazib r.a. berkata: "Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Seorang mukmin jika ditanya dalam kubur, maka ia langsung membaca Asyhadu an laa ilaha illallah wa anna Muhammad abduhu warasuluhu , maka itulah yang tersebut dalam firman Allah: Yutsabbitullahul ladzina aamanu bil qaulits tsabiti filhayatiddun ya wafil akhirah (Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan khalimah yang teguh dimana hidup didunia dan diakhirat (yakni khalimah laa ilaha illallah, Muhammad Rasullullah). Dan ketetapan itu terjadi dalam tiga masa iaitu: Ketika melihat Malakulmaut Ketika menghadapi pertanyaan Mungkar Nakier Ketika menghadapi hisab dihari kiamat Dan ketetapan ketika melihat Malaikulmaut dalam tiga hal iaitu: Terpelihara dari kekafiran, dan mendapat taufiq dan istiqamah dalam tauhid sehingga keluar rohnya dalam Islam Diberi selamat oleh Malaikat bahawa ia mendapat rahmat Melihat tempatnya disyurga sehingga kubur menjadi salah satu kebun syurga. Adapun ketetapan ketika hisab juga dalam tiga perkara iaitu: Allah s.wt. memberinya ilham sehingga dapat menjawab segala pertanyaan dengan benar Mudah dan ringan hisabnya Diampunkan segala dosanya Ada juga yang mengatakan bahawa ketetapan itu dalam empat masa iaitu: Ketika mati Didalam kubur sehingga dapat menjawab pertanyaan tanpa gentar atau takut Ketika hisab Ketika berjalan diatas sirat sehingga berjalan bagaikan kecepatan kilat Jika ditanya tentang soal kubur bagaimanakah bentuknya, maka ulama telah membicarakannya dalam berbagai pendapat.
Sebahagiannya berkata pertanyaan itu hanya kepada roh tanpa jasad dan disaat itu roh masuk kedalam jasad hanya sampai didada. Ada pendapat berkata bahawa rohnyanya diantara jasad dan kafan dan sebaiknya seorang mempercayai adanya pertanyaan dalam kubur tanpa menanyakan dan sibuk dengan caranya. Dan kita sendiri akan mengetahui bila sampai disana, maka bila ada orang menolak adanya soal Mungkar Nakier dalam kubur, maka penolakannya dari dua jalan iaitu: Mereka berkata: "Ia tidak mungkin menurut perkiraan akal, sebab menyalahi kebiasaan tabiat alam." atau mereka berkata: "Tidak ada dalil yang menguatkan." Pendapat pertama bahawa ia tidak mungkin dalam akal kerana menyalahi kebiasaa tabiat alam. Pendapat ini bererti menidakkan kenabian dan mukjizat, sebab para Nabi itu semuanya dari manusia biasa dan tabiatnya mereka sama, tetapi mereka telah dapat bertemu dengan Malaikat dan menerima wahyu, bahkan laut telah terbelah untuk Nabi Musa a.s., demikian pula tongkatnya menjadi ular, semua kejadian itu menyalahi tabiat alam, maka orang yang menolak semua itu bererti keluar dari Islam. Jika ia berkata: "Tidak ada dalil.", maka hadis-hadis yang diterangkan sudah cukup untuk menjadi alasan bagi orang yang akan mahu terima. Firman Allah s.w.t.
yang berbunyi: "Wa man a'rodho an dzikri fa inna lahu ma'i syatan dhanka wanah syuruhu yaumal qiyaamati a'ma. (Yang bermaksud) "Dan siapa yang mengabaikan peringatanKu (ajaranKu) maka ia akan merasakan kehidupan yang sukar (kehidupan sukar ini ketika menghadapi pertanyaan dalam kubur)." Demikian pula ayat: "Yu tsabbitulladzina aamanu bil qoulaits tsabiti filhayatiddunia wafil akhirati. (Yang bermaksud) "Allah akan menetapkan hati orang-orang mukmin dengan khalimah yang teguh didunia dan diakhirat." Abu-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Saad bin Almusayyab dari Umar r.a. berkata:
Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Jika seorang mukmin telah masuk kedalam kubur, maka didatangi oleh dua Malaikat yang menguji dalam kubur, lalu mendudukkannya dan menanyainya, sedang ia mendengar suara derap sandal sepatu mereka ketika kembali, lalu ditanya oleh kedua Malaikat itu: Siapa Tuhammu, dan apakah agamamu, dan siapa Nabimu, lalu dijawab: Allah tuhanku, dan agamaku Islam dan Nabiku Nabi Muhammad s.a.w. Lalu Malaikat itu berkata: Allah yang menetapkan kau dalam khalimah itu, tidurlah dengan tenang hati. Itulah ertinya Allah menetapkan mereka dalam khalimah hak. Adapun orang kafir zalim maka Allah menyesatkan mereka dengan tidak memberi petunjuk taufiq pada mereka, sehingga ketika ditanya oleh Malaikat: Siapa Tuhanmu, apa agamamu dan siapa Nabimu, maka jawab orang kafir atau munafiq: Tidak tahu. Maka oleh Malaikat dikatakan: Tidak tahu, maka langsung dipukul sehingga jeritan suaranya terdengar semua yang dialam kecuali manusia dan jin. (Dan andaikan didengar oleh manusia pasti pingsan)
Abu Hazim dari Ibn Umar r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda kepada Umar r.a : "Bagaimanakah kau hai Umar jika didatangi oleh kedua Malikat yang akan mengujimu didalam kubur iaitu Mungkar Nakier hitam keduanya kebiru-biruan siung keduanya mengguriskan bumi, sedang rambut keudanya sampai ketanah dan suara keduanya bagaikan petir yang dahsyat, dan matanya bagaikan kilat yang menyambar?" Umar bertanya: "Ya Rasullullah, apakah ketika itu aku cukup sedar sebagaimana keadaanku sekarang ini?" Nabi Muhammad s.a.w menjawab: "Ya." Umar berkata: "jika sedemikian maka saya selesaikan keduanya dengan izin Allah s.w.t.. Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "sesungguhnya Umar seorang yang mendapat taufiq." Abul-Laits berkata: "saya telah diberitahu oleh Abul- Qasim bin Abdurrahman bin Muhammad Asysyabadzi dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Tiada seorang yang mati melainkan ia mendengkur yang didengari oleh semua binatang kecuali manusia, dan andaikata ia mendengar pasti pingsan, dan bila dihantar kekubur, maka jika solih (baik) berkata: "Segerakanlah aku, andaikan kamu mengetahui apa yang didepanku daripada kebaikan, nescaya kamu akan menyegerakan aku. Dan bila ia tidak baik maka berkata: "Jangan keburu, andaikata kamu mengtahui apa yang didepan aku daripada bahaya, nescaya kamu tidak akan keburu. Kemudian jika telah ditanam dalam kubur, didatangi oleh dua Malaikat yang hitam kebiru- biruan datang dari arah kepalanya, maka ditolak oleh sembahyangnya: Tidak boleh datang dari arahku sebab adakalanya ia semalaman tidak tidur kerana takut dari saat yang seperti ini, lalu datang dari bawah kakinya, maka ditolak oleh baktinya pada kedua orang tuanya: Jangan datang dari arahku, kerana ia biasa berjalan tegak kerana ia takut dari saat seperti ini, lalu datang dari arah kanannya, maka ditolak oleh sedekahnya: Tidak boleh datang dari arahku, kerana ia pernah sedekah kerana ia takut dari saat seperti ini, lalu ia datang dari kirinya maka ditolak oleh puasanya: Jangan datang dari arahku, kerana ia biasa lapar dan haus kerana takut saat seperti ini, lalu ia dibangunkan bagaikan dibangunkan dari tidur, lalu ia bertanya: Bagaimana pendapatmu tentang orang yang membawa ajaran kepadamu itu? Ia tanya: Siapakah itu? Dijawab: Muhammad s.a.w? Maka dijawab: Saya bersaksikan bahawa ia utusan Allah. Lalu berkata kedua Malaikat: Engkau hidup sebagai seorang mukmin, dan mati juga mukmin. Lalu diluaskan kuburnya, dan dibukakan baginya segala kehormatan yang dikurniakan Allah kepadanya. Semoga Allah memberi kita taufiq dan dipelihara serta dihindarkan dari hawa nafsu yang menyesatkan, dan menyelamatkan kami dari siksa kubur kerana Nabi Muhammad s.a.w juga berlindung kepada Allah dari siksa kubur."
A'isyah r.a. berkata: "Saya dahulunya tidak mengetahui adanya siksa kubur sehingga datang kepadaku seorang wanita Yyahudi, minta- minta dan sesudah saya beri ia berkata: "Semoga Allah melindungi kamu dari siksa kubur. Maka saya kira keterangannya itu termasuk tipuan kaum Yahudi, lalu saya ceritakan kepada Nabi Muhammad s.a.w maka Nabi Muhammad s.a.w memberitahu kepadaku bahawa siksa kubur itu hak benar, maka seharusnya seorang muslim berlindung kepada Allah s.w.t. dari siksa kubur, dan bersiap sedia untuk menghadapi kubur dengan amal yang soleh, sebab selama ia masih hidup maka Allah s.w.t. telah memudahkan baginya segala amal soleh. Sebaliknya bila ia telah masuk kedalam kubur, maka ia akan ingin kalau dapat diizinkan, sehingga ia sangat menyesal semata-mata, kerana itu seorang yang berakal harus berfikir dalam hal orang-orang yang telah mati, kerana orang- orang yang telah mati itu, mereka sangat ingin kalau dapat akan sembahyang dua rakaat, berzikir dengan tasbih, tahmid dan tahlil, sebagaimana ketika didunia, tetapi tidak diizinkan, lalu mereka hairan pada orang- orang yang masih hidup menghambur-hamburkan waktu dalam permainan dan kelalaian semata-mata. Saudaraku jagalah dan siap-siapkan harimu, sebab ia sebagai pokok kekayaanmu, maka mudah bagimu mendapatkan atau mencari untung laba, sebab kini dagangan akhirat agak sepi dan tidak laku, kerana itu rajin- rajinlah kau mengumpulkan sebanyak mungkin daripadanya, sebab akan tiba masa dagangan itu sangat berharga sebab pada saat itu ia berharga, maka kau tidak akan dapat mencari atau mencapainya.
Kami mohon semoga Allah s.w.t. memberi taufiq untuk bersiap-siap menghadapi saat keperluan dan jangan sampai menjadikan kami dari golongan yang menyesal sehingga ingin kembali kedunia tetapi tidak diizinkan, juga semoga Allah s.w.t. memudahkan atas kami sakaratulmaut, dan kesukaran kubur, demikian pula pada semua kaum muslimin dan muslimat.
Aamin ya Robbal aalamin.
Senin, 30 Januari 2012
TAUBAT
dari Abdullah bin Ubaid bin Umair berkata: "Adam a.s. berkata: " Ya Robbi, Engkau telah memenangkan Iblis atasku sehingga aku tidak dapat mengelakkan diri padanya kecuali dengan pertolongan Mu." Firman Allah s.w.t.: "Tiada lahir seorang anak keturunanmu melainkan telah aku datangkan kepadanya yang menjaganya dari tipu daya iblis, dan dari jin- jin yang jahat ." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Jawab Allah s.w.t.: "Aku beri pahala setiap hasanat sepuluh lipat ganda dan ada harapan ditambah, sedang kejahatan satu lawan satu, dan ada harapan dihapuskan ." Adam berkata: "Tambahkan bagiku."
Firman Allah s.w.t.: "Taubat tetap diterima selama roh dikandung badan ." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Firman Allah s.w.t.: "Qul ya ibadziyal ladzina asrafu ala anfusihim lataq nathu min rahmatillahi innallaha yagh firudzdzunuha jami'a, in nahu hauwal ghafururrahiem. " Yang bermaksud: "(Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros dari menggunakan masa hidup untuk amal yang tidak berguna) kamu jangan putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampunkan semua dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi penyayang .)" Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Bahawasanya Wahsyi yang membunuh Hamzah r.a., pakcik Rasulullah s.a.w. menulis surat kepada Rasulullah s.a.w. dari Mekkah: "Sesungguhnya saya ingin masuk Islam tetapi terhalang oleh ayat (Yang berbunyi): Walladzina laa yad- una Allahi ilahanakhoro, wala yaqtuluna nafsallati harramallahu illa bilhaqqi walla yaznun, waman yaf'al dzalika yaiqa atsaamaa . (Yang bermaksud) Dan mereka yang tidak mempersekutukan Allah dengan tuhan yang lain dan tidak membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina, dan siapa yang berbuat itu maka ia menanggung dosa-dosa. Sedang saya telah berbuat semua itu, maka apakah ada jalan bagiku untuk taubat? " Maka turun ayat yang berbunyi: "Illa man taba waamana wa amila amalan salihin fa ula ika yubaddilullahu sayyiantihim hasanaat ." (Yang bermaksud): Kecuali orang yang taubat dan beriman soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan dosa-dosa mereka dengan hasanat.
Maka Nabi Muhammad s.a.w. mengirim ayat tersebut kepada Wahsyi lalu dijawab oleh Wahsyi: "Bahawa didalam ayat ini ada syarat iaitu harus beramal soleh, sedang saya belum tahu apakah dapat melakukan amal soleh atau tidak." Maka turun ayat (Yang berbunyi): " Inna Allah la yagh firu yusyroka bihi wayaghfiru ma dunia dzalika liman yasya'u ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni pada siapa yang mempersekutukan Nya dan mengampuni semua dosa selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki Nya." Ayat ini dikirimkan kepada Wahsyi. Jawab Wahsyi: "Didalam ayat ini juga ada syarat dan saya tidak mengetahui apakah Allah s.w.t. hendak mengampuni saya atau tidak." Maka turun ayat (Yang berbunyi): " Qul ya ibadiyalladzina ala antusikum, laa' taqnathu min rahmatillahi innallah yagh firudz dzunuba jami a innahu huwal ghafurrahiem ." (Yang bermaksud): "Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros diri, janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampuni semua dosa, sungguh Allah maha pengampun lagi penyayang.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Sufyan berkata: "Muhammad bin Abdulrahman Assulami menulis surat kepadaku: Ayahku menceritakan kepadaku: Saya duduk dekat Nabi Muhammad s.a.w. diMadinah, lalu ada seorang diantara mereka berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa yang taubat sebelum mati setengah hari, maka Allah s.w.t. memaafkan padanya. Lalu saya bertanya: Benarkah kau mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda demikian? Jawabnya: Ya. Tiba-tiba ada lain sahabt berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum matinya sekira sesaat, maka Allah s.w.t. memaafkan baginya. Kemudian ada yang lain berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum tercabut nyawa dari tenggoroknya maka Allah s.w.t. memaafkan baginya .
" Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Mutharrif berkata: " Allah s.w.t. berfirman: Amboi, anak Adam berbuat dosa lalu minta ampun, maka Aku ampunkan tetapi kemudian ia mengulangi dosanya lalu minta ampun, maka Aku ampunkan, amboi kasihan, ia tidak dapat meninggalkan dosanya tetapi ia pula tidak putus harapan dari rahmatKu, hai para MalaikatKu, Aku persaksikan kepada kamu bahawa Aku telah mengampuni baginya." Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-a'masy dari seorang dari Mughits bin Sumai berkata: "Ada seorang pada ummat-ummat yang dahulu, ia selalu berbuat maksiat, maka pada suatu hari ketika ia sedang berjalan, teringat pada perbuatan-perbuatannya yang lalu, maka ia berdoa: Allahumma ghufranaka (Yang bermaksud) Ya Allah, aku harap ampunanMu sebanyak tiga kali, mendadak ia mati, maka Allah s.w.t. mengampuni baginya."
Muhammad bin Ajlan dari Makhul berkata: "Saya mendapat keterangan bahawa Nabi Ibrahim a.s. ketika diperlihatkan oleh Allah s.w.t. alam malakut dilangit, ia melihat hamba Allah dibumi yang sedang berzina, maka ia berdoa sehingga binasalah hamba itu, kemudian ia melihat orang yang sedang mencuri, maka ia berdoa sehingga dibinasakan oleh Allah s.w.t., lalu Allah s.w.t. berkata kepadanya: "Ya Ibrahim, biarkan urusan hambaKu kerana hambaKu itu diantara ia bertaubat maka Aku memaafkan atau akan melahirkan turunan yang ibadat kepada Ku atau ia memang celaka, maka untuknya telah tersedia jahannam untuk tempatnya dihari kemudian ." Abul-Laits berkata: "Berita ini sebagai dalil bahawa seorang hamba bila bertaubat maka Allah s.w.t. menerima taubatnya dan mengampuninya, kerana itu seharusnya manusia tidak putus harapan dari rahmat Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Innahu layaiasu min rouhillah illal qaumul kafirun ." (Yang bermaksud) "Sesungguhnya tidak akan patah dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir." Di lain ayat pula berbunyi: "Wahuwalladzi yaqbalut taubata an ibadihi waya'fu annissanyyi ati ." (Yang Bermaksud): " Dialah Allah yang menerima taubat hamba- hamba Nya dan memaafkan perbuatan-perbuatan yang jelek (dosa): (Surah: Assuya ayat 25)
Maka seharusnya bagi seorang yang sempurna akal bertaubat pada tiap waktu supaya tidak tergolong pada orang-orang yang dalam derhaka, sebab seorang yang selalu bertaubat tidak dianggap selalu didalam dosa meskipun ia mengulangi dosa itu sehari sampai tujuh puluh kali, sebagaimana riwayat Abubakar Assidiq r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak dianggap terus menerus berbuat dosa orang yang selalu membaca istighfar (minta ampun) meskipun ia mengulangi dalam sehari tujuh puluh kali. Rasulullah s.a.w. juga bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya bertaubat kepada Allah tiap hari seratus kali." Ali bin Abi Talib r.a. berkata: "Saya bila mendengar langsung dari Rasulullah s.a.w. maka saya pergunakan dan bila diberitahu oleh lain orang maka saya sumpah jika ia berani sumpah saya percaya. Abu bakar r.a berkata: "
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak seorang hamba yang berdosa kemudian ia wudhu dengan sempurna kemudian sembahyang dua rakaat dan membaca istisgfar (minta ampun) kepada Allah melainkan diampunkan oleh Allah baginya. Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca ayat (Yang berbunyi): "Wa man ya'mal su'an yadh lim nafsa hu tsumma yas tagh firillah yajidillaha ghafura rahiema . (Yang bermaksud): Dan siapa berbuat kejahatan atau aniaya pada diri sendiri kemudian membaca istighfar (minta ampun) pasti akan mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang ." Dilain riwayat Rasulullah s.a.w. memperdengarkan ayat: " Walladzina idza fa'lahu fahisyatan au dholamu anfusahum dzakarullaha fastagh faru lidzu-nubihim, waman yagh firudzdzunuba illa Allah, walam yashirru ala maa fa'alu wahum ya'lamun (135) Ula'ika jazaa'uhum maghdiratun min robbihim wa jannatun tajri min tahtihal anharu kholidina fiha wani'ma ajrul amilin (136). (Yang bermaksud): "Dan mereka yang bila berbuat kekejian atau zalim terhadap siri sendiri, langsung ingat kepada Allah lalu minta ampun dari dosa mereka, mengerti benar-benar bahawa tiada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak merahajalela dalam dosanya, sedang mereka mengetahui. Untuk mereka tersedia pengampunan Tuhan dan syurga yang mengalir dari bawahnya beberapa sungai, ekkal mereka didalamnya, sebaik-baik pahala bagi yang beramal ." (Surah: Al-Imran 135-136) Al-Hasan Albashri berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Ketika Allah s.w.t. menurunkan iblis laknatullah ia berkata: Demi kemuliaan Mu, saya tidak akan melepaskan anak Adam sehingga ia terpisah dengan rohnya, maka dijawab Allah s.w.t.: Demi kemuliaan dan kebesaranKu, saya tidak akan menutupkan jalan taubat dari hamba Ku sehingga rohnya berada ditenggoroknya (hampir mati) .
" Al-Qasim meriwayatkan dari Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Malaikat yang dikanan lebih kuasa terhadap malaikat yang dikiri, maka bila seseorang berbuat kebaikan, langsung dicatat olehnya sepuluh hasanat dan apabila berbuat kejahatan lalu akan ditulis oleh malaikat kiri, diperingatkan oleh yang dikanan, tahan dahulu kira-kira enam atau tujuh jam, maka bila ia membaca istighfar (minta ampun) atau dicatat apa-apa, dan jika tidak membaca istighfar, lalau dicatat satu kejahatan (sayyi'at) ." Abul-Laits berkata: "Ini sesuai dengan hadis (Yang berbunyi): " Atta'ibu minzda- dzanbi kaman la dzanba lahu ." (Yang bermaksud): "Orang yang taubat dari dosa bagaikan tidak berdosa ." Dilain riwayat pula berbunyi: "Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa, tidak segera dicatat sehingga berbuat dosa yang lain, kemudian jika berbuat dosa lagi, juga tidak ditulis sehingga berbuat dosa yang ketiga, maka jika berkumpul lima dosa, sedang yang lima digantinya lima dosa itu.
Maka disitu iblis laknatullah menjerit: Bagaimana saya akan dapat membinasakan anak Adam, sedang saya telah berusaha untuk menjerumuskan lima kali, tiba-tiba dibatalkan dengan satu hasanat, maka hilang semua usahaku itu. " Shafwan bin Assaal Almuradi r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Disebelah barat ada pintu gerbang besar yang dibuat oleh Allah untuk pintu taubat lebarnya sekira perjalanan 40-70 tahun, tetap terbuka dan tidak ditutup sehingga matahari terbit dibarat ." Said bin Almusayyab mengertikan ayat (Yang berbunyi): " Innahu kaana awwabina ghafura." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah bagi orang yang selalu kembali kepadaNya maha pengampun." Iaitu orang yang berdosa kemudian bertaubat kemudian berdosa lagi dan bertaubat.
Seorang ahli hikmah berkata: "Sifat orang aarif (yang menegnal Allah s.w.t.) ada enam iaitu: Jika ingat kepada Allah s.w.t. maka dia berbangga. Jika ingat pada dirinya maka dia merasa rendah. Jika melihat ayat-ayat Allah s.w.t. maka dia mengambil iktibar. Jika ingin bermaksiat maka dia menahan diri Jika ingat maafnya Allah s.w.t. maka dia gembira dan Jika ingat dosa-dosanya maka minta ampun Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Azzuhri r.a. berkata: " Pada suatu hari Umar masuk kepada Nabi Muhammad s.a.w. sambil menangis. maka ditanya:" Ya Umar, mengapakah kau menangis? ." Jawabnya: "Ya Rasulullah, dimuka pintu ini ada seoarng pemuda telah membakar hatiku sambil menangis." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ya Umar, masukkan dia kepadaku." Maka dimasukkan sambil menangis dan ditanya Nabi Muhammad s.a.w.: "Hai pemuda, apakah yang menyebabkan kau menangis?" jawabnya: "Ya Rasulullah, saya menangis kerana dosa-dosaku banyak sedang aku takut kepada Tuhan yang maha perkasa sedang murka kepadaku." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Apakah kau mempersekutukan Allah s.w.t., hai pemuda?" Jawabnya: "Tidak." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Apakah kau membunuh jiwa tanpa hak?" Jawab pemuda itu: ""Tidak." Sabda Nabi Muhammad s.a.w. "Maka Allah s.w.t. akan mengampunkan dosamu walaupun sebesar tujuh petala langit dan bumi dan bukit-bukit." Jawab pemuda itu: "Ya Rasulullah, dosa ku lebih besar dari langit, bumi dan bukit- bukit." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Dosamu lebih ataukah alkursi?" Jawab pemuda itu: "Dosaku lebih besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar ataukah arsy?" Jawab pemuda itu: "Dosaku leboh besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar atau maafnya Allah s.w.t.?" Jawab pemuda itu: "Maafnya Allah s.w.t. lebih besar." Sabda Nabi Muhammad s.a.w.: "Sungguh tidak dapat mengampunkan dosa besar kecuali Allah s.w.t. yang maha besar, yang maha maaf dan ampunanNya . Hai pemuda beritakan kepadaku, apakah dosamu itu? " Jawab pemuda itu: " Jawabnya: "Saya malu dari engkau, ya Rasulullah." Nabi Muhammad s.a.w. menekan: " Beritakan kepadaku apakah dosamu itu?." Jawab pemuda itu: " Ya Rasulullah, saya tukang gali kubur sejak tujuh tahun lalu dan pada suatu hari saya menggali kubur gadis dari kaum Ansar dan setelah saya telanjangi dari kafannya, saya tinggalkan tetapi tidak jauh bangkit hawa nafsuku, maka saya kembali dan mensetubuhi mayit gadis itu hingga puas lalu saya tinggalkan, belum jauh tiba-tiba gadis itu bangkit dan berkata: "Celaka kau hai pemuda, tidakkah malu engkau dari Tuhan yang akan membalas pada hari pembalasan kemudian, bila tiba masanya tiap orang zalim akan dituntut oleh orang yang dianiaya, kau birkan saya telanjang dan kau hadapkan aku dihadapan Allah sebagai orang janabat." Nabi Muhammad s.a.w. mendengar keterangan itu segera bangkit bagaikan terdorong dari belakang sambil berkata: " Hai fasik, alangkah layaknya engkau masuk neraka, keluarlah dari sini ." Maka keluarlah pemuda itu bertaubat kepada Allah s.w.t. selama empat puluh hari dan pada malam keempat puluh ia melihat kelangit sambil berkata: "Ya Tuhannya Nabi Muhammad, Nabi Adam dan ibu Hawwa, jika Engkau telah mengampunkan aku maka beritahulah kepada Nabi Muhammad dan sahabat- sahabatnya, jika tidak maka kirimkan pada aku api dari langit dan bakarlah aku didunia ini, dan selamatkan aku dari siksa akihirat." Maka turun malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan sesudah memberi salam ia berkata: "Ya Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu." Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Dialah Assalam, dan daripadanya salam kepadamu dan kepadaNya segala keselamatan." Jibril berkata: " Allah bertanya, apakah kau menjadikan makhluk?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Bahkan Allah yang menjadikan aku dan semua makhluk." Lalu ditanya: "Apakah kau memberi rezeki kepada mereka?" Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi rezeki kepadaku dan mereka." Kemudian ditanya lagi: "Apakah kau memberi taubat kepada mereka?." Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi taubat kepadaku dan mereka ." Lalu Jibril berkata Allah s.w.t. berfirman: " Maafkanlah hambaKu itu kerana Aku telah memaafkan padanya." Maka Nabi Muhammad s.a.w. segera memanggil pemuda itu dan memberitahu padanya bahawa Allah s.w.t. telah menerima taubat kepadanya dan memafkannya."
Abul-Laits berkata: "Seharusnya orang yang berakal memperhatikan kejadian ini dan mengerti bahawa zina dengan yang masih hidup itu lebih besar dosanya daripada zina dengan mayit. Juga harus bertaubat yang betul (sungguh-sungguh) sebagaimana pemuda itu ketika taubatnya benar-benar maka Allah s.w.t. memaafkannya." Ibn Abbas r.a. ketika menerangkan ayat (Yang berbunyi): " Ya ayyuhal ladzina amanu tubu ilallahi taubatan nashuha ." (Yang bermaksud): "Hai orang yang beriman, taubatlah kamu kepada Allah taubat yang nashuh (Sesungguh- sungguhnya) ." Iaitu menyesal dalam hati dan istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi lagi selamanya. Ada riwayat bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Istighfar hanya dengan mulut sedang tetap terus berbuat dosa bagaikan mempermainkan Tuhannya." Rabi'ah al- Adawiyah berkata: " Istighfarkami ii memerlukan kepada istighfar yang banyak, iaitu istighfar dengan lidah sedang hatinya niat akan mengulangi perbuatan dosanya, maka taubatnya ialah taubat orang yang dusta dan ini tidak bernam taubat sebab syarat taubat ini ada tiga iaitu: Menyesal dalam hati Istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Jika demikian maka pasti Allah s.w.t. mengampunkan baginya walau bagaimana besarnya dosa itu sebab Allah s.w.t. itu suka memaafkan pada hambaNya. Pernah terjadi pada suatu masa dahulu raja Bani Israil diberitahu bahawa ada seorang ahli ibadah yang taat, maka raja itu tertarik sehingga ia memanggil orang ibadat itu dan diminta supaya suka menjadi sahabat raja dan sering datang keistana. Maka oleh orang ibadat itu menjawab: "Tawaran tuan raja itu baik tetapi bagaimana andaikan pada suatu hari saya bermain-main dengan babu raja, bagaimana tuan raja akan berbuat terhadap aku?" Tiba-tiba raja itu menjadi marah dan berkata: "Hai pelacur, kau berani berbuat itu didepabku?" Lalu ahli ibadat itu berkata: "Saya telah mempunyai Tuhan yang sangat pemurah, andaikan saya berbuat tujuh puluh kali dosa, nescaya tidak murka dan tidak mengusir aku bahkan tidak dikurangi rezekiku, maka bagaimana saya akan meninggalkan pintu Tuhan dan pindah pada orang sudah marah kepadaku sebelum aku bersalah, maka bagaimana kalau benar0benar engkau melihat aku telah berbuat salah (dosa) itu." Kemudian dia keluar dari istana raja itu.
Abul-Laits berkata: "Dosa ada dua macam iaitu dosa antara kamu dengan Allah s.w.t. dan dosa antara kamu dengan semua manusia. Adapun antara kamu dengan Allah s.w.t. maka syarat taubatnya ada tiga iaitu: Menyesal dalam hati Istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Maka siapa yang melakukan tiga syarat ini, tidak bangun dari tempatnya melainkan sudah diampunkan oleh Allah s.w.t. kecuali jika ia meninggalkan salah satu fardhu yang diwajibkan oleh Allah s.w.t. maka tidak berguna taubatnya selama belum menyelesaikan kewajipan terhadap dirinya itu, lalu menyesal dan istghifar. Adapun dosa yang terjadi antaramu dengan sesama manusia maka selama mereka belum menghalalkan, maka tidak berguna bagimu taubat."
Seorang ulama tabi'in berkata: "Adakalanya seorang yang berdosa, selalu teringat akan dosa dan menyesal serta minta ampun sehingga ia masuk syurga, sehingga syaitan laknatullah mengeluh: Celaka diriku, andaikan aku tahu nescaya tidak aku jerumuskan ia kedalam dosa itu."
Abubakar Alwasithi berkata: "Sabar tidak keburuan dalam segala perbuatan itu baik kecuali dalam tiga macam iaitu: Ketika tiba waktu sembahyang maka harus segera dilaksanakan Ketika kematian harus segera diselesaikan dan dikuburkan secepat mingkin dan Ketika akan taubat dari dosa maka jangan ditunda Seorang Hakiem berkata: "Taubat seorang akan ternyata dalam empat macam iaitu: Jika telah dapat mengendalikan lidahnya daripada dusta, ghibah dan kata-kata yang tidak penting baginya Jika sudah tidak ada rasa hasud, dengki, iri hati terhadap semua manusia Jika telah menjauhi teman-teman yang busuk dan Selalu siap menghadapi maut, rajin dalam taat dan selalu istighfar menyesali dosa. Seorang Hakiem ditanya: "Apakah ada tanda bahawa taubat itu telah diterima?" Jawabnya: "Ya, ada empat tanda iaitu: Putus hubungan dengan kawan- kawan yang tidak baik dan bersahabat dengan orang-orang solihin Menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan taat Hilang rasa kesenangan kepada dunia kepada hatinya dan selalu ingat kesusahan akhirat Percaya pada jaminan Allah s.w.t. dalam soal rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah s.w.t. Maka bila terdapat semua sifat itu ia termasuk pada ayat yang berbunyi: " Innallaha yuhibbuttawwabina wa yuhibbul metathahirin . (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah kasih pada orang yang taubat dan kasih pada orang yang suka bersuci ." Kemudian ia berhak dari orang-orang empat macam iaitu: Mereka cinta kepadanya kerana Allah telah cinta kepadanya Mereka akan memeliharanya dengan selalu mendoakannya Mereka lupa terhadap dosa- dosanya yang lalu Mereka selalu mendekat dan membantu serta mendekatinya Dan Allah s.w.t. akan memuliakannya dengan empat macam perkara iaitu: Melepaskannya dari dosa sehingga seolah-olah tidak pernah berdosa Dicintai Allah s.w.t. Dipeliharanya dari gangguan syaitan laknatullah Diamankan dari rasa takut sebelum keluar dari dunia Seperti mana firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Tatanazzalu alaihimul malaikatu alla takhafu wala tahzanu, waabsyiru bil jannatillati kuntum tu'adun ." (Yang bermaksud): "Akan turun kepada mereka malaikat yang memberitahu supaya jangan takut dan jangan susah dan sambutlah khabar baik kamu akan masuk syurga yang telah dijanjikan untukmu ." Khalid bin Ma'dan berkata: "JIka orang-orang yang taubat itu telah dimasukkan kesyurga mereka bertanya: "Tidakkah Tuhan berjanji bahawa kami akan melewati neraka sebelum masuk syurga?" Maka dijawab: "Ketika kamu melaluinya ia sedang padam."
Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ketika selesai melaksankan hukum rejam terhadap wanita yang berzina sehingga mati, lalu menyembahyangkannya, ditegur oleh sebahagian sebahat Rasulullah s.a.w.: Ya Rasulullah, engkau yang menghukum rejam kemudian kamu sembahyangkannya?" Jawab Rasulullah s.a.w.: Sungguh ia telah taubat yang andaikan ia berbuat tujuh puluh kali seperti itu nescaya diampunkan Allah, yakni ia telah taubat benar-benar dan taubat yang benar-benar itu pasti diterima meskipun bagaimana besarnya dosa, tetap akan diampunkan." Juga diriwayatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang mengejek seorang mukmin kerana dosa, maka ia bagaikan yang mengerjakannya danlayak bila Allah menjerumuskannya kedalam dosa itu. Dan siapa yang mengejek orang mukmin kerana suatu dosa, maka ia tidak akan keluar dari dunia sehingga melakukan dosa itu dan terbuka rahsianya dimuka umum sehingga merasakan malunya." Abul-Laits berkata: "Seorang mukmin tidak sengaja berbuat dosa sebab Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): " Wa karraha ilaikumul kufra walfusuqa wal ishyan ." (yang bermaksud): "Ddan Allah membencikan kepadamu kekafiran, kefasikan dan maksiat ." Kerana itu seorang mikmin tidak mungkin sengaja berbuat dosa tetapi boleh terjadi padanya disaat ia lalai, tidak kuat menahan nafsu syahwat yang sedang meluap, kerana itu tidak boleh dicemuhkan, jika ia telah bertaubat.
Ibn Abbas r.a. berkata: "Jika seorang hamba taubat dan diterima oleh Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. melupakan malaikat yang mencatat amal apa yang telah mereka tulis, juga anggota badannya pun lupa apa yang pernah dilakukan dari dosa, juga Allah s.w.t. melupakan bumi dimana ia berbuat dosa diatasnya, supaya ia datang pada hari kiamat dan tiada sesuatupun yang menyaksikan perbuatan yang pernah dilakukan itu.
Ali bin Abi Thalib ra. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tertulis dikeliling arsy sebelum dijadikan makhluk sekira empat ribu tahun: " Wainni laghaffarun liman taba wa aamana wa amila shaliha tsumahtada . (Yang bermaksud): Sesungguhnya Aku (Allah s.w.t.) maha pengampun bagi siapa yang taubat dan beriman dan beramal soleh dan mengikuti petunjuk ." Abil-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: " Nabi Muhammad s.a.w. menceritakan bab pintu taubat, lalu ditanya oleh Umar bin Alkhoththob: "Apakah pintu taubat itu, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Pintu taubat itu dihujung barat, mempunyai dua daun pintu dari emas bertaburkan mutiara dan yaqut, antara kedua tiang pintu itu sejauh perjalanan empat puluh tahun bagi orang yang berkenderaan kencang (cepat) dan pintu itu tetap terbuka sejak dijadikan Allah hingga malam yang akan terbit matahari pada paginya, dan tiada seorang hamba yang taubat benar-benar melainkan masuk taubatnya dari pintu itu. Mua'dz bin Jabal r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah taubat nashuh itu?" Jawab Rasulullah: "Ialah menyesal atas perbuatan dosanya dan niat tidak akan mengulangi lagi, kemudian minta mapun kepada Allah s.w.t. Kemudian matahari dan bulan terbenam dipintu itu, lalu tertutup kedua daun pintu itu bagaikan tidak ada retaknya, maka ketika itu tidak lagi diterima taubat dan tidak diterima amal yang baru sesudah tertutup pintu itu, dan semua orang menurut keadaannya sebelum itu, jika ia baik maka dilanjutkan kebaikannya, sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi):Yauma ya'ti ba'dhu aayati robbika la yanfa'u nafsan imanuha lam takun amanat min qablu au kasabat fi imaniha khoiro . (Yang bermaksud): "Pada saat tibanya sebahagian ayat- ayat Tuhanmu, maka tidak berguna bagi seseorang iman yang baru, bila tidak beriman sejak sebelumnya, atau telah berbuat dimasa imannya dahulu kebaikan." Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata: "Taubat nashuh itu ialah sesudah taubat tidak mengulangi lagi, dan pintu taubat itu yeyap terbuka dan diterima dari siapapun kecuali tiga iaitu: iblis laknatullah iaitu induk semua kekafiran Qabil iaitu induk dari semua yang sial dan celaka dan orang yang membunuh nabi Sedang pintu taubat itu disebelah barat lebarnya kira- kira perjalanan emapt puluh tahun tidak akan ditutup sehingga ternit matahari daripadanya (dari barat).
Abul -laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Taubat itu tergantung diudara, berseru siang malam tidak berhenti-henti: Siapa yang akan menerima aku, tidak akan tersiksa dan keadaan itu selamanya, sehingga matahari terbit dari barat, maka apabila matahari telah terbit dari barat, maka ia terangkat." Semua keterangan ini menganjurkan supaya bertaubat dan siapa yang bertaubat akan diterima taubatnya sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Wa tubu ilallahi jami'a ayyuhal mu'minun la'allakum tuflihun ." (Yang bermaksud): "Dan taubatlah kamu semua hai orang-orang mukminun supaya kamu bahagia. Selamat dari siksaNya dan mencapai rahmatNya." Sesungguhnya taubat itu pembuka dari segala kebaikan dan menyebabkan keselamatnnya dan kebahagiaan tiap mukmin. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Ya ayyuhal ladzina amanu tubu ilallahi taubatan nashuha, asa rabbukum an yukaffira ankum sayyiatikum, wa yud khilkum jannatin tajri min tahtihal anharu ." (Yang bermaksud): "Hai orang-orang yang beriman, taubatlah kamu dengan sungguh-sungguh kepada Allah, semoga Tuhan menghapuskan dosa-dosamu dan memasukkan kamu kesyurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai ." (Surah: Attahrim: ayat 8) Dan ayat yang lain pula berbunyi: "Walladzina idza fa'alu fa hisyatan au dholamu anfusahum dzakarullaha fastaghfaru lidzunubihim, waman yaghfirudz dzunuba illallahu, walam yashirru ala ma fa'alu wahum ya'lamun ." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang bila berbuat dosa besar yang keji atau aniaya pada dirinya (berbuat dosa kecil), lalu ingat kepada Allah dan minta ampun untuk dosanya, kerana tidak ada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak tetap selalu berbuat dosa, sedang mereka mengetahui akan dosa maksiat ." (Surah Al-Imran ayat 135)
Said bin Abi Burdah meriwayatkan dari ayahnya dari neneknya berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya membaca istighfar minta ampun dan taubat tiap hari seratus kali." Dilain riwayat pula: "Hai manusia, taubatlah kamu kepada Allah, maka saya bertaubat kepada Allah tiap sehari semalam seratus kali." Apabila Nabi Muhammad s.a.w. beristighfar dan taubat tiap hari seratus kali, padahal telah diampuni oleh Allah s.w.t. semua dosanya yang lalu dan yang akan datang, maka bagaimana kita yang belum mengetahui apakah diampunkan atau tidak? Apakah tidak selayaknya taubat tiap waktu dan tidak berhenti-henti membaca istighfar. Ibn Abbas r.a. ketika mentafsirkan ayat yang berbunyi: " Bal yuridul insanu liyafjura amamah." (Yang bermaksud): "Bahkan manusia itu mengutamakan dosanya dari menunda-nunda taubatnya ." Ia selalu berkata: "Kelak akan taubat sehingga tibalah maut dalam keadaan yang sejelek-jeleknya ia mati."
Juwaibir meriwayatkan dari Adhdhahhak dari Ibn Abbas r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Pasti akan binasa orang yang menunda-nunda (Yang selalu berkata kelak saya akan taubat)." Maka seharusnya tiap manusia taubat pada tiap waktu sehingga bila tiba maut ia sudah taubat, sedang Allah s.w.t. telah berjanji dalam ayatNya yang berbunyi: "Wahuwalladzi yaqbaluttaubata anibadihi waya'fu anissayyi'at ." (Yang bermaksud): "Dialah Allah yang menerima taubat hambaNya dan memaafkan segala kesalahan (kejahatan) Yakni asalkan bertaubat dan minta ampun, maka Allah akan mengampunkan.
Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata: "Siapa yang membaca (ayat yang berbunyi): " Astaghfirullahal adhiem alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atu bu ilaihi ." (Yang bermaksud) Saya mohon ampun kepada Allah yang maha agung, yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang hidup berdiri sendiri mengatur makhlukNya dan bertaubat kepadaNya." sebanyak tiga kali maka akan diampunkan semua dosa-dosanya meskipun sebanyak buih dilaut. Ayyub meriwayatkan dari Abu Qabilah berkata: "Ketika Allah s.w.t. mengutuk iblis laknatullah maka ia minta ditunda, maka Allah s.w.t. meluluskan permintaannya, maka iblis laknatullah berkata: "Demi kemuliaan Mu, aku tidak akan keluar dari dada hambaMu sehingga keluar rohnya. Dijawab Allah s.w.t.: "Demi kemuliaan dan kebesaranKu, tidak akan aku tutup pintu taubat pada hamba Ku sehingga keluar rohnya." Maka perhatikan bagaimana kasih rahmat Allah s.w.t. pada hambaNya, tetapi menamakan mereka orang- orang mukminin sesudah mereka berdosa sebagaimana ayat 31, surah Annur (Yang berbunyi): "Wa tubu ilallahi jami'a ayyuhal mukminun la'allakum tuflihun ." (Yang bermaksud): "Dan taubatlah kamu semua kembali kepada Allah, hai orang-orang muminin supaya kamu untung selamat dan bahagia ." Dan Allah s.w.t. menyatakan kasih kepada orang yang bertaubat didalam ayat yang berbunyi: " Innal-laha yubih buttawwabina wayuhibbul mutathohhirin ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah kasih sayang kepada orang yang taubat dan suka pada orang yang bersuci ." Rasulullah s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): " Atta'ibu minadzdzanbi kaman ladzanba lahu." (yang bermaksud): "Orang yang taubat dari dosa itu bagaikan orang yang tidak berdosa ." Ali bin Abi Thalib r.a. diberitahu oleh orang: "Saya telah berbuat dosa." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi." Lalu orang itu berkata: "Saya telah taubat tetapi saya ulangi lagi." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi lagi." Orang itu bertanya: "Sampai bilakah?" Jawab Ali r.a.: "Sehingga syaitan laknatullah yang kecewa dan menyesal."
Mujahit ketika menerangkan ayat yang berbunyi: " Innamattaubatu alallahi lilladzina ya'malunassu'a bijahalatin tsumma jatubuna min karib ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya taubat itu terhadap mereka yang berbuat dosa dengan kebodohan kemudian bertaubat tidak lama ." (surah Annisa ayat 17) Mujahid berkata: "Asalkan belum mati, maka ia bererti segera dan tidak lama."
Abuhurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jika seorang berbuat dosa lalu berkata: "Ya Tuhan, saya telah berbuat dosa maka ampunkan bagiku. Allah s.w.t. menjawab: "HambaKu telah berbuat dosa, tetapi ia sedar mengetahui bahawa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampunkan atau menuntut dosanya maka Aku ampunkan baginya." Ini kerana kehormatan Rasulullah s.a.w. Sedang pada ummat-ummat yang dahulu jika berbuat dosa maka diharamkan apa yang tadinya halal dan bila seorang berbuat dosa maka langsung dipintu rumahnya ada keterangan Fulan bin Fulan telah berbuat dosa atau dibadannya. Dan cara taubatnya harus berbuat sebegini.
Bagi ummat Rasulullah s.a.w. dimudahkan dengan ayat yang berbunyi: " Waman ya'mal su'an au yadh nafsahu tsumma yastagh firillaha yajidil-laha ghafura rahiema ." (Yang bermaksud): "Dan siapa yang berbuat dosa atau kesalahan bagi dirinya, kemudian minta ampun kepada Allah, tentu ia mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang ." Keran itu maka tiap muslim harus bertaubat kepada Allah s.w.t. tiap pagi dan petang. Mujahid berkata: "Orang yang tidak bertaubat tiap pagi dan petang maka termasuk orang yang zalim (aniaya) terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana wajib juga menjaga sembahyang lima waktu sebab Allah s.w.t. menjadikan sembahyang lima waktu itu sebagai penyuci dosa- dosa kecil yang terjadi sehari- hari dan tidak terasa."
Alqamah dari Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Seorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, saya tadi bertemu wanita dalam kebun, maka saya peluk dan saya berbuat padanya segala sesuatu hanya tidak saya zina." Rasulullah s.a.w. diam sejenak kemudian turunlah ayat yang berbunyi: " Wa aqimis sholata tharafayinnahari wa zulafa minallahi, innal hasanati yudz hibnassayyi'at, dzalika dzikra lidzdzakirin ." (Yang bermaksud): "Tegakkan sembahyang pada waktu siang dan malam, sesungguhnya amal kebaikan itu dapat menghapuskan sayyi'at kejahatan (dosa), ini sebagai peringatan bagi orang-orang yang sedar taubat (bagi orang yang akan bertaubat " Surah Hud ayat 114) Maka dipanggil oleh Rasulullah s.a.w. dan dibacakan ayat itu padanya, Umar r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah khusus buat dia sendiri atau umum buat semua manusia? " Jawab Rasulullah s.a.w.: "Bahkan umum buat semua orang." Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata: "Pada suatu malam sesudah sembahyang bersama Rasulullah s.a.w. saya keluar, tiba-tiba saya bertemu dengan seorang wanita yang kudung berdiri ditengah jalan, lalu ia berkata: "Hai Abuhurairah, saya telah berbuat dosa yang sangat besar, apakah ada jalan untuk taubat?" Saya bertanya: "Apakah dosamu?" Jawabnya: "Saya telah berzina sehingga mendapat anak lalu sayu bunuh anak itu." Abu Hurairah r.a. berkata: "Celaka kau dan telah membinasakan, demi Allah, tiada jalan untuk taubat." Maka ia menjerit sehingga pingsang, lalu saya tinggalkannya, akan tetapi timbul perasaanku: Saya memberi fatwa padal Rasulullah s.a.w. masih hidup ditengah-tengah kami, dan pagi harinya saya telah pergi berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, semalam saya diminta fatwa dalam hal ini dan saya fatwakan kepadanya begini." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Demi Allah hai Abuhurairah, engkaulah yang binasa dan membinasakan, dari manakah engkau hai Abuhurairah? ." Dari ayat: "Walladzina layad'una ma Allahi ilaha akhara wala yaqtulunnafsal lati har-ramallahu illa bilhaqqi wala yaznuna, waman yaf'al dzalika yalqa atsama, yudha'af lahul adzabu yaumal qiyamati wayakhludz fihi muhana, illa man ta ba wa amana wa amila amalan shaliha fa ula'ika yubaddilullahu sayyi'atihim hasanat, wakanallahu ghafura rahima ." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang tidak menyeru kepada Tuhan yang lain selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina dan siapa yang melakukan semua itu mendapat dosa, bahkan akan dilipat gandakan siksa mereka, dan kekal dalam siksa itu hina dina kecuali orang yang taubat, beriman dan melakukan amal yang soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan semua dosa-dosa mereka dengan kebaikan dan adanya Allah maha pengampun lagi pengasih." (Surah Alfurqan ayat 68-70) Maka saya segera keluar berjalan dikota Madinah sambil bertanya-tanya: "Siapakah yang dapat menunjukkan aku pada wanita yang tadi malam minta fatwa kepadaku mengenai soal ini dan itu, sehingga anak-anak mengatakan: "Abuhurairah telah." Sehingga pada malam harinya saya bertemu dengan wanita itu ditempat yang kelmarin itu, maka segera saya terangkan kepadanya apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. bahawa ia dapat bertaubat, maka ia menarik nafas besar kerana ia gembira lalu berkata: "Hai Abu Hurairah, saya mempunyai sebuah kebun dan kini saya sedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai penebus dosa saya." Sesungguhnya seorang hamba jika taubat, maka semua dosa- dosanya yang lalu itu berubah menjadi kebaikan hasanat. Demikian pengertian ayat 70 surah Alfurqan itu. Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Pada hari kiamat jika seorang hamba melihat dalam suratan amalnya pada permulaannya ada maksiat dosa, lalu diakhirnya hasanat kebaikan, lalu diulang dari mulanya, tiba- tiba terlihat semuanya hasanat kebaikan. Demikian pula riwayat Abu Dzar Alghifari r.a. dari Rasulullah s.a.w. serupa dengan ini dan inilah ertinya: "Allah mengganti dosa-dosa mereka dengan hasanat." Sebenarnya tidak ada dosa yang lebih besar dari kekafiran tetapi Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): " Qul lilladzina in yantahu yugh far lahum maa qad salafa ." (Yang bermaksud): "Katakanlah kepada orang-orang kafir: Jika kamu menghentikan kekafiran, maka akan diampunkan bagi kamu apa-apa yang telah lalu ." Alhasan berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: " Andaikan seorang itu berbuat dosa sehingga memenuhi apa yang diantara langit dan bumi, kemudian taubat nescaya Allah s.w.t. mengampunkannya."
Abu Yazid Arraqqasyi berkata: "Ketika Abu Hurairah r.a. berkhutbah diatas mimbar Rasulullah s.a.w. berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adam adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah pada hari kiamat. Allah menyatakan alasan udzurnya tiga macam iaitu: Hai Adam, andaikan Aku tidak mengutuk orang-orang yang dusta dan membenci dusta serta mengancam siksa atasnya dan telah menjadi putusan Ku akan mengisi penuh neraka jahannam dengan jin dan manusia semuanya, nescaya Aku memberi rahmat kepada turunanmu semua pada hari ini. Hai Adam, sungguh Aku tidak menyiksa turunanmu dengan api neraka kecuali orang yang Aku ketahui bahawa sekiranya Aku kembalikan ia kedunia pasti ia akan kembali kepada kejahatannya dan tidak bertaubat. Hai Adam, Aku jadikan kau sebagai hakim antaraKu dengan anak cucumu, berdirilah kau didekat timbangan, perhatikan apa yang terlihat padamu dari amal, maka siapa yang lebih berat amal kebaikannya meskipun hanya seberat semut, maka ahli syurga, supaya kau ketahui bahawa Aku tidak memasukkan kedalam neraka kecuali orang yang zalim.
Aisyah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Suratan amal itu tiga perkara iaitu Suratan amal yang diampunkan oleh Allah s.w.t. Suratan amal yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t. Suratan amal yang tidak ditinggalkan sedikitpun daripadanya Adapun yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t., maka syirik mempersekutukan Allah s.w.t.. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Innahu man yusyrik billahi faqad harrama Allah alaihil janna ta wama'wahunnar ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan padanya syurga dan tempatnya didalam neraka. Adapun yang diampunkan oleh Allah maka dosa seseorang terhadap Allah antara dia dengan Allah. Adapun yang tidak ditinggalkan sedikitpun maka dosa seseorang terhadap sesama manusia maka harus dibalas dan dikembalikan tiap hak kepada yang berhak."
Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiap hak harus dikembalikan kepada yang berhak pada hari kiamat sehingga diberi kesempatan bagi kambing yang tidak bertanduk untuk membalas kambing yang bertanduk untuk menanduknya. Kerana itu jika dosaku dengan sesama manusia, maka hendaklah diselesaikan dengan baik didunia, adapun kalau antara dia langsung dengan Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. maha pengampun lagi mudah memaafkan asalkan mahu bertaubat. Sebab tiap hak sesama manusia harus dikembalikan, jika tidak dikembalikan didunia maka harus dibayar (diganti) dengan hasanat kebaikan amal yang telah dilakukan pada hari kiamat. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tahukah kamu siapakah yang pailit dari ummatku? Jawab sahabat: "orang yang pailit itu ialah habis bersih harta kekayaannya dan belum terbayar semua hutangnya sehingga tidak punya harta dan perkakas (perabut rumah). Rasulullah s.a.w. bersabda: " Orang yang pailit dari ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan lengkap sembahyang dan puasanya tetapi ia telah mencaci maki si ini dan menuduh pada si itu dan makan harta si ini dan menumpahkan darah si itu, maka semua orang yang telah habis hasanahnya sebelum terbayar semua orang yang dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, kemudian ia dilempar kedalam neraka ." Kami mohon kepada Allah s.w.t. semoga Allah s.w.t. memberi taufiq untuk tetap pada taubat.
Muhammad bin Sirin berkata: "Awaslah, jangan sampai kau berbuat kebaikan kemudian kau tinggalkan, sebab tidak ada seorang yang taubat lalu kembali kepada dosanya beroleh keuntungan. Kerana itu yang telah taubat hendaklah mengingati selalu pada dosanya, seakan-akan dimuka matanya, supaya tetap bertaubat, banyak membaca istighfar dan mensyukuri nikmat Allah s.w.t. hanya kepadaNya dapat bertaubat, juga memikirkan apa yang dijanjikan oleh Allah s.w.t. daripada nikmat diakhirat bagi orang yang beramal soleh, supaya rajin beramal soleh dan menjauhi dosa."
Zaid bin Wahb dari Abu Dzar r.a. berkata: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami apa yang tercantum dalam Suhuf Musa?" Rasulullah s.a.w. berkata: "Didalamnya ada enam kalimat iaitu: Saya hairan terhadap orang yang yakin adanya neraka, bagaimana ia dapat tertawa? Saya hairan pada orang yang yakin akan mati, bagaimana dapat bergembira? Saya hairan pada orang yang yakin akan adanya hitungan amal, bagaimana ia melakukan dosa? Saya kagum pada orang yang percaya pada takdir (ketentuan Allah s.w.t.), bagaimana ia bersusah payah? Saya kagum pada orang yang melihat segala perubahan dunia, bagaimana ia condong kepadanya? Saya ajaib pada orang yang yakin pada syurga, bagaimana ia tidak berbuat baik? La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Pada suatu hari Abdullah bin Mas'ud r.a. berjalan- jalan dikota Kufah, tiba-tiba bertemu dengan orang-orang fasiq sedang berkumpul minum khamar dan ada penyanyinya bernama Zadan. Ia memukul rebana sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Abdullah bin Mmas'ud berkata: "Alangkah merdunya suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al- Quran." dan Abdullah terus berjalan. Tiba-tiba Zadan terdengar apa yang dikatakan oleh Ibn Mas'ud itu lalu ia bertanya kepada orang-orang: "Siapakah orang itu?" Dijawab oleh orang-orang: "Itu Ibn Mas'ud, sahabat Rasulullah s.a.w.." Lalu ia berkata apakah?" Tanya Zadan. Jawab orang-orang itu: "Ia berkata, alangkah merdu suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al-Quran." Perkataan itu benar- benar meresap dalam hati Zadan sehingga segera ia berdiri dan membuang rebana yang ada ditangannya lalu lari mengejar Ibn Mas'ud dan mengikat saputangan dilehernya sendiri sambil menangis dihadapan Ibn Mas'ud, maka dipeluk oleh Abdullah bin Mas'ud dan bersama-sama menangis, kemudian Abdullah bin Mas'ud berkata: "Bagaimana saya tidak akan sayang pada orang yang disayangi Allah s.w.t." Lalu ia tetap taubat dan selalu mendekati Abdullah bin mas'ud untuk belajar ilmu Al-Quran sehingga menjadi orang alim yang banyak meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Mas'ud r.a..
Abul Laits berkata: "Saya mendapat cerita dari ayahku, bahawa dimasa Bani Iisrail dahulu ada seorang wanita pelacur yang sangat cantik dan ia selalu duduk diatas dipan didalam rumah yang selalu terbuka pintunya, sehinggakan tiap orang yang berjalan dimuka pintunya pasti tertarik kepada kecantikannya dan siapa yang akan masuk diharuskan membayar sepuluh dibar. Maka pada suatu hari ada ahli ibadat berjalan dimuka pintunya dan ketika menoleh kedalam pintu terlihat olehnya kecantikan wanita itu yang sedang duduk didipannya, maka ia sangat tertarik pada wanita itu, tetap ia berdoa semoaga Allah s.w.t. menghilangkan kerisauan hatinya yang selalu teringat pada wanita itu. akan tetapi oleh kerana perasaan hatinya tidak hilang akhirnya ia berusaha mencari wang sehingga terpaksa menjual beberapa kainnya dan setelah terkumpul sepuluh dinar ia datang kemuka pintu itu tetapi oleh wanita pelacur itu disuruh menyerahkan wangnya kepada wakilnya dengan janji supaya ia datang pada waktu yang ditentukan.
Maka tepat pada waktunya ia datang, sedang wanita itu telah berhias dan duduk menantikannya diatas ranjangnya, maka masuklah orang abid itu dan duduk bersama wanita itu diatas ranjang dan ketika sedang menghulurkan tangan pada wanita itu, tiba-tiba ia teringat bahawa Allah s.w.t. sedang melihatnya dalam perbuatan yang haram, yang mungkin akan menggugurkan semua amal perbuatan ibadat yang telah lalu itu, seketika itu juga ia gementar dan pucat mukanya, maka ditanya oleh wanita itu: "Mengapa kau berubah pucat, terkena apakah engkau?" Jawabnya: "Saya takut kepada Tuhanku kerana itu izinkan aku keluar." Wanita itu berkata: "Celaka kau, banyak orang ingin mendapat seperti kau ini, maka apakah yang menyebabkan kau begini?" Jawabnya: "Saya takut kepada Allah s.w.t., sedang wang yang sudah saya berikan kepadamu itu halal, izinkan saya keluar dari sini." Maka ditanya: "Apakah engkau belum pernah berbuat begini?" Jawabnya: "Belum pernah." Lalu ditanya: "Siapa namamu dan dari manakah engkau?" Lalu diberitahu nama dan tempat daerahnya, lalu diizinkan keluar, maka keluarlah abid itu dari tempat itu sambil menangis dan melatakkan tanah diatas kepalanya, sehingga terpengaruh wanita itu ketika melihat abid itu menangis dan berkata dalam hatinya: "Ini orang pertama kali akan berbuat dosa sudah merasa takut sedemikian dan saya berbuat dosa bertahun-tahun, padahal Tuhannya iaitu Tuhanku, maka seharusnya aku lebih takut daripadanya." Maka sejak itu wanita itu taubat dan menutup pintu rumahnya dari segala orang, untuk melakukan ibadat semata-mata, kemudian setelah ia ibadat, timbul perasaan dalam hatinya: "Sekiranya saya pergi kepada iorang abid itu, kalau- kalau ia mahu mengahwini aku sehingga aku dapat belajar agama darinya dan membantu saya dalam beribadah." Lalu ia bersiap-siap membawa harta dan budak-budaknya sehingga sampai kedusun si abid itu, dan ketika diberitahukan kepada abid itu ada wanita mencarinya, maka keluarlah abid itu untuk menemui tamunya, dan ketika wanita itu melihat abid itu segera ia membuka tudung mukanya supaya segera dikenal, tetapi ketika abid itu melihat wanita itu, teringat akan kelakuannya dahulu, maka ia menjerit sekuatnya sehingga mati ketika itu juga. Maka wanita itu tinggal sedih dan berkata: "Saya ini datang kemari untuknya dan kini telah mati, apakah ada keluarganya yang mahu kawin kepadaku?" Dijawab: "Ada saudaranya seorang soleh tetapi tidak punya apa-apa (miskin)." Berkata wanita itu: "Tidak apa sebab saya cukup harta." Maka dikawin oleh saudaranya abid itu sehingga mendapat tujuh anak laki-laki yang kesemuanya menjadi nabi-nabi Bani Israil.
Wallahu a'lam.
Firman Allah s.w.t.: "Taubat tetap diterima selama roh dikandung badan ." Adam berkata: "Tambahkan bagiku." Firman Allah s.w.t.: "Qul ya ibadziyal ladzina asrafu ala anfusihim lataq nathu min rahmatillahi innallaha yagh firudzdzunuha jami'a, in nahu hauwal ghafururrahiem. " Yang bermaksud: "(Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros dari menggunakan masa hidup untuk amal yang tidak berguna) kamu jangan putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampunkan semua dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi penyayang .)" Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Bahawasanya Wahsyi yang membunuh Hamzah r.a., pakcik Rasulullah s.a.w. menulis surat kepada Rasulullah s.a.w. dari Mekkah: "Sesungguhnya saya ingin masuk Islam tetapi terhalang oleh ayat (Yang berbunyi): Walladzina laa yad- una Allahi ilahanakhoro, wala yaqtuluna nafsallati harramallahu illa bilhaqqi walla yaznun, waman yaf'al dzalika yaiqa atsaamaa . (Yang bermaksud) Dan mereka yang tidak mempersekutukan Allah dengan tuhan yang lain dan tidak membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina, dan siapa yang berbuat itu maka ia menanggung dosa-dosa. Sedang saya telah berbuat semua itu, maka apakah ada jalan bagiku untuk taubat? " Maka turun ayat yang berbunyi: "Illa man taba waamana wa amila amalan salihin fa ula ika yubaddilullahu sayyiantihim hasanaat ." (Yang bermaksud): Kecuali orang yang taubat dan beriman soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan dosa-dosa mereka dengan hasanat.
Maka Nabi Muhammad s.a.w. mengirim ayat tersebut kepada Wahsyi lalu dijawab oleh Wahsyi: "Bahawa didalam ayat ini ada syarat iaitu harus beramal soleh, sedang saya belum tahu apakah dapat melakukan amal soleh atau tidak." Maka turun ayat (Yang berbunyi): " Inna Allah la yagh firu yusyroka bihi wayaghfiru ma dunia dzalika liman yasya'u ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni pada siapa yang mempersekutukan Nya dan mengampuni semua dosa selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki Nya." Ayat ini dikirimkan kepada Wahsyi. Jawab Wahsyi: "Didalam ayat ini juga ada syarat dan saya tidak mengetahui apakah Allah s.w.t. hendak mengampuni saya atau tidak." Maka turun ayat (Yang berbunyi): " Qul ya ibadiyalladzina ala antusikum, laa' taqnathu min rahmatillahi innallah yagh firudz dzunuba jami a innahu huwal ghafurrahiem ." (Yang bermaksud): "Katakanlah: Hai hambaKu yang telah memboros diri, janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah dapat mengampuni semua dosa, sungguh Allah maha pengampun lagi penyayang.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Sufyan berkata: "Muhammad bin Abdulrahman Assulami menulis surat kepadaku: Ayahku menceritakan kepadaku: Saya duduk dekat Nabi Muhammad s.a.w. diMadinah, lalu ada seorang diantara mereka berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa yang taubat sebelum mati setengah hari, maka Allah s.w.t. memaafkan padanya. Lalu saya bertanya: Benarkah kau mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda demikian? Jawabnya: Ya. Tiba-tiba ada lain sahabt berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum matinya sekira sesaat, maka Allah s.w.t. memaafkan baginya. Kemudian ada yang lain berkata: Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: Siapa taubat sebelum tercabut nyawa dari tenggoroknya maka Allah s.w.t. memaafkan baginya .
" Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Mutharrif berkata: " Allah s.w.t. berfirman: Amboi, anak Adam berbuat dosa lalu minta ampun, maka Aku ampunkan tetapi kemudian ia mengulangi dosanya lalu minta ampun, maka Aku ampunkan, amboi kasihan, ia tidak dapat meninggalkan dosanya tetapi ia pula tidak putus harapan dari rahmatKu, hai para MalaikatKu, Aku persaksikan kepada kamu bahawa Aku telah mengampuni baginya." Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-a'masy dari seorang dari Mughits bin Sumai berkata: "Ada seorang pada ummat-ummat yang dahulu, ia selalu berbuat maksiat, maka pada suatu hari ketika ia sedang berjalan, teringat pada perbuatan-perbuatannya yang lalu, maka ia berdoa: Allahumma ghufranaka (Yang bermaksud) Ya Allah, aku harap ampunanMu sebanyak tiga kali, mendadak ia mati, maka Allah s.w.t. mengampuni baginya."
Muhammad bin Ajlan dari Makhul berkata: "Saya mendapat keterangan bahawa Nabi Ibrahim a.s. ketika diperlihatkan oleh Allah s.w.t. alam malakut dilangit, ia melihat hamba Allah dibumi yang sedang berzina, maka ia berdoa sehingga binasalah hamba itu, kemudian ia melihat orang yang sedang mencuri, maka ia berdoa sehingga dibinasakan oleh Allah s.w.t., lalu Allah s.w.t. berkata kepadanya: "Ya Ibrahim, biarkan urusan hambaKu kerana hambaKu itu diantara ia bertaubat maka Aku memaafkan atau akan melahirkan turunan yang ibadat kepada Ku atau ia memang celaka, maka untuknya telah tersedia jahannam untuk tempatnya dihari kemudian ." Abul-Laits berkata: "Berita ini sebagai dalil bahawa seorang hamba bila bertaubat maka Allah s.w.t. menerima taubatnya dan mengampuninya, kerana itu seharusnya manusia tidak putus harapan dari rahmat Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Innahu layaiasu min rouhillah illal qaumul kafirun ." (Yang bermaksud) "Sesungguhnya tidak akan patah dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir." Di lain ayat pula berbunyi: "Wahuwalladzi yaqbalut taubata an ibadihi waya'fu annissanyyi ati ." (Yang Bermaksud): " Dialah Allah yang menerima taubat hamba- hamba Nya dan memaafkan perbuatan-perbuatan yang jelek (dosa): (Surah: Assuya ayat 25)
Maka seharusnya bagi seorang yang sempurna akal bertaubat pada tiap waktu supaya tidak tergolong pada orang-orang yang dalam derhaka, sebab seorang yang selalu bertaubat tidak dianggap selalu didalam dosa meskipun ia mengulangi dosa itu sehari sampai tujuh puluh kali, sebagaimana riwayat Abubakar Assidiq r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak dianggap terus menerus berbuat dosa orang yang selalu membaca istighfar (minta ampun) meskipun ia mengulangi dalam sehari tujuh puluh kali. Rasulullah s.a.w. juga bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya bertaubat kepada Allah tiap hari seratus kali." Ali bin Abi Talib r.a. berkata: "Saya bila mendengar langsung dari Rasulullah s.a.w. maka saya pergunakan dan bila diberitahu oleh lain orang maka saya sumpah jika ia berani sumpah saya percaya. Abu bakar r.a berkata: "
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak seorang hamba yang berdosa kemudian ia wudhu dengan sempurna kemudian sembahyang dua rakaat dan membaca istisgfar (minta ampun) kepada Allah melainkan diampunkan oleh Allah baginya. Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca ayat (Yang berbunyi): "Wa man ya'mal su'an yadh lim nafsa hu tsumma yas tagh firillah yajidillaha ghafura rahiema . (Yang bermaksud): Dan siapa berbuat kejahatan atau aniaya pada diri sendiri kemudian membaca istighfar (minta ampun) pasti akan mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang ." Dilain riwayat Rasulullah s.a.w. memperdengarkan ayat: " Walladzina idza fa'lahu fahisyatan au dholamu anfusahum dzakarullaha fastagh faru lidzu-nubihim, waman yagh firudzdzunuba illa Allah, walam yashirru ala maa fa'alu wahum ya'lamun (135) Ula'ika jazaa'uhum maghdiratun min robbihim wa jannatun tajri min tahtihal anharu kholidina fiha wani'ma ajrul amilin (136). (Yang bermaksud): "Dan mereka yang bila berbuat kekejian atau zalim terhadap siri sendiri, langsung ingat kepada Allah lalu minta ampun dari dosa mereka, mengerti benar-benar bahawa tiada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak merahajalela dalam dosanya, sedang mereka mengetahui. Untuk mereka tersedia pengampunan Tuhan dan syurga yang mengalir dari bawahnya beberapa sungai, ekkal mereka didalamnya, sebaik-baik pahala bagi yang beramal ." (Surah: Al-Imran 135-136) Al-Hasan Albashri berkata: "Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Ketika Allah s.w.t. menurunkan iblis laknatullah ia berkata: Demi kemuliaan Mu, saya tidak akan melepaskan anak Adam sehingga ia terpisah dengan rohnya, maka dijawab Allah s.w.t.: Demi kemuliaan dan kebesaranKu, saya tidak akan menutupkan jalan taubat dari hamba Ku sehingga rohnya berada ditenggoroknya (hampir mati) .
" Al-Qasim meriwayatkan dari Abu Umamah Albahili r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Malaikat yang dikanan lebih kuasa terhadap malaikat yang dikiri, maka bila seseorang berbuat kebaikan, langsung dicatat olehnya sepuluh hasanat dan apabila berbuat kejahatan lalu akan ditulis oleh malaikat kiri, diperingatkan oleh yang dikanan, tahan dahulu kira-kira enam atau tujuh jam, maka bila ia membaca istighfar (minta ampun) atau dicatat apa-apa, dan jika tidak membaca istighfar, lalau dicatat satu kejahatan (sayyi'at) ." Abul-Laits berkata: "Ini sesuai dengan hadis (Yang berbunyi): " Atta'ibu minzda- dzanbi kaman la dzanba lahu ." (Yang bermaksud): "Orang yang taubat dari dosa bagaikan tidak berdosa ." Dilain riwayat pula berbunyi: "Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa, tidak segera dicatat sehingga berbuat dosa yang lain, kemudian jika berbuat dosa lagi, juga tidak ditulis sehingga berbuat dosa yang ketiga, maka jika berkumpul lima dosa, sedang yang lima digantinya lima dosa itu.
Maka disitu iblis laknatullah menjerit: Bagaimana saya akan dapat membinasakan anak Adam, sedang saya telah berusaha untuk menjerumuskan lima kali, tiba-tiba dibatalkan dengan satu hasanat, maka hilang semua usahaku itu. " Shafwan bin Assaal Almuradi r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Disebelah barat ada pintu gerbang besar yang dibuat oleh Allah untuk pintu taubat lebarnya sekira perjalanan 40-70 tahun, tetap terbuka dan tidak ditutup sehingga matahari terbit dibarat ." Said bin Almusayyab mengertikan ayat (Yang berbunyi): " Innahu kaana awwabina ghafura." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah bagi orang yang selalu kembali kepadaNya maha pengampun." Iaitu orang yang berdosa kemudian bertaubat kemudian berdosa lagi dan bertaubat.
Seorang ahli hikmah berkata: "Sifat orang aarif (yang menegnal Allah s.w.t.) ada enam iaitu: Jika ingat kepada Allah s.w.t. maka dia berbangga. Jika ingat pada dirinya maka dia merasa rendah. Jika melihat ayat-ayat Allah s.w.t. maka dia mengambil iktibar. Jika ingin bermaksiat maka dia menahan diri Jika ingat maafnya Allah s.w.t. maka dia gembira dan Jika ingat dosa-dosanya maka minta ampun Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Azzuhri r.a. berkata: " Pada suatu hari Umar masuk kepada Nabi Muhammad s.a.w. sambil menangis. maka ditanya:" Ya Umar, mengapakah kau menangis? ." Jawabnya: "Ya Rasulullah, dimuka pintu ini ada seoarng pemuda telah membakar hatiku sambil menangis." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ya Umar, masukkan dia kepadaku." Maka dimasukkan sambil menangis dan ditanya Nabi Muhammad s.a.w.: "Hai pemuda, apakah yang menyebabkan kau menangis?" jawabnya: "Ya Rasulullah, saya menangis kerana dosa-dosaku banyak sedang aku takut kepada Tuhan yang maha perkasa sedang murka kepadaku." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Apakah kau mempersekutukan Allah s.w.t., hai pemuda?" Jawabnya: "Tidak." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Apakah kau membunuh jiwa tanpa hak?" Jawab pemuda itu: ""Tidak." Sabda Nabi Muhammad s.a.w. "Maka Allah s.w.t. akan mengampunkan dosamu walaupun sebesar tujuh petala langit dan bumi dan bukit-bukit." Jawab pemuda itu: "Ya Rasulullah, dosa ku lebih besar dari langit, bumi dan bukit- bukit." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya: "Dosamu lebih ataukah alkursi?" Jawab pemuda itu: "Dosaku lebih besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar ataukah arsy?" Jawab pemuda itu: "Dosaku leboh besar." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi: "Dosamu lebih besar atau maafnya Allah s.w.t.?" Jawab pemuda itu: "Maafnya Allah s.w.t. lebih besar." Sabda Nabi Muhammad s.a.w.: "Sungguh tidak dapat mengampunkan dosa besar kecuali Allah s.w.t. yang maha besar, yang maha maaf dan ampunanNya . Hai pemuda beritakan kepadaku, apakah dosamu itu? " Jawab pemuda itu: " Jawabnya: "Saya malu dari engkau, ya Rasulullah." Nabi Muhammad s.a.w. menekan: " Beritakan kepadaku apakah dosamu itu?." Jawab pemuda itu: " Ya Rasulullah, saya tukang gali kubur sejak tujuh tahun lalu dan pada suatu hari saya menggali kubur gadis dari kaum Ansar dan setelah saya telanjangi dari kafannya, saya tinggalkan tetapi tidak jauh bangkit hawa nafsuku, maka saya kembali dan mensetubuhi mayit gadis itu hingga puas lalu saya tinggalkan, belum jauh tiba-tiba gadis itu bangkit dan berkata: "Celaka kau hai pemuda, tidakkah malu engkau dari Tuhan yang akan membalas pada hari pembalasan kemudian, bila tiba masanya tiap orang zalim akan dituntut oleh orang yang dianiaya, kau birkan saya telanjang dan kau hadapkan aku dihadapan Allah sebagai orang janabat." Nabi Muhammad s.a.w. mendengar keterangan itu segera bangkit bagaikan terdorong dari belakang sambil berkata: " Hai fasik, alangkah layaknya engkau masuk neraka, keluarlah dari sini ." Maka keluarlah pemuda itu bertaubat kepada Allah s.w.t. selama empat puluh hari dan pada malam keempat puluh ia melihat kelangit sambil berkata: "Ya Tuhannya Nabi Muhammad, Nabi Adam dan ibu Hawwa, jika Engkau telah mengampunkan aku maka beritahulah kepada Nabi Muhammad dan sahabat- sahabatnya, jika tidak maka kirimkan pada aku api dari langit dan bakarlah aku didunia ini, dan selamatkan aku dari siksa akihirat." Maka turun malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan sesudah memberi salam ia berkata: "Ya Muhammad, Tuhanmu memberi salam kepadamu." Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Dialah Assalam, dan daripadanya salam kepadamu dan kepadaNya segala keselamatan." Jibril berkata: " Allah bertanya, apakah kau menjadikan makhluk?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w. "Bahkan Allah yang menjadikan aku dan semua makhluk." Lalu ditanya: "Apakah kau memberi rezeki kepada mereka?" Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi rezeki kepadaku dan mereka." Kemudian ditanya lagi: "Apakah kau memberi taubat kepada mereka?." Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: "Bahkan Allah memberi taubat kepadaku dan mereka ." Lalu Jibril berkata Allah s.w.t. berfirman: " Maafkanlah hambaKu itu kerana Aku telah memaafkan padanya." Maka Nabi Muhammad s.a.w. segera memanggil pemuda itu dan memberitahu padanya bahawa Allah s.w.t. telah menerima taubat kepadanya dan memafkannya."
Abul-Laits berkata: "Seharusnya orang yang berakal memperhatikan kejadian ini dan mengerti bahawa zina dengan yang masih hidup itu lebih besar dosanya daripada zina dengan mayit. Juga harus bertaubat yang betul (sungguh-sungguh) sebagaimana pemuda itu ketika taubatnya benar-benar maka Allah s.w.t. memaafkannya." Ibn Abbas r.a. ketika menerangkan ayat (Yang berbunyi): " Ya ayyuhal ladzina amanu tubu ilallahi taubatan nashuha ." (Yang bermaksud): "Hai orang yang beriman, taubatlah kamu kepada Allah taubat yang nashuh (Sesungguh- sungguhnya) ." Iaitu menyesal dalam hati dan istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi lagi selamanya. Ada riwayat bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Istighfar hanya dengan mulut sedang tetap terus berbuat dosa bagaikan mempermainkan Tuhannya." Rabi'ah al- Adawiyah berkata: " Istighfarkami ii memerlukan kepada istighfar yang banyak, iaitu istighfar dengan lidah sedang hatinya niat akan mengulangi perbuatan dosanya, maka taubatnya ialah taubat orang yang dusta dan ini tidak bernam taubat sebab syarat taubat ini ada tiga iaitu: Menyesal dalam hati Istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Jika demikian maka pasti Allah s.w.t. mengampunkan baginya walau bagaimana besarnya dosa itu sebab Allah s.w.t. itu suka memaafkan pada hambaNya. Pernah terjadi pada suatu masa dahulu raja Bani Israil diberitahu bahawa ada seorang ahli ibadah yang taat, maka raja itu tertarik sehingga ia memanggil orang ibadat itu dan diminta supaya suka menjadi sahabat raja dan sering datang keistana. Maka oleh orang ibadat itu menjawab: "Tawaran tuan raja itu baik tetapi bagaimana andaikan pada suatu hari saya bermain-main dengan babu raja, bagaimana tuan raja akan berbuat terhadap aku?" Tiba-tiba raja itu menjadi marah dan berkata: "Hai pelacur, kau berani berbuat itu didepabku?" Lalu ahli ibadat itu berkata: "Saya telah mempunyai Tuhan yang sangat pemurah, andaikan saya berbuat tujuh puluh kali dosa, nescaya tidak murka dan tidak mengusir aku bahkan tidak dikurangi rezekiku, maka bagaimana saya akan meninggalkan pintu Tuhan dan pindah pada orang sudah marah kepadaku sebelum aku bersalah, maka bagaimana kalau benar0benar engkau melihat aku telah berbuat salah (dosa) itu." Kemudian dia keluar dari istana raja itu.
Abul-Laits berkata: "Dosa ada dua macam iaitu dosa antara kamu dengan Allah s.w.t. dan dosa antara kamu dengan semua manusia. Adapun antara kamu dengan Allah s.w.t. maka syarat taubatnya ada tiga iaitu: Menyesal dalam hati Istighfar dengan lidah dan niat tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Maka siapa yang melakukan tiga syarat ini, tidak bangun dari tempatnya melainkan sudah diampunkan oleh Allah s.w.t. kecuali jika ia meninggalkan salah satu fardhu yang diwajibkan oleh Allah s.w.t. maka tidak berguna taubatnya selama belum menyelesaikan kewajipan terhadap dirinya itu, lalu menyesal dan istghifar. Adapun dosa yang terjadi antaramu dengan sesama manusia maka selama mereka belum menghalalkan, maka tidak berguna bagimu taubat."
Seorang ulama tabi'in berkata: "Adakalanya seorang yang berdosa, selalu teringat akan dosa dan menyesal serta minta ampun sehingga ia masuk syurga, sehingga syaitan laknatullah mengeluh: Celaka diriku, andaikan aku tahu nescaya tidak aku jerumuskan ia kedalam dosa itu."
Abubakar Alwasithi berkata: "Sabar tidak keburuan dalam segala perbuatan itu baik kecuali dalam tiga macam iaitu: Ketika tiba waktu sembahyang maka harus segera dilaksanakan Ketika kematian harus segera diselesaikan dan dikuburkan secepat mingkin dan Ketika akan taubat dari dosa maka jangan ditunda Seorang Hakiem berkata: "Taubat seorang akan ternyata dalam empat macam iaitu: Jika telah dapat mengendalikan lidahnya daripada dusta, ghibah dan kata-kata yang tidak penting baginya Jika sudah tidak ada rasa hasud, dengki, iri hati terhadap semua manusia Jika telah menjauhi teman-teman yang busuk dan Selalu siap menghadapi maut, rajin dalam taat dan selalu istighfar menyesali dosa. Seorang Hakiem ditanya: "Apakah ada tanda bahawa taubat itu telah diterima?" Jawabnya: "Ya, ada empat tanda iaitu: Putus hubungan dengan kawan- kawan yang tidak baik dan bersahabat dengan orang-orang solihin Menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan taat Hilang rasa kesenangan kepada dunia kepada hatinya dan selalu ingat kesusahan akhirat Percaya pada jaminan Allah s.w.t. dalam soal rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah s.w.t. Maka bila terdapat semua sifat itu ia termasuk pada ayat yang berbunyi: " Innallaha yuhibbuttawwabina wa yuhibbul metathahirin . (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah kasih pada orang yang taubat dan kasih pada orang yang suka bersuci ." Kemudian ia berhak dari orang-orang empat macam iaitu: Mereka cinta kepadanya kerana Allah telah cinta kepadanya Mereka akan memeliharanya dengan selalu mendoakannya Mereka lupa terhadap dosa- dosanya yang lalu Mereka selalu mendekat dan membantu serta mendekatinya Dan Allah s.w.t. akan memuliakannya dengan empat macam perkara iaitu: Melepaskannya dari dosa sehingga seolah-olah tidak pernah berdosa Dicintai Allah s.w.t. Dipeliharanya dari gangguan syaitan laknatullah Diamankan dari rasa takut sebelum keluar dari dunia Seperti mana firman Allah s.w.t. yang berbunyi: "Tatanazzalu alaihimul malaikatu alla takhafu wala tahzanu, waabsyiru bil jannatillati kuntum tu'adun ." (Yang bermaksud): "Akan turun kepada mereka malaikat yang memberitahu supaya jangan takut dan jangan susah dan sambutlah khabar baik kamu akan masuk syurga yang telah dijanjikan untukmu ." Khalid bin Ma'dan berkata: "JIka orang-orang yang taubat itu telah dimasukkan kesyurga mereka bertanya: "Tidakkah Tuhan berjanji bahawa kami akan melewati neraka sebelum masuk syurga?" Maka dijawab: "Ketika kamu melaluinya ia sedang padam."
Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Ketika selesai melaksankan hukum rejam terhadap wanita yang berzina sehingga mati, lalu menyembahyangkannya, ditegur oleh sebahagian sebahat Rasulullah s.a.w.: Ya Rasulullah, engkau yang menghukum rejam kemudian kamu sembahyangkannya?" Jawab Rasulullah s.a.w.: Sungguh ia telah taubat yang andaikan ia berbuat tujuh puluh kali seperti itu nescaya diampunkan Allah, yakni ia telah taubat benar-benar dan taubat yang benar-benar itu pasti diterima meskipun bagaimana besarnya dosa, tetap akan diampunkan." Juga diriwayatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang mengejek seorang mukmin kerana dosa, maka ia bagaikan yang mengerjakannya danlayak bila Allah menjerumuskannya kedalam dosa itu. Dan siapa yang mengejek orang mukmin kerana suatu dosa, maka ia tidak akan keluar dari dunia sehingga melakukan dosa itu dan terbuka rahsianya dimuka umum sehingga merasakan malunya." Abul-Laits berkata: "Seorang mukmin tidak sengaja berbuat dosa sebab Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): " Wa karraha ilaikumul kufra walfusuqa wal ishyan ." (yang bermaksud): "Ddan Allah membencikan kepadamu kekafiran, kefasikan dan maksiat ." Kerana itu seorang mikmin tidak mungkin sengaja berbuat dosa tetapi boleh terjadi padanya disaat ia lalai, tidak kuat menahan nafsu syahwat yang sedang meluap, kerana itu tidak boleh dicemuhkan, jika ia telah bertaubat.
Ibn Abbas r.a. berkata: "Jika seorang hamba taubat dan diterima oleh Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. melupakan malaikat yang mencatat amal apa yang telah mereka tulis, juga anggota badannya pun lupa apa yang pernah dilakukan dari dosa, juga Allah s.w.t. melupakan bumi dimana ia berbuat dosa diatasnya, supaya ia datang pada hari kiamat dan tiada sesuatupun yang menyaksikan perbuatan yang pernah dilakukan itu.
Ali bin Abi Thalib ra. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Tertulis dikeliling arsy sebelum dijadikan makhluk sekira empat ribu tahun: " Wainni laghaffarun liman taba wa aamana wa amila shaliha tsumahtada . (Yang bermaksud): Sesungguhnya Aku (Allah s.w.t.) maha pengampun bagi siapa yang taubat dan beriman dan beramal soleh dan mengikuti petunjuk ." Abil-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: " Nabi Muhammad s.a.w. menceritakan bab pintu taubat, lalu ditanya oleh Umar bin Alkhoththob: "Apakah pintu taubat itu, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Pintu taubat itu dihujung barat, mempunyai dua daun pintu dari emas bertaburkan mutiara dan yaqut, antara kedua tiang pintu itu sejauh perjalanan empat puluh tahun bagi orang yang berkenderaan kencang (cepat) dan pintu itu tetap terbuka sejak dijadikan Allah hingga malam yang akan terbit matahari pada paginya, dan tiada seorang hamba yang taubat benar-benar melainkan masuk taubatnya dari pintu itu. Mua'dz bin Jabal r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah taubat nashuh itu?" Jawab Rasulullah: "Ialah menyesal atas perbuatan dosanya dan niat tidak akan mengulangi lagi, kemudian minta mapun kepada Allah s.w.t. Kemudian matahari dan bulan terbenam dipintu itu, lalu tertutup kedua daun pintu itu bagaikan tidak ada retaknya, maka ketika itu tidak lagi diterima taubat dan tidak diterima amal yang baru sesudah tertutup pintu itu, dan semua orang menurut keadaannya sebelum itu, jika ia baik maka dilanjutkan kebaikannya, sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi):Yauma ya'ti ba'dhu aayati robbika la yanfa'u nafsan imanuha lam takun amanat min qablu au kasabat fi imaniha khoiro . (Yang bermaksud): "Pada saat tibanya sebahagian ayat- ayat Tuhanmu, maka tidak berguna bagi seseorang iman yang baru, bila tidak beriman sejak sebelumnya, atau telah berbuat dimasa imannya dahulu kebaikan." Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata: "Taubat nashuh itu ialah sesudah taubat tidak mengulangi lagi, dan pintu taubat itu yeyap terbuka dan diterima dari siapapun kecuali tiga iaitu: iblis laknatullah iaitu induk semua kekafiran Qabil iaitu induk dari semua yang sial dan celaka dan orang yang membunuh nabi Sedang pintu taubat itu disebelah barat lebarnya kira- kira perjalanan emapt puluh tahun tidak akan ditutup sehingga ternit matahari daripadanya (dari barat).
Abul -laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Taubat itu tergantung diudara, berseru siang malam tidak berhenti-henti: Siapa yang akan menerima aku, tidak akan tersiksa dan keadaan itu selamanya, sehingga matahari terbit dari barat, maka apabila matahari telah terbit dari barat, maka ia terangkat." Semua keterangan ini menganjurkan supaya bertaubat dan siapa yang bertaubat akan diterima taubatnya sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Wa tubu ilallahi jami'a ayyuhal mu'minun la'allakum tuflihun ." (Yang bermaksud): "Dan taubatlah kamu semua hai orang-orang mukminun supaya kamu bahagia. Selamat dari siksaNya dan mencapai rahmatNya." Sesungguhnya taubat itu pembuka dari segala kebaikan dan menyebabkan keselamatnnya dan kebahagiaan tiap mukmin. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Ya ayyuhal ladzina amanu tubu ilallahi taubatan nashuha, asa rabbukum an yukaffira ankum sayyiatikum, wa yud khilkum jannatin tajri min tahtihal anharu ." (Yang bermaksud): "Hai orang-orang yang beriman, taubatlah kamu dengan sungguh-sungguh kepada Allah, semoga Tuhan menghapuskan dosa-dosamu dan memasukkan kamu kesyurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai ." (Surah: Attahrim: ayat 8) Dan ayat yang lain pula berbunyi: "Walladzina idza fa'alu fa hisyatan au dholamu anfusahum dzakarullaha fastaghfaru lidzunubihim, waman yaghfirudz dzunuba illallahu, walam yashirru ala ma fa'alu wahum ya'lamun ." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang bila berbuat dosa besar yang keji atau aniaya pada dirinya (berbuat dosa kecil), lalu ingat kepada Allah dan minta ampun untuk dosanya, kerana tidak ada yang mengampunkan dosa kecuali Allah, dan tidak tetap selalu berbuat dosa, sedang mereka mengetahui akan dosa maksiat ." (Surah Al-Imran ayat 135)
Said bin Abi Burdah meriwayatkan dari ayahnya dari neneknya berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya membaca istighfar minta ampun dan taubat tiap hari seratus kali." Dilain riwayat pula: "Hai manusia, taubatlah kamu kepada Allah, maka saya bertaubat kepada Allah tiap sehari semalam seratus kali." Apabila Nabi Muhammad s.a.w. beristighfar dan taubat tiap hari seratus kali, padahal telah diampuni oleh Allah s.w.t. semua dosanya yang lalu dan yang akan datang, maka bagaimana kita yang belum mengetahui apakah diampunkan atau tidak? Apakah tidak selayaknya taubat tiap waktu dan tidak berhenti-henti membaca istighfar. Ibn Abbas r.a. ketika mentafsirkan ayat yang berbunyi: " Bal yuridul insanu liyafjura amamah." (Yang bermaksud): "Bahkan manusia itu mengutamakan dosanya dari menunda-nunda taubatnya ." Ia selalu berkata: "Kelak akan taubat sehingga tibalah maut dalam keadaan yang sejelek-jeleknya ia mati."
Juwaibir meriwayatkan dari Adhdhahhak dari Ibn Abbas r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: " Pasti akan binasa orang yang menunda-nunda (Yang selalu berkata kelak saya akan taubat)." Maka seharusnya tiap manusia taubat pada tiap waktu sehingga bila tiba maut ia sudah taubat, sedang Allah s.w.t. telah berjanji dalam ayatNya yang berbunyi: "Wahuwalladzi yaqbaluttaubata anibadihi waya'fu anissayyi'at ." (Yang bermaksud): "Dialah Allah yang menerima taubat hambaNya dan memaafkan segala kesalahan (kejahatan) Yakni asalkan bertaubat dan minta ampun, maka Allah akan mengampunkan.
Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata: "Siapa yang membaca (ayat yang berbunyi): " Astaghfirullahal adhiem alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atu bu ilaihi ." (Yang bermaksud) Saya mohon ampun kepada Allah yang maha agung, yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang hidup berdiri sendiri mengatur makhlukNya dan bertaubat kepadaNya." sebanyak tiga kali maka akan diampunkan semua dosa-dosanya meskipun sebanyak buih dilaut. Ayyub meriwayatkan dari Abu Qabilah berkata: "Ketika Allah s.w.t. mengutuk iblis laknatullah maka ia minta ditunda, maka Allah s.w.t. meluluskan permintaannya, maka iblis laknatullah berkata: "Demi kemuliaan Mu, aku tidak akan keluar dari dada hambaMu sehingga keluar rohnya. Dijawab Allah s.w.t.: "Demi kemuliaan dan kebesaranKu, tidak akan aku tutup pintu taubat pada hamba Ku sehingga keluar rohnya." Maka perhatikan bagaimana kasih rahmat Allah s.w.t. pada hambaNya, tetapi menamakan mereka orang- orang mukminin sesudah mereka berdosa sebagaimana ayat 31, surah Annur (Yang berbunyi): "Wa tubu ilallahi jami'a ayyuhal mukminun la'allakum tuflihun ." (Yang bermaksud): "Dan taubatlah kamu semua kembali kepada Allah, hai orang-orang muminin supaya kamu untung selamat dan bahagia ." Dan Allah s.w.t. menyatakan kasih kepada orang yang bertaubat didalam ayat yang berbunyi: " Innal-laha yubih buttawwabina wayuhibbul mutathohhirin ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya Allah kasih sayang kepada orang yang taubat dan suka pada orang yang bersuci ." Rasulullah s.a.w. bersabda (Yang berbunyi): " Atta'ibu minadzdzanbi kaman ladzanba lahu." (yang bermaksud): "Orang yang taubat dari dosa itu bagaikan orang yang tidak berdosa ." Ali bin Abi Thalib r.a. diberitahu oleh orang: "Saya telah berbuat dosa." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi." Lalu orang itu berkata: "Saya telah taubat tetapi saya ulangi lagi." Ali berkata: "Taubatlah kepada Allah s.w.t. kemudian jangan kau ulangi lagi." Orang itu bertanya: "Sampai bilakah?" Jawab Ali r.a.: "Sehingga syaitan laknatullah yang kecewa dan menyesal."
Mujahit ketika menerangkan ayat yang berbunyi: " Innamattaubatu alallahi lilladzina ya'malunassu'a bijahalatin tsumma jatubuna min karib ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya taubat itu terhadap mereka yang berbuat dosa dengan kebodohan kemudian bertaubat tidak lama ." (surah Annisa ayat 17) Mujahid berkata: "Asalkan belum mati, maka ia bererti segera dan tidak lama."
Abuhurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jika seorang berbuat dosa lalu berkata: "Ya Tuhan, saya telah berbuat dosa maka ampunkan bagiku. Allah s.w.t. menjawab: "HambaKu telah berbuat dosa, tetapi ia sedar mengetahui bahawa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampunkan atau menuntut dosanya maka Aku ampunkan baginya." Ini kerana kehormatan Rasulullah s.a.w. Sedang pada ummat-ummat yang dahulu jika berbuat dosa maka diharamkan apa yang tadinya halal dan bila seorang berbuat dosa maka langsung dipintu rumahnya ada keterangan Fulan bin Fulan telah berbuat dosa atau dibadannya. Dan cara taubatnya harus berbuat sebegini.
Bagi ummat Rasulullah s.a.w. dimudahkan dengan ayat yang berbunyi: " Waman ya'mal su'an au yadh nafsahu tsumma yastagh firillaha yajidil-laha ghafura rahiema ." (Yang bermaksud): "Dan siapa yang berbuat dosa atau kesalahan bagi dirinya, kemudian minta ampun kepada Allah, tentu ia mendapatkan Allah maha pengampun lagi penyayang ." Keran itu maka tiap muslim harus bertaubat kepada Allah s.w.t. tiap pagi dan petang. Mujahid berkata: "Orang yang tidak bertaubat tiap pagi dan petang maka termasuk orang yang zalim (aniaya) terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana wajib juga menjaga sembahyang lima waktu sebab Allah s.w.t. menjadikan sembahyang lima waktu itu sebagai penyuci dosa- dosa kecil yang terjadi sehari- hari dan tidak terasa."
Alqamah dari Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Seorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, saya tadi bertemu wanita dalam kebun, maka saya peluk dan saya berbuat padanya segala sesuatu hanya tidak saya zina." Rasulullah s.a.w. diam sejenak kemudian turunlah ayat yang berbunyi: " Wa aqimis sholata tharafayinnahari wa zulafa minallahi, innal hasanati yudz hibnassayyi'at, dzalika dzikra lidzdzakirin ." (Yang bermaksud): "Tegakkan sembahyang pada waktu siang dan malam, sesungguhnya amal kebaikan itu dapat menghapuskan sayyi'at kejahatan (dosa), ini sebagai peringatan bagi orang-orang yang sedar taubat (bagi orang yang akan bertaubat " Surah Hud ayat 114) Maka dipanggil oleh Rasulullah s.a.w. dan dibacakan ayat itu padanya, Umar r.a. bertanya: "Ya Rasulullah, apakah khusus buat dia sendiri atau umum buat semua manusia? " Jawab Rasulullah s.a.w.: "Bahkan umum buat semua orang." Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah r.a. berkata: "Pada suatu malam sesudah sembahyang bersama Rasulullah s.a.w. saya keluar, tiba-tiba saya bertemu dengan seorang wanita yang kudung berdiri ditengah jalan, lalu ia berkata: "Hai Abuhurairah, saya telah berbuat dosa yang sangat besar, apakah ada jalan untuk taubat?" Saya bertanya: "Apakah dosamu?" Jawabnya: "Saya telah berzina sehingga mendapat anak lalu sayu bunuh anak itu." Abu Hurairah r.a. berkata: "Celaka kau dan telah membinasakan, demi Allah, tiada jalan untuk taubat." Maka ia menjerit sehingga pingsang, lalu saya tinggalkannya, akan tetapi timbul perasaanku: Saya memberi fatwa padal Rasulullah s.a.w. masih hidup ditengah-tengah kami, dan pagi harinya saya telah pergi berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, semalam saya diminta fatwa dalam hal ini dan saya fatwakan kepadanya begini." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Demi Allah hai Abuhurairah, engkaulah yang binasa dan membinasakan, dari manakah engkau hai Abuhurairah? ." Dari ayat: "Walladzina layad'una ma Allahi ilaha akhara wala yaqtulunnafsal lati har-ramallahu illa bilhaqqi wala yaznuna, waman yaf'al dzalika yalqa atsama, yudha'af lahul adzabu yaumal qiyamati wayakhludz fihi muhana, illa man ta ba wa amana wa amila amalan shaliha fa ula'ika yubaddilullahu sayyi'atihim hasanat, wakanallahu ghafura rahima ." (Yang bermaksud): "Dan mereka yang tidak menyeru kepada Tuhan yang lain selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina dan siapa yang melakukan semua itu mendapat dosa, bahkan akan dilipat gandakan siksa mereka, dan kekal dalam siksa itu hina dina kecuali orang yang taubat, beriman dan melakukan amal yang soleh, maka untuk mereka Allah akan menggantikan semua dosa-dosa mereka dengan kebaikan dan adanya Allah maha pengampun lagi pengasih." (Surah Alfurqan ayat 68-70) Maka saya segera keluar berjalan dikota Madinah sambil bertanya-tanya: "Siapakah yang dapat menunjukkan aku pada wanita yang tadi malam minta fatwa kepadaku mengenai soal ini dan itu, sehingga anak-anak mengatakan: "Abuhurairah telah." Sehingga pada malam harinya saya bertemu dengan wanita itu ditempat yang kelmarin itu, maka segera saya terangkan kepadanya apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. bahawa ia dapat bertaubat, maka ia menarik nafas besar kerana ia gembira lalu berkata: "Hai Abu Hurairah, saya mempunyai sebuah kebun dan kini saya sedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai penebus dosa saya." Sesungguhnya seorang hamba jika taubat, maka semua dosa- dosanya yang lalu itu berubah menjadi kebaikan hasanat. Demikian pengertian ayat 70 surah Alfurqan itu. Ibn Mas'ud r.a. berkata: "Pada hari kiamat jika seorang hamba melihat dalam suratan amalnya pada permulaannya ada maksiat dosa, lalu diakhirnya hasanat kebaikan, lalu diulang dari mulanya, tiba- tiba terlihat semuanya hasanat kebaikan. Demikian pula riwayat Abu Dzar Alghifari r.a. dari Rasulullah s.a.w. serupa dengan ini dan inilah ertinya: "Allah mengganti dosa-dosa mereka dengan hasanat." Sebenarnya tidak ada dosa yang lebih besar dari kekafiran tetapi Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): " Qul lilladzina in yantahu yugh far lahum maa qad salafa ." (Yang bermaksud): "Katakanlah kepada orang-orang kafir: Jika kamu menghentikan kekafiran, maka akan diampunkan bagi kamu apa-apa yang telah lalu ." Alhasan berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: " Andaikan seorang itu berbuat dosa sehingga memenuhi apa yang diantara langit dan bumi, kemudian taubat nescaya Allah s.w.t. mengampunkannya."
Abu Yazid Arraqqasyi berkata: "Ketika Abu Hurairah r.a. berkhutbah diatas mimbar Rasulullah s.a.w. berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adam adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah pada hari kiamat. Allah menyatakan alasan udzurnya tiga macam iaitu: Hai Adam, andaikan Aku tidak mengutuk orang-orang yang dusta dan membenci dusta serta mengancam siksa atasnya dan telah menjadi putusan Ku akan mengisi penuh neraka jahannam dengan jin dan manusia semuanya, nescaya Aku memberi rahmat kepada turunanmu semua pada hari ini. Hai Adam, sungguh Aku tidak menyiksa turunanmu dengan api neraka kecuali orang yang Aku ketahui bahawa sekiranya Aku kembalikan ia kedunia pasti ia akan kembali kepada kejahatannya dan tidak bertaubat. Hai Adam, Aku jadikan kau sebagai hakim antaraKu dengan anak cucumu, berdirilah kau didekat timbangan, perhatikan apa yang terlihat padamu dari amal, maka siapa yang lebih berat amal kebaikannya meskipun hanya seberat semut, maka ahli syurga, supaya kau ketahui bahawa Aku tidak memasukkan kedalam neraka kecuali orang yang zalim.
Aisyah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Suratan amal itu tiga perkara iaitu Suratan amal yang diampunkan oleh Allah s.w.t. Suratan amal yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t. Suratan amal yang tidak ditinggalkan sedikitpun daripadanya Adapun yang tidak diampunkan oleh Allah s.w.t., maka syirik mempersekutukan Allah s.w.t.. Allah s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Innahu man yusyrik billahi faqad harrama Allah alaihil janna ta wama'wahunnar ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan padanya syurga dan tempatnya didalam neraka. Adapun yang diampunkan oleh Allah maka dosa seseorang terhadap Allah antara dia dengan Allah. Adapun yang tidak ditinggalkan sedikitpun maka dosa seseorang terhadap sesama manusia maka harus dibalas dan dikembalikan tiap hak kepada yang berhak."
Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiap hak harus dikembalikan kepada yang berhak pada hari kiamat sehingga diberi kesempatan bagi kambing yang tidak bertanduk untuk membalas kambing yang bertanduk untuk menanduknya. Kerana itu jika dosaku dengan sesama manusia, maka hendaklah diselesaikan dengan baik didunia, adapun kalau antara dia langsung dengan Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. maha pengampun lagi mudah memaafkan asalkan mahu bertaubat. Sebab tiap hak sesama manusia harus dikembalikan, jika tidak dikembalikan didunia maka harus dibayar (diganti) dengan hasanat kebaikan amal yang telah dilakukan pada hari kiamat. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tahukah kamu siapakah yang pailit dari ummatku? Jawab sahabat: "orang yang pailit itu ialah habis bersih harta kekayaannya dan belum terbayar semua hutangnya sehingga tidak punya harta dan perkakas (perabut rumah). Rasulullah s.a.w. bersabda: " Orang yang pailit dari ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan lengkap sembahyang dan puasanya tetapi ia telah mencaci maki si ini dan menuduh pada si itu dan makan harta si ini dan menumpahkan darah si itu, maka semua orang yang telah habis hasanahnya sebelum terbayar semua orang yang dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, kemudian ia dilempar kedalam neraka ." Kami mohon kepada Allah s.w.t. semoga Allah s.w.t. memberi taufiq untuk tetap pada taubat.
Muhammad bin Sirin berkata: "Awaslah, jangan sampai kau berbuat kebaikan kemudian kau tinggalkan, sebab tidak ada seorang yang taubat lalu kembali kepada dosanya beroleh keuntungan. Kerana itu yang telah taubat hendaklah mengingati selalu pada dosanya, seakan-akan dimuka matanya, supaya tetap bertaubat, banyak membaca istighfar dan mensyukuri nikmat Allah s.w.t. hanya kepadaNya dapat bertaubat, juga memikirkan apa yang dijanjikan oleh Allah s.w.t. daripada nikmat diakhirat bagi orang yang beramal soleh, supaya rajin beramal soleh dan menjauhi dosa."
Zaid bin Wahb dari Abu Dzar r.a. berkata: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, beritahukan kepada kami apa yang tercantum dalam Suhuf Musa?" Rasulullah s.a.w. berkata: "Didalamnya ada enam kalimat iaitu: Saya hairan terhadap orang yang yakin adanya neraka, bagaimana ia dapat tertawa? Saya hairan pada orang yang yakin akan mati, bagaimana dapat bergembira? Saya hairan pada orang yang yakin akan adanya hitungan amal, bagaimana ia melakukan dosa? Saya kagum pada orang yang percaya pada takdir (ketentuan Allah s.w.t.), bagaimana ia bersusah payah? Saya kagum pada orang yang melihat segala perubahan dunia, bagaimana ia condong kepadanya? Saya ajaib pada orang yang yakin pada syurga, bagaimana ia tidak berbuat baik? La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Pada suatu hari Abdullah bin Mas'ud r.a. berjalan- jalan dikota Kufah, tiba-tiba bertemu dengan orang-orang fasiq sedang berkumpul minum khamar dan ada penyanyinya bernama Zadan. Ia memukul rebana sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Abdullah bin Mmas'ud berkata: "Alangkah merdunya suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al- Quran." dan Abdullah terus berjalan. Tiba-tiba Zadan terdengar apa yang dikatakan oleh Ibn Mas'ud itu lalu ia bertanya kepada orang-orang: "Siapakah orang itu?" Dijawab oleh orang-orang: "Itu Ibn Mas'ud, sahabat Rasulullah s.a.w.." Lalu ia berkata apakah?" Tanya Zadan. Jawab orang-orang itu: "Ia berkata, alangkah merdu suara itu andaikan digunakan untuk membaca Al-Quran." Perkataan itu benar- benar meresap dalam hati Zadan sehingga segera ia berdiri dan membuang rebana yang ada ditangannya lalu lari mengejar Ibn Mas'ud dan mengikat saputangan dilehernya sendiri sambil menangis dihadapan Ibn Mas'ud, maka dipeluk oleh Abdullah bin Mas'ud dan bersama-sama menangis, kemudian Abdullah bin Mas'ud berkata: "Bagaimana saya tidak akan sayang pada orang yang disayangi Allah s.w.t." Lalu ia tetap taubat dan selalu mendekati Abdullah bin mas'ud untuk belajar ilmu Al-Quran sehingga menjadi orang alim yang banyak meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Mas'ud r.a..
Abul Laits berkata: "Saya mendapat cerita dari ayahku, bahawa dimasa Bani Iisrail dahulu ada seorang wanita pelacur yang sangat cantik dan ia selalu duduk diatas dipan didalam rumah yang selalu terbuka pintunya, sehinggakan tiap orang yang berjalan dimuka pintunya pasti tertarik kepada kecantikannya dan siapa yang akan masuk diharuskan membayar sepuluh dibar. Maka pada suatu hari ada ahli ibadat berjalan dimuka pintunya dan ketika menoleh kedalam pintu terlihat olehnya kecantikan wanita itu yang sedang duduk didipannya, maka ia sangat tertarik pada wanita itu, tetap ia berdoa semoaga Allah s.w.t. menghilangkan kerisauan hatinya yang selalu teringat pada wanita itu. akan tetapi oleh kerana perasaan hatinya tidak hilang akhirnya ia berusaha mencari wang sehingga terpaksa menjual beberapa kainnya dan setelah terkumpul sepuluh dinar ia datang kemuka pintu itu tetapi oleh wanita pelacur itu disuruh menyerahkan wangnya kepada wakilnya dengan janji supaya ia datang pada waktu yang ditentukan.
Maka tepat pada waktunya ia datang, sedang wanita itu telah berhias dan duduk menantikannya diatas ranjangnya, maka masuklah orang abid itu dan duduk bersama wanita itu diatas ranjang dan ketika sedang menghulurkan tangan pada wanita itu, tiba-tiba ia teringat bahawa Allah s.w.t. sedang melihatnya dalam perbuatan yang haram, yang mungkin akan menggugurkan semua amal perbuatan ibadat yang telah lalu itu, seketika itu juga ia gementar dan pucat mukanya, maka ditanya oleh wanita itu: "Mengapa kau berubah pucat, terkena apakah engkau?" Jawabnya: "Saya takut kepada Tuhanku kerana itu izinkan aku keluar." Wanita itu berkata: "Celaka kau, banyak orang ingin mendapat seperti kau ini, maka apakah yang menyebabkan kau begini?" Jawabnya: "Saya takut kepada Allah s.w.t., sedang wang yang sudah saya berikan kepadamu itu halal, izinkan saya keluar dari sini." Maka ditanya: "Apakah engkau belum pernah berbuat begini?" Jawabnya: "Belum pernah." Lalu ditanya: "Siapa namamu dan dari manakah engkau?" Lalu diberitahu nama dan tempat daerahnya, lalu diizinkan keluar, maka keluarlah abid itu dari tempat itu sambil menangis dan melatakkan tanah diatas kepalanya, sehingga terpengaruh wanita itu ketika melihat abid itu menangis dan berkata dalam hatinya: "Ini orang pertama kali akan berbuat dosa sudah merasa takut sedemikian dan saya berbuat dosa bertahun-tahun, padahal Tuhannya iaitu Tuhanku, maka seharusnya aku lebih takut daripadanya." Maka sejak itu wanita itu taubat dan menutup pintu rumahnya dari segala orang, untuk melakukan ibadat semata-mata, kemudian setelah ia ibadat, timbul perasaan dalam hatinya: "Sekiranya saya pergi kepada iorang abid itu, kalau- kalau ia mahu mengahwini aku sehingga aku dapat belajar agama darinya dan membantu saya dalam beribadah." Lalu ia bersiap-siap membawa harta dan budak-budaknya sehingga sampai kedusun si abid itu, dan ketika diberitahukan kepada abid itu ada wanita mencarinya, maka keluarlah abid itu untuk menemui tamunya, dan ketika wanita itu melihat abid itu segera ia membuka tudung mukanya supaya segera dikenal, tetapi ketika abid itu melihat wanita itu, teringat akan kelakuannya dahulu, maka ia menjerit sekuatnya sehingga mati ketika itu juga. Maka wanita itu tinggal sedih dan berkata: "Saya ini datang kemari untuknya dan kini telah mati, apakah ada keluarganya yang mahu kawin kepadaku?" Dijawab: "Ada saudaranya seorang soleh tetapi tidak punya apa-apa (miskin)." Berkata wanita itu: "Tidak apa sebab saya cukup harta." Maka dikawin oleh saudaranya abid itu sehingga mendapat tujuh anak laki-laki yang kesemuanya menjadi nabi-nabi Bani Israil.
Wallahu a'lam.
MENJAGA LIDAH
Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Alkhudri r.a berkata: "Seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan berkata: "Ya Rasulullah, nasihatilah aku." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Jagalah taqwa kepada Allah s.w.t. sebab taqwa itu menghimpunkan segala kebaikan. Dan kerjakan jihad sebab dia sebagai pertapaan bagi ummat Islam. Dan lazimilah dzikrullah dan membaca al- quran, sebab ia cahaya penerangan untukmu dibumi dan sebulatan namamu dilangit. Dan jagalah lidahmu kecuali dalam kebaikan sebab dengan itu dapat mengalahkan syaitan laknatullah."
Abul Laits berkata: "Taqwa kepada Allah s.w.t. ialah mengerjakan perintah Allah s.w.t. dan meninggalkan laranganNya, maka siapa berbuat demikian bererti telah menghimpunkan semua kebaikan. Dan jagalah lidahmu dalam kebaikan bererti katakanlah yang baik sehingga untung dan diamlah dari kejahatan sehingga selamat. Dan manusia tidak dapat mengalahkan syaitan laknatullah kecuali dengan diam, kerana itu seharusnya seorang muslim menjaga lidahnya sehingga terlindung dari syaitan laknatullah. Dan Allah s.w.t. akan menutup auratnya." Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang menempeleng (memukul) hambanya maka tebusan dosanya ialah memerdekakannya dan siapa yang menjaga lidahnya Allah s.w.t. menutupi auratnya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah s.w.t. akan menyelamatkannya dari siksa Nya dan siapa yang minta maaf kepada Allah s.w.t. pasti Allah s.w.t. menerima permintaannya."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang percaya (beriman) kepada Allah s.w.t. dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya dan harus memuliakan tetangganya dan harus berkata baik atau diam."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ya'la berkata: "Kami masuk ketempat Muhammad bin Suqah Azzahid, maka ia berkata: "Mahukah saya sampaikan kepadamu hadis yang mungkin berguna bagimu sebagaimana telah berguna bagiku?" Atha'bin Abi Rabaah berkata kepadaku: "Hai anak saudaraku, orang- orang yang dahulu dari kamu itu tidak suka bicara yang tidak perlu atau bukan kepentingannya, dan mereka menganggap tiap bicara yang tidak perlu itu sia-sia kecuali kitabullah dan amar ma'ruf dan nahi mungkar, atau keperluan kehidupan sehari-hari." Kemudian ia berkata: "Apakah kamu dapat membantah ayat (Yang berbunyi): " Wa inna alaikum lahaa fidhin kiraaman kaatibien ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya padamu ada Malaikat yang baik-baik tukang mencatat ." Anil yamini wa anisysyimali qa'ied." (Yang bermaksud): "Disebelah kanan dan kiri tempat duduk." Maa yalfidzu min qaulin illa ladaihi Raaqibun Atied ." (Yang bermaksud): "Tidak melepas sepatah kata melainkan ada Malaikat yang mencatat iaitu Malaikat Raqib dan Atied ." Apakah tidak malu salah satu kamu bila dibuka lembaran amalnya, dunia yang utama bahkan hanya yang tidak penting dan lebih-lebihan semata-mata?"
Abul Laits dari ayahnya dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Empat sifat tidak terdapat kecuali pada orang mukmin iaitu: Diam dan ini ibadat yang pertama Tawadhuk Dzikrullah atau berzikir Tidak berbuat kejahatan (mengurangi kejahatan) Juga diceritakan bahawa sabda ini juga dikatakan oleh Nabi Isa a.s.
Abu Hurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sebaiknya Islam seorang itu jika dapat meninggalkan apa-apa yang bukan kepentingannya." Lukman Alhakiem ketika ditanya: "Apakah yang dapat menyampaikan engkau ketingkat yang sedemikian itu?" Jawabnya: "Kerana benar tutur kata dan menunaikan amanat dan meninggalkan apa-apa yang bukan kepentinganku."
Abu Bakar bin Ayyasy berkata: "Empat raja mesing-masing melepaskan kalimat yang bagaikan anak panah. Raja Kisra berkata: "Saya tidak menyesal terhadap apa yang belum aku katakan dan adakalanya menyesal terhadap apa yang terlanjur saya katakan." Raja Cina berkata: "Selama saya belum melepaskan kalimat maka tetap saya mengusainya tetapi jika keluar maka ia memiliki aku." Raja Kaisar berkata: "Saya lebih mudah menahan apa yang belum saya katakan dan tidak dapat mengembalikan apa yang telah aku katakan." Raja India berkata: "Sungguh hairan dari orang yang mengatakan satu kalimat jika dituntut berbahaya dan jika tidak dituntut tidak berguna."
Arrabie' bin Khaitsam biasa jika pergi mengambil kalam dan kertas dan tiada berkata sepatah katapun melinkan dicatat kemudian petangnya diperbaiki dirinya. Abul Laits berkata: "Demikianlah perbuatan orang zahid, mereka menjaga benar- benar lidah dan memperhitungkan diri didunia. Dan demikian seharusnya seorang muslim mengadakan perhitungan amalnya selama masih didunia sebelum diperhitungkan diakhirat, sebab hisab perhitungan dunia jauh lebih ringan dari hisab perhitungan diakhirat." Ibrahim Attaimi berkata: "Seorang kawan dari Arrabi' bin Khaitsam berkata: "Saya telah berkawan dengan Arrabi' selama dua puluh tahun, maka belum mendengar daripadanya satu kalimat yang dapat disalahkan (dicela)."
Musa bin Saied berkata: "Ketika Alhusein bin Ali r.a. terbunuh maka ada orang berkata: "Mungkin hari ini Arrabi akan berbicara." Maka ia pergi ketempat Arrabi dan memberitahu bahawa Alhusein r.a. terbunuh, maka Arrabi segera melihat kelangit sambil berdoa (Yang berbunyi): " Allahumma faa thirassamawati wal ardhi aalimal ghoibi wasysyahadati anta tahkumu baina ibaadika fima kaanu fihi yakh talifun ." (Yang bermaksud): "Ya Allah yang mencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua yang ghaib dan terang, Engkau yang menghukum semua hambaMu dalam semua yang mereka perselisihkan, dan tidak lebih dari itu ." Seorang cendikiawan (Haliem) berkata: "Enam macam menunjukkan kebodohan iaitu: Marah tidak pada tempatnya, seperti marah pada seseorang, binatang atau lain-lainnya Bicara yang tidak berguna kerana itu seharusnya seorang yang berakal tidak bicara kecuali jika penting dan berguna Pemberian yang tidak pada tempatnya seperti memboros harta atau memberi kepada orang yang tidak akan berguna baginya Membuka rahsia pada semua orang Tidak membezakan antara kawan dengan lawan kerana itu harus mengetahui siapa musuh dan siapa kawan. Kawan untuk ditaati dan musuh untuk diawasi dan musuh yang utama ialah syaitan laknatullah, yang benar- benar harus dijauhinya. Nabi Isa a.s. berkata: "Tiap kalimat yang bukan dzikrullah itu lelehan (laghu) dan tiap diam yang tidak untuk berfikir, maka itu kelalaian dan tiap pandangan yang bukan perhatian, maka itu permainan, maka untung orang yang perkataannya dzikrulllah dan diamnya untuk berfikir dan pandangannya itu perhatian dan pengertian."
Al Auza'i berkata: "Orang mukmin itu sedikit bicaranya dan banyak bekerja dan orang munafiq itu banyak berbicara dan sedikit kerja (amal)." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Lima sifat yang tidak ada pada orang munafiq iaitu: Pengertian agama Berhati-hatilah dalam lidah Senyum dimuka Nur (terang) dalam hati Cinta kepada kaum muslimin Yahya bin Aksam berkata: "Tiada seorang yang baik perkataannya melainkan akan tampak dalam semua amalnya dan tiada rosak perkataan seseorang melainkan akan tampak dalam semua amal perbuatannya."
Lukman Alhakiem berkata kepada anak lelakinya: "Hai anak, siapa yang bersahabat pada seorang yang jahat tidak selamat dan siapa yang masuk ditempat yang jelek tertuduh dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya menyesal." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Untung orang yang dapat menguasai lidahnya dan jinak dirumahnya dan menangisis dosa-dosanya."
Abul Laits berkata: " Ayahku meriwayatkan dengan sanadnya dari Alhasan Albashri berkata: "Sesungguhnya lidah orang yang bijaksana itu dibelakang hatinya, sehingga bila ia akan berbicara difikir benar-benar dalam hatinya jika baik maka dikatakannya dan jika berbahaya maka ditahannya, dan orang yang bodoh akalnya dihujung lidahnya, apa yang akan dikatakan langsung dikatakannya. (Yakni tidak difikir baik buruknya) Abul Laits berkata: "Ayahku meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar Alghifari r.a. berkata: "Y a Rasulullah, apakah yang tersebut dalam shuhuf Ibrahim a.s?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Didalamnya ada contoh-contoh dan nisahat- nasihat seperti: "Seharusnya seorang yang berakal selama tidak terbalik akalnya menajga lidahnya, mengetahui keadaan masanya, rajin pada urusannya. Dan siapa yang menganggap bicara itu termasuk amalnya maka sedikit bicara kecuali jika penting (perlu)."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Seharusnya seorang yang berakal itu tidak tekun kecuali dalam tiga macam iaitu: Usaha untuk keperluan hidupnya Beramal untuk hari kemudian Bersuka-suka yang tidak haram Nabi Muhammad s.a.w. juga berkata: "Seorang yang berakal harus dapat mempergunakan waktu siang dalam empat waktu iaitu: Waktu untuk munajat kepada Allah s.w.t. Waktu untuk memperbaiki diri Waktu untuk mempelajari ilmu dari orang yang dapat menasihat dan menerangkan kepadanya dalam urusan agamanya Waktu untuk memuaskan nafsunya yang halal dan baik Juga ia berkata: "Seharusnya seorang yang berakal selalu memperhatikan urusannya dan mengenal orang- orang dimasanya. Dan menjaga kemaluan dan lidahnya." Abul Laits menyebut bahawa kalimat- kalimat ini tersebut dalam Hikmat Nabi Daud a.s.
Anas bin Malik berkata: "Luqman Alhakiem ketempat Nabi Daud a.s. sedang Nabi Daud a.s. membuat baju besi untuk perang, maka Luqman kagum melihat Nabi Daud a.s. bekerja dan akan menanya tetapi tertahan oleh hikmatnya sehingga tidak bertanya dan ketika telah selesai dicuba baju itu oleh Nabi Daud a.s. sambil berkata: "Sebaik-baik baju besi untuk perang, dan baik pula yang mengerjakannya." Lalu disambut oleh Luqman: "Diam itu himat tetapi sedikit yang dapat melaksankannya."
Seorang pujangga berkata (Yang berbunyi): " Al ilmu zainun wassukutu salamatun, fa idza nathaq ta falaa takun miktsaara. Maa min nadimta ala sukutika marratan walaqad nadimta alal kalami miraara " (Yang bermaksud): "Ilmu itu perhiasan dan diam itu keselamatan, maka bila engkau berkata-kata maka jangan banyak-banyak. Jika engkau menyesal kerana diam satu kali, maka sungguh engkau akan menyesal kerana bicara berulang kali." Dilain riwayat pula dikatakan bahawa Luqman sabar tidak menanya itu hingga satu tahun lamanya. Seorang pujangga berkata: " Yamutul fata min atsratin bilisanihi, walaisa yamutul mar'u min ats ratirrijli ." (Yang bermaksud): "Seorang akan mati kerana tergelincir lidahnya dan tidak ada orang mati kerana tergelincirnya kaki ." dan kata pujangga juga berbunyi: "Laa tanthiqanna bimaa karihta fatubbamaa nathaqallisaanu bihaaditsin fayakuun ." (Yang bermaksud): "Jangan mengucapkan apa yang tidak engkau suka sebab kemungkinan lidah itu mengucapkan sesuatu maka terjadi apa yang dikatakan itu." Humaid bin Abbas berkata: "La'amruka maa syai'un alimtu makanahu, ahaqqa bisijnin min lisaanin mudzallali. Ala fika mimma laisa ya'nika sya'nuhu, biquflin watsiqin haitsu kunta ilaihi sahmu hatfin mu'ajjali. Walasshamtu kahirun min kalaamin mumazihin, fatun shaamitan taslam wa in kunta abqhadh tal baghidha fa'ajmili. Fainnaka laa tadri mata anta mubghidhun habibaka au tahwa baghidhaka fa'qili ." (Yang bermaksud): "Demi sesungguhnya tiada sesuatu yang saya ketahui tempatnya, sangat layak untuk dipenjarakan seperti lidah yang sangat lemas. Yang ada dimulutmu kau penjara dari segala yang bukan kepentinganmu dengan kunci yang kuat sebab adakalanya kalimat itu keluar dari seorang bergurau tetapi membawa panah yang menyebabkan mati dengan segera. Dan diam itu tetap lebih baik dari kalimat yang bergurau, maka jadilah engkau seorang pendiam supaya selamat dan bila berkata maka harus adil. Dan jangan sebarangan terhadap kawan dan bila kau membenci maka engkau akan membenci maka sedang- sedang saja sebab engkau tidak mengetahui bilakah engkau akan membenci kekasihmu atau sayang pada yang kau benci, kerana itu hendaklah engkau berakal ." Seorang cendikiawan berkata: "Diam mengandungi tujuh ribu kebaikan dan tersimpul dalam tujuh kalimat dalam tiap kalimat seribu iaitu: Diam itu ibadat tanpa susah payah Perhiasan tanpa berhias Kehebatan tanpa kerajaan Benteng tanpa pagar Kekayaan tanpa minta maaf kepada orang Istirehat bagi kedua Malaikat pencatat amal Menutupi segala aib Juga disebut bahawa diam itu keindahan bagi orang alim dan penutup bagi yang bodoh.
Seorang cendikiawan berkata: "Jasmani anak Adam terbahagi kepada tiga iaitu: Hati Lidah Anggota badan Dan Allah s.w.t. telah memuliakan masing- masing dengan kemuliaan sendiri-sendiri, memuliakan hati dengan ma'rifat dan tauhid. Dan memuliakan lidah dengan kalimat syahadat iaitu Laa ilaha illah dan membaca al-quran dan memuliakan semua anggota badan dengan sembahyang, puasa dan lain-lain cara ibadat. Dan Allah s.w.t. menyerahkan masing-masing itu pada pengawas dan pengawal. Maka hati diawasi oleh Allah s.w.t. sendiri sehingga tiada yang mengetahui apa yang ada didalam hati perasaan kecuali Allah s.w.t. sendiri dan lidah diserahkan kepada Malaikat Raqib dan Atied. Ayat yang berbunyi: "Maa yal fidhu min qaulin illa ladaihi Raqib Atied ." (Yang bermaksud): "Tidak melepas sepatah kata melainkan padanya pencatat Raqib dan Atied ." Dan anggota badan lain diserahkan kepada perintah dan larangan dan masing-masing diminta menepati dan jujur. Maka kejujuran hati iaitu tetap beriman tanpa hasud, iri hati atau kianat dan tipu daya. Dan kejujuran lidah tidah ghibah, dusta dan tidak membicarakan apa-apa yang bukan kepentingannya. Dan kejujuran anggota badan tidak digunakan untuk maksiat dan tidak menggangu orang muslim. Maka siapa tidak jujur hatinya bererti munafiq dan siapa yang tergelincir lidahnya maka ia kafir dan siapa tergelincir anggota badannya maka ia maksiat (berdosa)."
Alhasan berkata: "Umar bin Alkhaththab r.a. melihat pemuda maka ia berkata: "Hai pemuda, jika engkau menjaga bahaya tiga macam maka engkau terhindar dari bahaya kepemudaanmu (remaja) iaitu: " In wuqita syarra laglaqika wadzab dzabika wa qabqabika ." (Yang bermaksud): "Jika engkau menjaga bahaya lidahmu dan kemaluanmu dan perutmu ." Luqman Alhakiem seorang hamba sahaya dari Habasyah (Eftiophia) dan pertama yang tampak dari hikmatnya iaitu ketika majikannya menyuruhnya menyembelih kambing dan minta kepadanya supaya diberikan kepadanya sebaik-baik apa yang ada dikambing itu, maka ia menghidangkan kepada majikannya hati dan lidah. Kemudian dilain hari disuruh menyembelih kambing dan minta dihidangkan apa yang paling busuk dari bahagian kambing itu, maka ia menghidangkan hati dan lidah. Maka ditanya majikannya: "Saya minta yang terbaik, maka kau hidangkan lidah dan hati dan kini saya minta yang paling busuk dari anggota kambing maka engkau hidangkan hati dan lidah juga?" Jawab Luqman: "Didalam badan tidak ada yang lebih baik dari kedua anggota ini jika baik dan tidak ada yang lebih busuk jika rosak dan busuk." Nabi Muhammad s.a.w. ketika mengutuskan Mu'adz r.a. ke Yaman. Mu'adz berkata: "Ya Rasulullah, nasihatilah aku." Maka Nabi Muhammad s.a.w. menunjukkan lidahnya iaitu jagalah lidahmu, nampaknya Mu'adz menganggap itu remah, maka ia berkata: " Ya Nabiyullah, nasihatilah aku." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Celaka engkau. Apakah engkau kira orang-orang akan terjerumus dalam neraka jahannam itu kerana mukanya, tidak lain hanya hasil dari lidahnya."
Alhasan Albashri berkata: "Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya dan siapa yang banyak hertanya banyak dosanya dan siapa busuk akhlaknya menyiksa dirinya sendiri." Sufyan Atstsauri berkata: "Bila saya melempar seorang dengan anak panah maka itu lebih baik bagiku daripada melemparnya dengan lidahku sebab lemparan lidah tidak pernah luput tetapi lemparan anak panah sering luput."
Abu Said Alkukhudri r.a. berkata: "Tiap pagi anggota badan anak Adam berpesan kepada lidah: "Hai lidah, kami tuntut engkau dengan nama Allah s.w.t., jujur- jujurlah sebab bila engkau jujur maka selamat kami semua dan bila engkau curang maka kami celaka."
Abu Dzar Alghifari r.a. berdiri dimuka Kaabah lalu berkata: "Ingatlah yang sudah mengenal aku maka cukuplah dan siapa yang belum kenal maka aku Jundub bin Junadah Alghifari (Abu Dzar), sila kamu mendekat kepada kawan yang akan menyampaikan nasihat dan sayang kepadamu." Maka mendekat orang-orang kepadanya dan berkumpul disekitarnya, lalu ia berkata: "Hai semua manusia, siapa yang akan pergi-pergi didunia ini, maka ia pergi kecuali dengan bekal, maka bagaimana seorang yang berlayar pergi keakhirat tanpa bekal?" Lalu mereka bertanya: "Apakah bekal kami, hai Abu Dzar?" jawabnya: "Sembahyang dua rakaat ditengah malam untuk menghadapi gelap dikubur dan puasa dimusim panas untuk mengahdapi hari bangkit dari kubur dan sedekah kepada orang miskin supaya selamat dari siksa disaat yang sukar dan haji untuk menghadapi bahaya-bahaya yang besar dan jadikanlah sunia ini dua tempat (majlis), majlis untuk mencari dunia dan majlis untuk akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna. Dan jadikan perkataan itu hanya dua kalimat, satu kalimat yang berguna dalam urusan duia atau kalimat yang kekal diakhirat, dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna, Dan jadikan harta itu dua macam, yang satu belanjakan untuk anak keluarga dan yang satu untuk tabungan akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna." Kemudian Abu Dzr mengeluh: "Aah, saya telah terbunuh oleh kerisauan terhadap satu hari yang tidak dapat saya kejar." Maka ditanya: "Apakah yang kau maksudkan?" Jawabnya: "harapan dan angan-anganku melebihi dari batas ajalku sehingga tidak dapat beramal (aku malas beramal)." Nabi Isa a.s. berkata: "Jangan banyak bicara selain dzikir kepada Allah s.w.t. sebab banyak bicara menyebabkan beku hati dan hati yang beku itu jauh dari Allah s.w.t. tetapi engkau tidak mengetahui."
Seorang sehabat berkata: "Jika engkau merasa keras hatimu dan lemah badanmu dan berkurang rezekimu, maka ketahuilah bahawa engkau telah bicara yang bukan kepentinganmu."
Abul Laits berkata: "Taqwa kepada Allah s.w.t. ialah mengerjakan perintah Allah s.w.t. dan meninggalkan laranganNya, maka siapa berbuat demikian bererti telah menghimpunkan semua kebaikan. Dan jagalah lidahmu dalam kebaikan bererti katakanlah yang baik sehingga untung dan diamlah dari kejahatan sehingga selamat. Dan manusia tidak dapat mengalahkan syaitan laknatullah kecuali dengan diam, kerana itu seharusnya seorang muslim menjaga lidahnya sehingga terlindung dari syaitan laknatullah. Dan Allah s.w.t. akan menutup auratnya." Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang menempeleng (memukul) hambanya maka tebusan dosanya ialah memerdekakannya dan siapa yang menjaga lidahnya Allah s.w.t. menutupi auratnya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah s.w.t. akan menyelamatkannya dari siksa Nya dan siapa yang minta maaf kepada Allah s.w.t. pasti Allah s.w.t. menerima permintaannya."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abuhurairah berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Siapa yang percaya (beriman) kepada Allah s.w.t. dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya dan harus memuliakan tetangganya dan harus berkata baik atau diam."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ya'la berkata: "Kami masuk ketempat Muhammad bin Suqah Azzahid, maka ia berkata: "Mahukah saya sampaikan kepadamu hadis yang mungkin berguna bagimu sebagaimana telah berguna bagiku?" Atha'bin Abi Rabaah berkata kepadaku: "Hai anak saudaraku, orang- orang yang dahulu dari kamu itu tidak suka bicara yang tidak perlu atau bukan kepentingannya, dan mereka menganggap tiap bicara yang tidak perlu itu sia-sia kecuali kitabullah dan amar ma'ruf dan nahi mungkar, atau keperluan kehidupan sehari-hari." Kemudian ia berkata: "Apakah kamu dapat membantah ayat (Yang berbunyi): " Wa inna alaikum lahaa fidhin kiraaman kaatibien ." (Yang bermaksud): "Sesungguhnya padamu ada Malaikat yang baik-baik tukang mencatat ." Anil yamini wa anisysyimali qa'ied." (Yang bermaksud): "Disebelah kanan dan kiri tempat duduk." Maa yalfidzu min qaulin illa ladaihi Raaqibun Atied ." (Yang bermaksud): "Tidak melepas sepatah kata melainkan ada Malaikat yang mencatat iaitu Malaikat Raqib dan Atied ." Apakah tidak malu salah satu kamu bila dibuka lembaran amalnya, dunia yang utama bahkan hanya yang tidak penting dan lebih-lebihan semata-mata?"
Abul Laits dari ayahnya dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Empat sifat tidak terdapat kecuali pada orang mukmin iaitu: Diam dan ini ibadat yang pertama Tawadhuk Dzikrullah atau berzikir Tidak berbuat kejahatan (mengurangi kejahatan) Juga diceritakan bahawa sabda ini juga dikatakan oleh Nabi Isa a.s.
Abu Hurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Sebaiknya Islam seorang itu jika dapat meninggalkan apa-apa yang bukan kepentingannya." Lukman Alhakiem ketika ditanya: "Apakah yang dapat menyampaikan engkau ketingkat yang sedemikian itu?" Jawabnya: "Kerana benar tutur kata dan menunaikan amanat dan meninggalkan apa-apa yang bukan kepentinganku."
Abu Bakar bin Ayyasy berkata: "Empat raja mesing-masing melepaskan kalimat yang bagaikan anak panah. Raja Kisra berkata: "Saya tidak menyesal terhadap apa yang belum aku katakan dan adakalanya menyesal terhadap apa yang terlanjur saya katakan." Raja Cina berkata: "Selama saya belum melepaskan kalimat maka tetap saya mengusainya tetapi jika keluar maka ia memiliki aku." Raja Kaisar berkata: "Saya lebih mudah menahan apa yang belum saya katakan dan tidak dapat mengembalikan apa yang telah aku katakan." Raja India berkata: "Sungguh hairan dari orang yang mengatakan satu kalimat jika dituntut berbahaya dan jika tidak dituntut tidak berguna."
Arrabie' bin Khaitsam biasa jika pergi mengambil kalam dan kertas dan tiada berkata sepatah katapun melinkan dicatat kemudian petangnya diperbaiki dirinya. Abul Laits berkata: "Demikianlah perbuatan orang zahid, mereka menjaga benar- benar lidah dan memperhitungkan diri didunia. Dan demikian seharusnya seorang muslim mengadakan perhitungan amalnya selama masih didunia sebelum diperhitungkan diakhirat, sebab hisab perhitungan dunia jauh lebih ringan dari hisab perhitungan diakhirat." Ibrahim Attaimi berkata: "Seorang kawan dari Arrabi' bin Khaitsam berkata: "Saya telah berkawan dengan Arrabi' selama dua puluh tahun, maka belum mendengar daripadanya satu kalimat yang dapat disalahkan (dicela)."
Musa bin Saied berkata: "Ketika Alhusein bin Ali r.a. terbunuh maka ada orang berkata: "Mungkin hari ini Arrabi akan berbicara." Maka ia pergi ketempat Arrabi dan memberitahu bahawa Alhusein r.a. terbunuh, maka Arrabi segera melihat kelangit sambil berdoa (Yang berbunyi): " Allahumma faa thirassamawati wal ardhi aalimal ghoibi wasysyahadati anta tahkumu baina ibaadika fima kaanu fihi yakh talifun ." (Yang bermaksud): "Ya Allah yang mencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua yang ghaib dan terang, Engkau yang menghukum semua hambaMu dalam semua yang mereka perselisihkan, dan tidak lebih dari itu ." Seorang cendikiawan (Haliem) berkata: "Enam macam menunjukkan kebodohan iaitu: Marah tidak pada tempatnya, seperti marah pada seseorang, binatang atau lain-lainnya Bicara yang tidak berguna kerana itu seharusnya seorang yang berakal tidak bicara kecuali jika penting dan berguna Pemberian yang tidak pada tempatnya seperti memboros harta atau memberi kepada orang yang tidak akan berguna baginya Membuka rahsia pada semua orang Tidak membezakan antara kawan dengan lawan kerana itu harus mengetahui siapa musuh dan siapa kawan. Kawan untuk ditaati dan musuh untuk diawasi dan musuh yang utama ialah syaitan laknatullah, yang benar- benar harus dijauhinya. Nabi Isa a.s. berkata: "Tiap kalimat yang bukan dzikrullah itu lelehan (laghu) dan tiap diam yang tidak untuk berfikir, maka itu kelalaian dan tiap pandangan yang bukan perhatian, maka itu permainan, maka untung orang yang perkataannya dzikrulllah dan diamnya untuk berfikir dan pandangannya itu perhatian dan pengertian."
Al Auza'i berkata: "Orang mukmin itu sedikit bicaranya dan banyak bekerja dan orang munafiq itu banyak berbicara dan sedikit kerja (amal)." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Lima sifat yang tidak ada pada orang munafiq iaitu: Pengertian agama Berhati-hatilah dalam lidah Senyum dimuka Nur (terang) dalam hati Cinta kepada kaum muslimin Yahya bin Aksam berkata: "Tiada seorang yang baik perkataannya melainkan akan tampak dalam semua amalnya dan tiada rosak perkataan seseorang melainkan akan tampak dalam semua amal perbuatannya."
Lukman Alhakiem berkata kepada anak lelakinya: "Hai anak, siapa yang bersahabat pada seorang yang jahat tidak selamat dan siapa yang masuk ditempat yang jelek tertuduh dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya menyesal." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Untung orang yang dapat menguasai lidahnya dan jinak dirumahnya dan menangisis dosa-dosanya."
Abul Laits berkata: " Ayahku meriwayatkan dengan sanadnya dari Alhasan Albashri berkata: "Sesungguhnya lidah orang yang bijaksana itu dibelakang hatinya, sehingga bila ia akan berbicara difikir benar-benar dalam hatinya jika baik maka dikatakannya dan jika berbahaya maka ditahannya, dan orang yang bodoh akalnya dihujung lidahnya, apa yang akan dikatakan langsung dikatakannya. (Yakni tidak difikir baik buruknya) Abul Laits berkata: "Ayahku meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar Alghifari r.a. berkata: "Y a Rasulullah, apakah yang tersebut dalam shuhuf Ibrahim a.s?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Didalamnya ada contoh-contoh dan nisahat- nasihat seperti: "Seharusnya seorang yang berakal selama tidak terbalik akalnya menajga lidahnya, mengetahui keadaan masanya, rajin pada urusannya. Dan siapa yang menganggap bicara itu termasuk amalnya maka sedikit bicara kecuali jika penting (perlu)."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: "Saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Seharusnya seorang yang berakal itu tidak tekun kecuali dalam tiga macam iaitu: Usaha untuk keperluan hidupnya Beramal untuk hari kemudian Bersuka-suka yang tidak haram Nabi Muhammad s.a.w. juga berkata: "Seorang yang berakal harus dapat mempergunakan waktu siang dalam empat waktu iaitu: Waktu untuk munajat kepada Allah s.w.t. Waktu untuk memperbaiki diri Waktu untuk mempelajari ilmu dari orang yang dapat menasihat dan menerangkan kepadanya dalam urusan agamanya Waktu untuk memuaskan nafsunya yang halal dan baik Juga ia berkata: "Seharusnya seorang yang berakal selalu memperhatikan urusannya dan mengenal orang- orang dimasanya. Dan menjaga kemaluan dan lidahnya." Abul Laits menyebut bahawa kalimat- kalimat ini tersebut dalam Hikmat Nabi Daud a.s.
Anas bin Malik berkata: "Luqman Alhakiem ketempat Nabi Daud a.s. sedang Nabi Daud a.s. membuat baju besi untuk perang, maka Luqman kagum melihat Nabi Daud a.s. bekerja dan akan menanya tetapi tertahan oleh hikmatnya sehingga tidak bertanya dan ketika telah selesai dicuba baju itu oleh Nabi Daud a.s. sambil berkata: "Sebaik-baik baju besi untuk perang, dan baik pula yang mengerjakannya." Lalu disambut oleh Luqman: "Diam itu himat tetapi sedikit yang dapat melaksankannya."
Seorang pujangga berkata (Yang berbunyi): " Al ilmu zainun wassukutu salamatun, fa idza nathaq ta falaa takun miktsaara. Maa min nadimta ala sukutika marratan walaqad nadimta alal kalami miraara " (Yang bermaksud): "Ilmu itu perhiasan dan diam itu keselamatan, maka bila engkau berkata-kata maka jangan banyak-banyak. Jika engkau menyesal kerana diam satu kali, maka sungguh engkau akan menyesal kerana bicara berulang kali." Dilain riwayat pula dikatakan bahawa Luqman sabar tidak menanya itu hingga satu tahun lamanya. Seorang pujangga berkata: " Yamutul fata min atsratin bilisanihi, walaisa yamutul mar'u min ats ratirrijli ." (Yang bermaksud): "Seorang akan mati kerana tergelincir lidahnya dan tidak ada orang mati kerana tergelincirnya kaki ." dan kata pujangga juga berbunyi: "Laa tanthiqanna bimaa karihta fatubbamaa nathaqallisaanu bihaaditsin fayakuun ." (Yang bermaksud): "Jangan mengucapkan apa yang tidak engkau suka sebab kemungkinan lidah itu mengucapkan sesuatu maka terjadi apa yang dikatakan itu." Humaid bin Abbas berkata: "La'amruka maa syai'un alimtu makanahu, ahaqqa bisijnin min lisaanin mudzallali. Ala fika mimma laisa ya'nika sya'nuhu, biquflin watsiqin haitsu kunta ilaihi sahmu hatfin mu'ajjali. Walasshamtu kahirun min kalaamin mumazihin, fatun shaamitan taslam wa in kunta abqhadh tal baghidha fa'ajmili. Fainnaka laa tadri mata anta mubghidhun habibaka au tahwa baghidhaka fa'qili ." (Yang bermaksud): "Demi sesungguhnya tiada sesuatu yang saya ketahui tempatnya, sangat layak untuk dipenjarakan seperti lidah yang sangat lemas. Yang ada dimulutmu kau penjara dari segala yang bukan kepentinganmu dengan kunci yang kuat sebab adakalanya kalimat itu keluar dari seorang bergurau tetapi membawa panah yang menyebabkan mati dengan segera. Dan diam itu tetap lebih baik dari kalimat yang bergurau, maka jadilah engkau seorang pendiam supaya selamat dan bila berkata maka harus adil. Dan jangan sebarangan terhadap kawan dan bila kau membenci maka engkau akan membenci maka sedang- sedang saja sebab engkau tidak mengetahui bilakah engkau akan membenci kekasihmu atau sayang pada yang kau benci, kerana itu hendaklah engkau berakal ." Seorang cendikiawan berkata: "Diam mengandungi tujuh ribu kebaikan dan tersimpul dalam tujuh kalimat dalam tiap kalimat seribu iaitu: Diam itu ibadat tanpa susah payah Perhiasan tanpa berhias Kehebatan tanpa kerajaan Benteng tanpa pagar Kekayaan tanpa minta maaf kepada orang Istirehat bagi kedua Malaikat pencatat amal Menutupi segala aib Juga disebut bahawa diam itu keindahan bagi orang alim dan penutup bagi yang bodoh.
Seorang cendikiawan berkata: "Jasmani anak Adam terbahagi kepada tiga iaitu: Hati Lidah Anggota badan Dan Allah s.w.t. telah memuliakan masing- masing dengan kemuliaan sendiri-sendiri, memuliakan hati dengan ma'rifat dan tauhid. Dan memuliakan lidah dengan kalimat syahadat iaitu Laa ilaha illah dan membaca al-quran dan memuliakan semua anggota badan dengan sembahyang, puasa dan lain-lain cara ibadat. Dan Allah s.w.t. menyerahkan masing-masing itu pada pengawas dan pengawal. Maka hati diawasi oleh Allah s.w.t. sendiri sehingga tiada yang mengetahui apa yang ada didalam hati perasaan kecuali Allah s.w.t. sendiri dan lidah diserahkan kepada Malaikat Raqib dan Atied. Ayat yang berbunyi: "Maa yal fidhu min qaulin illa ladaihi Raqib Atied ." (Yang bermaksud): "Tidak melepas sepatah kata melainkan padanya pencatat Raqib dan Atied ." Dan anggota badan lain diserahkan kepada perintah dan larangan dan masing-masing diminta menepati dan jujur. Maka kejujuran hati iaitu tetap beriman tanpa hasud, iri hati atau kianat dan tipu daya. Dan kejujuran lidah tidah ghibah, dusta dan tidak membicarakan apa-apa yang bukan kepentingannya. Dan kejujuran anggota badan tidak digunakan untuk maksiat dan tidak menggangu orang muslim. Maka siapa tidak jujur hatinya bererti munafiq dan siapa yang tergelincir lidahnya maka ia kafir dan siapa tergelincir anggota badannya maka ia maksiat (berdosa)."
Alhasan berkata: "Umar bin Alkhaththab r.a. melihat pemuda maka ia berkata: "Hai pemuda, jika engkau menjaga bahaya tiga macam maka engkau terhindar dari bahaya kepemudaanmu (remaja) iaitu: " In wuqita syarra laglaqika wadzab dzabika wa qabqabika ." (Yang bermaksud): "Jika engkau menjaga bahaya lidahmu dan kemaluanmu dan perutmu ." Luqman Alhakiem seorang hamba sahaya dari Habasyah (Eftiophia) dan pertama yang tampak dari hikmatnya iaitu ketika majikannya menyuruhnya menyembelih kambing dan minta kepadanya supaya diberikan kepadanya sebaik-baik apa yang ada dikambing itu, maka ia menghidangkan kepada majikannya hati dan lidah. Kemudian dilain hari disuruh menyembelih kambing dan minta dihidangkan apa yang paling busuk dari bahagian kambing itu, maka ia menghidangkan hati dan lidah. Maka ditanya majikannya: "Saya minta yang terbaik, maka kau hidangkan lidah dan hati dan kini saya minta yang paling busuk dari anggota kambing maka engkau hidangkan hati dan lidah juga?" Jawab Luqman: "Didalam badan tidak ada yang lebih baik dari kedua anggota ini jika baik dan tidak ada yang lebih busuk jika rosak dan busuk." Nabi Muhammad s.a.w. ketika mengutuskan Mu'adz r.a. ke Yaman. Mu'adz berkata: "Ya Rasulullah, nasihatilah aku." Maka Nabi Muhammad s.a.w. menunjukkan lidahnya iaitu jagalah lidahmu, nampaknya Mu'adz menganggap itu remah, maka ia berkata: " Ya Nabiyullah, nasihatilah aku." Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Celaka engkau. Apakah engkau kira orang-orang akan terjerumus dalam neraka jahannam itu kerana mukanya, tidak lain hanya hasil dari lidahnya."
Alhasan Albashri berkata: "Siapa yang banyak bicaranya banyak salahnya dan siapa yang banyak hertanya banyak dosanya dan siapa busuk akhlaknya menyiksa dirinya sendiri." Sufyan Atstsauri berkata: "Bila saya melempar seorang dengan anak panah maka itu lebih baik bagiku daripada melemparnya dengan lidahku sebab lemparan lidah tidak pernah luput tetapi lemparan anak panah sering luput."
Abu Said Alkukhudri r.a. berkata: "Tiap pagi anggota badan anak Adam berpesan kepada lidah: "Hai lidah, kami tuntut engkau dengan nama Allah s.w.t., jujur- jujurlah sebab bila engkau jujur maka selamat kami semua dan bila engkau curang maka kami celaka."
Abu Dzar Alghifari r.a. berdiri dimuka Kaabah lalu berkata: "Ingatlah yang sudah mengenal aku maka cukuplah dan siapa yang belum kenal maka aku Jundub bin Junadah Alghifari (Abu Dzar), sila kamu mendekat kepada kawan yang akan menyampaikan nasihat dan sayang kepadamu." Maka mendekat orang-orang kepadanya dan berkumpul disekitarnya, lalu ia berkata: "Hai semua manusia, siapa yang akan pergi-pergi didunia ini, maka ia pergi kecuali dengan bekal, maka bagaimana seorang yang berlayar pergi keakhirat tanpa bekal?" Lalu mereka bertanya: "Apakah bekal kami, hai Abu Dzar?" jawabnya: "Sembahyang dua rakaat ditengah malam untuk menghadapi gelap dikubur dan puasa dimusim panas untuk mengahdapi hari bangkit dari kubur dan sedekah kepada orang miskin supaya selamat dari siksa disaat yang sukar dan haji untuk menghadapi bahaya-bahaya yang besar dan jadikanlah sunia ini dua tempat (majlis), majlis untuk mencari dunia dan majlis untuk akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna. Dan jadikan perkataan itu hanya dua kalimat, satu kalimat yang berguna dalam urusan duia atau kalimat yang kekal diakhirat, dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna, Dan jadikan harta itu dua macam, yang satu belanjakan untuk anak keluarga dan yang satu untuk tabungan akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna." Kemudian Abu Dzr mengeluh: "Aah, saya telah terbunuh oleh kerisauan terhadap satu hari yang tidak dapat saya kejar." Maka ditanya: "Apakah yang kau maksudkan?" Jawabnya: "harapan dan angan-anganku melebihi dari batas ajalku sehingga tidak dapat beramal (aku malas beramal)." Nabi Isa a.s. berkata: "Jangan banyak bicara selain dzikir kepada Allah s.w.t. sebab banyak bicara menyebabkan beku hati dan hati yang beku itu jauh dari Allah s.w.t. tetapi engkau tidak mengetahui."
Seorang sehabat berkata: "Jika engkau merasa keras hatimu dan lemah badanmu dan berkurang rezekimu, maka ketahuilah bahawa engkau telah bicara yang bukan kepentinganmu."
Sabtu, 28 Januari 2012
Tafakur
nRasulullah saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.” Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas ini menurut Syaikh Nashiruddin Al- Bani dalam kitab Shahihul Jami’ish Shaghir dan Silsilahtu Ahadits Ash-Shahihah berderajat hasan. Hadits itu berbicara tentang salah satu ciri khas manusia yang membedakanya dari makhluk yang lain, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan. Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak sedikit manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berpikir. Karena itu, Rasulullah saw. menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Agar tujuan itu tercapai, Rasulullah saw. memberi rambu- rambu agar kita tidak salah dalam bertafakur. Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bertafakur mengenai makhluk ciptaan Allah swt. Beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak akan mampu menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah bisa mengantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan.
FADHAAILUT TAFAKKURI (KEUTAMAAN TAFAKUR) Setidaknya ada empat keutamaan tafakur, yaitu:
1. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah. Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab, “Tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi.
3. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat. Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)
4. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata, “Berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.” (Miftah Daris Sa’adah: 226).
NATAAIJUT TAFAKKURI (BUAH TAFAKUR)
1. Kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. [Ar-Ruum, 8]
2. Kita bisa membedakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha mengindarinya. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir. (Al-Baqarah: 219)
3. Kita bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)
4. Kita bisa memperhatikan hak- hak diri kita untuk mendapatkan kebaikan, sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada diri sendiri. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al- Baqarah: 44)
5. Kita bisa memahami bahwa akhirat itu lebih utama, dan dunia hanya sarana untuk membangun kebahagiaan akhirat. Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul), dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang- orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (Yusuf: 109) Dan apa saja[1130] yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Qashash: 60). [1130] Maksudnya: hal-hal yang berhubungan dengan duniawi seperti, pangkat kekayaan keturunan dan sebagainya.
6. Kita bisa menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa orang-orang sebelum kita. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)
7. Bisa menghindari diri dari siksa neraka karena bia memahami dan mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa, terutama syirik. Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 10) Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak memahami? (Al-Anbiyaa’ : 67)
DHAWABITHUT TAFAKKURI (BATASAN TAFAKUR)
Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa semua yang ada di alam semesta, selain Allah, adalah ciptaan dan karya Allah Ta’ala. Setiap atom dan partikel, apapun memiliki keajaiban dan keunikan yang menunjukkan kebijaksanaan, kekuasaan, dan keagungan Allah Ta’ala. Mendata semuanya adalah sesuatu yang mustahil, karena seandainya lautan adalah tinta untuk menuliskan semua itu niscaya akan habis sebelum menuliskan sepersepuluhnya saja dari semua ciptaan dan karya-Nya.” Jadi, tafakur adalah ibadah yang bebas dan terlepas dari ikatan segala sesuatu kecuali satu ikatan saja, yaitu tafakur mengenai Dzat Allah. Saat bertafakur sebenarnya seorang muslim sedang berusaha meningkatkan ketaatan, menghentikan kemaksiatan, menghancurkan sifat-sifat destruktif dan menumbuhkembangkan sifat- sifat konstruktif yang ada dalam dirinya.
Berhasil tidaknya hal itu dicapai sangat dipengaruhi banyak faktor, di antaranya:
1. Kedalaman ilmu
2. Konsentrasi pikiran
3. Kondiri emosional dan rasional
4. Faktor lingkungan
5. Tingkat pengetahuan tentang objek tafakur
6. Teladan dan pergaulan
7. Esensi sesuatu
8. Faktor kebiasaan
KENAPA KITA DILARANG TAFAKKUR MENGENAI DZAT ALLAH SWT.?
Setidaknya ada dua alasan, yaitu:
1. Kita tidak akan sanggup menjangkau kadar keagunganNya. Allah swt. tidak terikat ruang dan waktu. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagi Tuhanmu tidak ada malam, tidak pula siang. Cahaya seluruh langit dan bumi berasal dari cahaya wajah-Nya, dan Dia-lah cahaya langit dan bumi. Pada hari kiamat, ketika Allah datang untuk memberikan keputusan bumi akan tenang oleh cahayaNya. (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan- pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (Asy-syuuraa: 11) Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (Al- An’am: 103) Ibnu Abbas berkata, “Dzat Allah terhalang oleh tirai sifat-sifat- Nya, dan sifat-sifat-Nya terhalang oleh tirai karya-karya- Nya. Bagaimana kamu bisa membayangkan keindahan Dzat yang ditutupi dengan sifat-sifat kesempurnaan dan diselimunti oleh sifat-sifat keagungan dan kebesaran.”
2. Kita akan terjerumus dalam kesesatan dan kebinasan. Memberlakukan hukum Sang Khalik terhadap makhluk ini adalah sikap ghulluw (berlebihan). Itulah yang terjadi di kalangan kaum Rafidhah terhadap Ali r.a. Sebaliknya, memberlakukan hukum makhluk terhadap Sang Khalik ini sikap taqshir. Perbuatan ini dilakukan oleh aliran sesat musyabihhah yang mengatakan Allah memiliki wajah yang sama dengan makhluk, kaki yang sama dengan kaki makhluk, dan seterusnya. Semoga kita bisa terselamatkan dari kesesatan yang seperti ini.
Amiin.
Langganan:
Postingan (Atom)